Cinta Dibawah Sinar Rembulan - Bab 607 Berharap Bisa Seperti Sekarang Selamanya

Aku bertanya kepada Widya, apakah ia jatuh cinta kepadaku. Pasti, kata-kata ini digunakan untuk memainkannya, karena aku tahu kalau itu tidak akan terjadi.

Reaksi Widya sangat besar. Ia dengan kesal berkata, “Apakah kamu gila, Alwi?”

Aku bercanda, “Aku tidak gila. Aku berpikir seperti itu karena Nona Widya yang memberikan kesempatan untuk diriku berimajinasi.”

Widya mendengus, lalu berkata. “Sebenarnya aku tidak ingin mengatakannya. Tapi kurasa kamu sekarang tidak akan melakukan permintaanku. Kalau begitu tidak ada artinya aku melanjutkan rencana ini. Aku memberitahumu secara jujur, aku sebenarnya tidak pernah ingin memberi jalan lain untukmu dan juga tidak pernah ingin memaafkanmu. Aku hanya ingin kamu berlutut dihadapan Nichkhun untuk mempermalukanmu. Aku masih ingin nyawamu!”

Aku tertawa dan berkata, “Apakah kamu tidak takut setelah kamu memberitahunya, aku akan membunuhmu terlebih dahulu?”

Widya tertawa meremekan. Ia berkata penuh dengan percaya diri. “Kamu tidak akan membunuhku.”

“Oh? Begitu percaya diri?”

Widya membalas dengan nada dingin. “Aku memang begitu percaya diri, karena aku tahu kalau kamu ingin membunuhku, sudah dilakukan sejak dulu. Kamu tidak akan membunuhku, karena kamu tidak bisa melakukannya. Kamu adalah orang yang sangat berhati lembut, sehingga tidak rela membunuhku, benar bukan?”

Aku sedikit terkejut mendengar ucapan Widya. Alasan aku tidak membunuhnya memang karena itu, sehingga aku tidak mengambil nyawanya. Setela ia kembali, ia mendapatkan kesimpulan atas pengetahuannya terhadapku. Tapi sayang ia salah, meskipun aku berhati lembut, tapi aku masih tidak berhati baik hingga ingin melepaskannya.

Aku berkata, “Ada satu dua, tidak ada tiga. Widya, kamu boleh terus mencoba kesabaranku.”

Widya memutuskan panggilan dengan kesal. Pembicaraan kita berakhir buruk. Aku tertawa dingin sambil melihat teleponku yang mengeluarkan suara panggilan terputus, lalu aku melemparkan teleponku kesamping. Aku berpikir lagi kapan lagi Widya akan menghubungiku.

Satu jam kemudian, panggilan Widya sekali lagi dihubungi kearahku. Aku tidak mengangkatnya. Ia sama sekali tidak menyerah dan lanjut memanggilku. Aku menekan tombol angkat dengan kesal, lalu menyalakan suara kencang. Aku bertanya, “Nona cantik, tengah malam mengangguku, ingin menyatakan perasaanmu atau ingin berhubungan intim?”

Widya berteriak dengan kesal. “Alwi, kurasa kamu terlalu gila. Apakah kamu tidak tahu bagaimana dengan Larry dan latar belakang Keluarga Yang? Kamu begitu berani menangkapnya. Berani sekali kamu.”

Aku berkata dengan nada sindir. “Nona Widya, apakah kamu memiliki bukti aku menangkap Larry?”

“Kamu...tidak berpura-pura denganku. Selain kamu, siapa lagi yang bisa melakukan itu?” ucap Widya kesal. “Kuberitahu kamu kalau Larry terjadi sesuatu, kamu hanya perlu menunggu Keluarga Yang membalas dendam kepadamu.”

Aku berkata dengan malas. “Jangan bilang aku tidak menangkap Larry, kalaupun diriku yang menangkapnya dan membuat Keluarga Yang marah, itu juga masalahku. Untuk apa Nona Widya begitu peduli kepadaku? Jangan-jangan kamu jatuh cinta kepadaku?”

