Cinta Dibawah Sinar Rembulan - Bab 750 Kamu tidak Cocok Menjadi Seorang Ayah

Siapa yang berani menyentuh Cecilia? Aku akan membunuh sekeluarganya.

Aku sangat kesal hingga tubuhku bergetar dan langsung menghubungi Samuel. Samuel terburu-buru datang, aku memberitahu semua masalah yang terjadi kepadanya. Ia mendengar kata-kataku, seketika menjadi tidak tenang dan marah berkata, “Dasar brengsek! Siapa yang begitu jahat beraninya menyentuh Nona kecil?”

Aku menarik nafas dalam dan berkata, “Orang Tianjing yang melakukannya.”

“Tianjing? Keluarga Yang, Keluarga Huo atau Keluarga Wang?” tanya Samuel.

“Semuanya mungkin.” ucapku cuek. “Ketiga itu merupakan musuhku, apalagi Keluarga Yang. Mereka sudah mendapatkan informasi dan tahu ada orang yang sudah beraksi kepada mereka, ditambah Keluarga Wang mengumumkan sesuatu, sehingga mereka sudah bisa menebakku berada di Beijing. Untuk menyuruhku berhenti, mereka mungkin saja sudah mulai beraksi.”

Aku menggelengkan kepalaku dan berkata, “Tidak, kalau dari ucapan Sulistio, kurasa orang yang melakukan ini sudah memikirkan rencana dengan baik-baik. Anak angkat Bibi itu merupakan salah satu dari rencananya, merupakan orang yang mendiam di tempat Sulistio cukup lama, kalau tidak ia tidak mungkin mendapatkan kepercayaan dari Aiko mereka.”

Siapakah orang itu? Bisa-bisanya sudah menyiapkan semua rencana. Apakah ia benar-benar adalah orang Tianjing? Atau musuh lama Ayahku? Kalau dipikir-pikir, musuh tua itu juga sudah lama tidak beraksi. Ia terlalu tenang, sangat aneh. Sebenarnya apa yang terjadi?

Menggelengkan kepala, aku berusaha menahan pikiran didalam hatiku. Samuel bertanya, “Bagaimana ini, Kak Alwi?”

“Pergi periksa dengan teliti, jangan lepaskan siapapun. Oh iya, kamu berkontak dengan Chick kan? Kamu suruh ia dan timnya untuk meretas semua telepon dan komputer Tianjing. Jangan lepaskan informasi apapun, maupun ini susah, tetap juga harus menemukan keberadaan Cecilia.”

Mengingat Cecilia si malaikat kecil itu, sedang menerima ketakutan, hatiku pelan-pelan meluap dan ingin marah.

Saat ini, Widya yang sejak tadi tidak berbicara, bangun dan mengatakan, “Aku bantu kamu bertanya.”

Aku memandang kearahnya. Meskipun aku tahu ini mungkin dapat membocorkan identitasnya, tapi selain ini, aku juga tidak memiliki cara lain. Aku memandangnya dan berkata, “Berwaspadalah.”

“Kamu tenang saja, aku akan berhati-hati.” ucap Widya lalu berbalik badan pergi.

Aku sangat merasa bersalah, padahal ingin merayakan ulang tahunnya dengan baik-baik, tapi siapa sangka akan terjadi hal seperti ini. Orang itu benar-benar membuatku terkejut dengan aksinya.

Samuel menyuruh semua orang untuk memeriksa, begitupula denagn Chick yang mulai mencari secara luas. Aku menghubungi Joko, ia segera menyuruh bawahannya untuk bantu memeriksa. Tapi setelah satu jam, dua jam, tiga jam berlalu…

Hari sudah mau terang, tapi aku sama sekali tidak mendapatkan satupun berita! Satupun tidak ada!

Chick tidak menemukan apapun, begitupula dengan Widya, Samuel dan Joko. Hatiku sangat panik, sehingga otakku kosong. Sebagaimanapun aku berusaha untuk tenang, tapi hatiku masih terus berdetak dengan kesal. Kalau Cecilia sedetikpun tidak tertemukan, maka aku tidak akan bisa tenang.

Diluar sana terdengar suara petir, musim ini…ada petir?

Aku memandang kearah langit yang mendung, hatiku semakin kacau dan penuh dengan kekhawatiran.

Bagaimana dengan keadaan Cecilia? Apakah ia lapar? Kedinginan atau tidak? Cuaca tiba-tiba berubah, apakah orang yang menangkapnya akan memberikan baju lebih? Bagaimana kalau ia sakit? Apakah orang-orang itu tahu apa yang ia makan? Jangan sampai ia kesakitan.

Khawatir, semua hatiku penuh dengan kekhawatiran. Di saat yang sama, aku juga merasa bersalah, karena aku menyadari sesuatu, bahwa aku tidak bisa memberikan jawaban untuk semua pertanyaanku.

Cecilia adalah anakku, tapi diriku sendiri saja tidak mengetahui apa kesukaannya, bahkan tidak mempedulikannya. Aku selalu berpikir ia akan terawat dengan baik, sehingga aku jarang bertanya, memberikan perhatian kepadanya, bahkan mengunjunginya.

Saat ini, aku benar-benar sangat sedih. Aku juga sangat membenci diriku, membenci kekejamanku dan keburukanku! Aku menutup wajahku dan penuh kesakitan.

“Kak Alwi, Aiko telah tiba.” Dari pintu sana terdengar suara Samuel. Ia juga sudah tidak tidur semalaman, terus mencari orang. Terdengar dari suaranya yang penuh kelelahan.