Widya semakin kesal setelah mendengar suaraku yang penuh canda. Ia berkata, “Alwi, apakah kamu benar-benar tidak tahu, atau berbohong untuk tidak tahu?”

Aku tertawa dan berkata, “Aku tahu cintamu kepadaku yang dalam dan sangat khawatir kepadaku. Aku sangat mengerti niatmu kok.”

Widya hampir saja mati kesal karenaku. Aku mendengar suara nafasnya yang terburu-buru, mungkin ia sudah hampir mendapat serangan jantung. Ia berkata, “Aku tidak ada waktu bercanda denganmu. Alwi, aku jujur kepadamu. Larry sendiri yang datang mencariku, kalau ia hilang, Keluarga Yang tidak boleh mencari orang kepadaku. Aku tidak ingin dilibatkan olehmu, jadi lebih baik kamu segera mengeluarkan orangnya, kalau tidak jangan menyalahkan diriku tidak sungkan.”

“Kamu bersiap untuk bagaimana tidak sungkan?” tanyaku dengan nada tertarik. “Memukulku? Atau menangkap lagi Mawar yang tidak memengaruhiku untuk mengancamku?”

Aku terus berpura-pura, untuk memaksa Widya mengatakan kata-kata itu. Kalau begini, ia sama saja membocorkan kekhawatirannya dan menjadi mudah terpancing. Sebaliknya aku mendapatkan hak untuk menguasainya.

Widya terdiam, kupikir ia juga sudah mengerti dirinya tidak bisa menyerangku. Saat pertandingan kita berdua, ia sudah benar-benar kalah saat arena tinju tanah bawah.

Aku tidak berbicara dan segera bangun dari ranjang. Aku mengeluarkan kertas gambar dari laci, membesarkan suara telepon menjadi kencang, lalu fokus melukis disini.

Aku jatuh cinta kepada melukis dan juga mencari video untuk belajar. Mungkin aku memiliki keahlian dalam melukis. Kurasa gambarku lumayan baik, jadi aku terkadang teringat. Setelah masalah terselesaikan, aku akan menjadi seorang kartunis, membawa komputer dan alat melukis, membawa Jessi sambil mengelilingi seluruh dunia. Kita sambil melukis sambil berpetualang. Kehidupan yang seperti itu benar-benar menyenangkan.

Disebrang sana tidak ada suara satupun. Aku juga tidak panik sambil menunggunya dengan sabar. Dulu aku pernah menjadi seorang penembak yang hebat, jadi aku sangat bersabar. Tapi Widya berbeda dengnku. Ia mudah terkalahkan, tidak senang tetapi berkata dengan tidak berdaya. “Katakan saja, apa yang kamu inginkan agar Larry dilepaskan?”

Aku tidak membalas. Ia menunggu sesaat, lalu berkta dengan tidak sabar, “Alwi, kuberitahu kamu, aku tahu bagaimana hatimu memikirnya. Bukankah kamu ingin menggunakan kesempatan ini untuk memberikan bisnisku kepadamu? Kamu bermimpi saja. Apakah kamu tahu betapa berharganya beberapa bisnis itu?”

Aku tidak tahan menyindirnya dan berkata, “Betapa berharga bisnis itu juga hasil pencurianmu.”

Semua bisnis ditangan Widya merupakan hadiah dari Dony untukku, jadi demi Dony, aku juga harus merebut mereka kembali.

Widya berkata, “Entah bagaimanapun aku memperoleh bisnis ini, itu semua merupakan kemampuanku. Aku tidak mungkin akan mengembalikannya kepadamu. Kamu sangat pintar, seharusnya tahu kalau Larry benar-benar terjadi sesuatu, paling diriku hanya diserang beberapa kali. Sedangkan kamu berbeda, Keluarga Yang tidak akan mudah melepaskanmu. Jadi pilihan terbaikmu adalah mengambil beberapa keuntungan dariku, lalu melepaskan Larry, maka kita berdua akan menjadi lebih tenang. Lagipula mobilmu juga sudah terbakar, orang juga sudah dihajar, harusnya kamu sudah melepaskan seluruh amarahmu. Bagaimanapun kamu adalah orang yang beruntung itu. Apakah benar ucapanku?”

Aku membalas, “Benar katamu, tapi aku sama sekali tidak takut Keluarga Yang membalas dendam, sebaliknya aku ingin sekali mereka membalas dendam kepadaku, agar aku mudah ‘menyerang’ Tianjing.” Setelah itu, aku sibuk menambahkan kata. “Lagipula bukan aku yang menangkap Larry, untuk apa aku takut?”

Aku sedikit terkejut, untung saja aku membenarkan ucapanku, kalau tidak ketahuan oleh wanita ini.

“Kamu! Keras kepala sekali!” Widya memutuskan panggilan dengan kesal.

Aku memandang teleponku dan berpikir bahwa wanita itu sudah memutuskan panggilanku dua kali, memang sangat ‘manja’. Sepertinya aku harus mengajarnya dengan baik, agar ia bisa mengatur emosinya.

Setelah setengah jam kemudian, Widya sama sekali tidak pernah telepon, lalu aku bersiap untuk menyimpan buku gambarku dan tidur. Hari kedua, aku terbangun karena suara telepon berdering. Aku memegang teleponku dan menemukan bahwa si Widya lagi yang menghubungiku. Aku terdiam sesaat. Setelah kuangkat panggilannya, aku mengatakan dengan tidak sabar. “Kamu jangan berani mencoba menguji kesabaranku.”

Widya mendengus dan berkata, “Ada apa? Apakah aku menganggu mimpi indahmu?”

Mengingat diriku hampir saja sudah ingin berciuman dengan Jessi didalam mimpi, tiba-tiba panggilan Widya masuk. Aku bertanya kepadanya apa yang ingin ia lakukan. Ia bilang, “Aku akan menjual saham Sanny Club sebanyak lima puluh persen kepadamu.”

Seketika aku semangat setelah mendengar ucapannya. Aku berkata, “Menjual kepadaku? Maksudmu aku harus membayar untuk menerima kembali barangku?”

Widya bertanya, “Apakah tidak? Barang berharga negara kita juga terdampar di luar negeri dan itu juga memerlukan uang yang banyak untuk diperoleh kembali. Aku hanya menjual kepadamu dengan harga awal, seharusnya sudah cukup baik kepadamu. Kamu jangan tidak puas.”

Aku tertawa dan berkata, “Kalau begitu kamu simpan saja saham itu, lagipula aku juga tidak hanya menginginkan setengahnya. Barang yang kuinginkan harus sepenuhnya kembali ke tanganku.”

Setelah memutuskan panggilan, aku mencuci muka dan melakukan pelatihan diri yang mudah. Aku pergi keluar untuk makan sarapan. Tiba di meja makan, aku memberitahu masalah yang Widya menghubungiku kepada Sulistio. Sulistio bertanya dengan bingung, “Kak Alwi, apakah ia begitu panik kehilangan Larry? Kalaupun Keluarga Yang mencari Larry kepadanya, untuk apa ia panik? Padahal bukan dirinya yang menangkap Larry.”

Aku berkata, “Masalah ini harus mulai dicerita dari Ibu Larry. Ibu Larry adalah anak perempuan kedua dari Keluarga Huo dari keempat Keluarga Besar di Tianjing. Ibu Larry sangat menyayangi anaknya, melindunginya tanpa beralasan, lagipula ia adalah tipe wanita kuat yang sering ditemukan, bahkan lebih kuat, berkemampuan dari Ayahnya Larry. Ia tidak menyukai Widya, kalau ia tahu anaknya mendapat masalah setelah bertemu denga Widya dan ia mungkin bisa membunuh Widya, lalu dibuang ke anjing.”

“Widya juga bisa takut?” ucap Sulistio senang, “Kukira wanita itu tidak takut dengan apapun.”

Aku mengerutkan dahiku pelan setelah teringat Widya. Aku berkata, “Sekuat apapun wanita itu, lagipula ia sudah kehilangan seseorang yang bisa ia andalkan dan juga harus merawat orang tua Nichkhun, sehingga ia tidak mungkin tidak takut.”

Sebenarnya ia hampir mirip denganku. Tidak, bahkan aku lebih beruntung dari dirinya, karena ia tidak memiliki teman, sedangkan aku memiliki teman yang banyak, yang selalu peduli dan mendukungku.

Meskipun ia mirip denganku, sehingga membuatku merasa kasihan kepadanya, tapi aku tidak akan mundur untuk beberapa prinsip. Aku mengasihaninya, siapa yang mengasihaniku?

Aku berkata, “Karena aku mengetahuinya, jadi aku terus menolaknya. Kupikir wanita ini akan berinisiatif untuk menemuiku dan memohonku.”

Sulistio tidak tahan bertanya, “Kak Alwi, kamu sering berhubungan dengan wanita ini, apakah kamu tidak takut muncul perasaan kepadanya? Apakah tidak takut Nona Jessi akan merasa kesal kepadamu setelah mengetahuinya? Matanya Nona Jessi sama sekali tidak bisa menerima hal kecil, hati-hati kepadanya, siapa tahu ia langsung menikah di Beijing karena kesal. Saat itu kamu juga tidak bisa meminta maaf lagi.”

Aku langsung memukul kepalanya dan berkata, “Kamu sedang asal berbicara apa? Aku berhubungan dengan Widya karena telah mendapat persetujuan dari Jessi. Aku sudah memberitahumu berapa kali. Aku itu sudah mendapat ‘persetujuan istri’.”

Sulistio mereka saling memandang dan tertawa. Ia berkata, “Mengapa aku merasa Kak Alwi seperti...”

Aku tanya seperti apa diriku, ia bilang, “Seperti boleh berkelakuan bebas diluar setelah mendapat persetujuan istri. Seru sekali!”

Aku melihatnya dan tertawa berkata, “Apakah itu seru?”

Ia mengangguk kepalanya. Aku berkata dengan tersenyum, “Memang seru, seperti melayang di langit, jadi apakah kamu iri?”

Sulistio tidak tahu bahwa aku sedang menjebaknya. Ia mengangguk kepalanya dan jujur berkata, “Aku sangat iri sekali!”

Aku tidak berbicara lagi. Tiba-tiba Kak Mondy menarik telinganya keatas dan bertanya, “Apakah kamu iri?”

Sulistio memandangku kesal dan berkata, “Sayang, aku sama sekali tidak iri kok. Aku merasa lelaki yang genit di belakang istri sama sekali tidak tahu malu dan harus berlutut di papan mencuci baju.”

Aku kesal berkata, “Oh, Sulistio. Ternyata kamu begitu memikirkan diriku.”

Sulistio berkata dengan tidak berdaya, “Kak Alwi, tadi kamu juga tidak mengakui kalau kamu genit. Apakah kamu sekarang mengakuinya?”

Aku, “......”

Monica tertawa kencang, begitupula dengan Nody. Ia berkata, “Ada waktunya juga Alwi kalah.”

Semuanya ikut tertawa dengan bahagia setelah Nody mengucapkan itu, begitupula dengan diriku. Kita beberapa orang makan bersama dengan damai. Melihat mereka yang bahagia, aku sangat berharap kita bisa bersama selamanya, makan sambil duduk untuk berbincang.

Novel Terkait

The Campus Life of a Wealthy Son

The Campus Life of a Wealthy Son

Winston
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Dipungut Oleh CEO Arogan

Dipungut Oleh CEO Arogan

Bella
Dikasihi
5 tahun yang lalu
Wahai Hati

Wahai Hati

JavAlius
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Meet By Chance

Meet By Chance

Lena Tan
Percintaan
4 tahun yang lalu
Asisten Wanita Ndeso

Asisten Wanita Ndeso

Audy Marshanda
CEO
4 tahun yang lalu
Jalan Kembali Hidupku

Jalan Kembali Hidupku

Devan Hardi
Cerpen
5 tahun yang lalu
Cinta Adalah Tidak Menyerah

Cinta Adalah Tidak Menyerah

Clarissa
Kisah Cinta
5 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Star Angel
Romantis
5 tahun yang lalu