Tubuhku bergetar pelan dan pelan-pelan berbalik badan. Aku memandang ke pintu sana dan hanya menemukan Aiko berdiri disana dengan rambut yang berantakan, mata yang membengkak, tanpa riasan dan penuuh kelelahan.

Hatiku saat ini seperti sedang dikeluarkan langsung dengan irisan pisau. Kapan seorang Aiko bisa seburuk itu? Bahkan saat kita sedang bertengkar, ia juga secantik seperti boneka, tapi sekarang…

Aku melihatnya dan merasa sedih. Aku membuka mulutku, tenggorokanku seperti ada sesuatu yang tersangkut, sehingga dengan susah memanggil, “Kak Aiko.” Aiko berlangkah cepat ke hadapanku. Benar-benar cepat, aku tidak pernah melihatnya berjalan begitu terburu-buru, sedangkan aku hanya mematung di tempat.

Aiko berjalan kehadapanku, lalu ia mengangkat tangannya dan diayunkan kearah wajahku. Sebuah tamparan terdengar begitu kencang, sehingga membuatku tercengang. Tubuhku juga bergoyang pelan dan melangkah mundur, sehingga terjatuh di tembok.

Telingaku bergema, wajahku seperti terbakar, begitu sakit. Aku melototi Aiko, bibirku terasa ada darah yang amis.

Aiko menggunakan seluruh tenaganya. Ia adalah orang yang melatih diri dan berkemampuan baik. Tamparannya membuat otakku seketika berguncang.

Mataku menyambut mata Aiko yang begitu membengkak. Matanya penuh dengan air mata sambil memandangku penuh kebencian. Saat ini aku benar-benar merasa bersalah dan sedih, aku tahu ia sedang menyalahkanku.

Aiko akhirnya membuka mulutnya setelah keheningan sesaat. Ia bilang, “Sejak aku melahirkan Cecilia, kamu tidak pernah menemaninya seharipun. Saat ia sakit, demam dan sakit perut, kamu sama sekali tidak pernah tahu dan juga tidak pernah bertanya. Saat ia sedang belajar untuk berbicara dan berjalan, kamu juga tidak pernah memperhatikannya. Benar kan kataku?”

Aku mengangguk dan berkata, “Maaf, aku…”

“Aku tahu kamu sibuk.” Aiko langsung memotong pembicaraanku. Ia dengan cuek mengatakan, “Kamu sibuk membantu untuk membersihkan nama Ayahmu, sibuk menggabungkan kekuatan untuk mengembangkan bisnis, agar kamu ada modal yang cukup untuk mendapatkan posisi yang baik di Beijing, agar berhak berdiri disamping Jessi dan tertawa memandang dunia ini.”

Wajahku memanas, karena apa yang dikatakan Aiko itu benar. Aku selalu menyibukkan hal-hal seperti itu, dulu aku tidak merasa apapun, tapi hingga hari ini, hingga kehilangan Cecilia, aku baru menyadari diriku sangat brengsek.

Benar, aku memang ada tanggung jawab kepada Ayahku dan Jessi, tapi aku sama sekali tidak pernah terpikir Cecilia. Aku selalu merasa, kalau Aiko ingin berpisah denganku, maka aku bisa tenang memberikan Cecilia bersamanya. Aku selalu merasa ada Sulistio yang membantu mereka, tidak akan terjadi apapun. Cecilia akan sangat aman, tapi aku melupakan, bahwa di dunia ini paling tidak kurang dengan ‘kecelakaan’.

Tidak ada seseorang yang selalu disayang oleh Tuhan, tidak ada orang yang selalu beruntung. Tidak ada! Sedangkan Aiko pasti sangat kecewa kepadaku. Meskipun mulutnya mengatakan kepadaku untuk tidak khawatir, meskipun ia berusaha menjaga jarak denganku, tapi ia pasti selalu berharap aku bisa baik-baik kepada mereka, berharap aku juga bisa bertanggung jawab dikit atas Cecilia, berharap aku bisa perhatian kepada Cecilia, tapi aku tidak. Aku terus sibuk, demi diriku, demi orang lain, sedangkan perhatian untuk anakku sangatlah dikit.

Saat dulu tidak terjadi apapun, meskipun Aiko kecewa, ia juga tidak akan mengatakan apapun. Tapi sekarang sangatlah berbeda, sekarang sesuatu terjadi pada Cecilia. Ia sungguh marah, tidak hanya karena ketidakpedulianku terhadap Cecilia, tapi juga karena aku menyebabkan Cecilia terlibat dalam sesuatu yang berbahaya.

Aku memandang kearah Aiko. Ia memandangku penuh kebencian dan lanjut berkata, “Kamu sangat sibuk, aku tahu, jadi aku tidak berharap kamu bisa sering memberi perhatian kepadanya, tapi saat kamu melakukan sesuatu, apakah kamu bisa memikirkannya? Kamu itu Ayahnya, tapi sama sekali tidak bisa melindunginya. Tidak hanya karena itu, kamu juga membuatnya terlibat dalam kebahayaan. Alwi, ia belum sampai satu tahun, apa yang harus ia lakukan? Apa yang harus ia lakukan?”

Saat ini, emosi Aiko sudah tidak dapat dikontrol lagi. Sekuat apapun dirinya, ia juga hanyalah seorang Ibu. Tidak ada seorang Ibu yang bisa tenang dalam keadaan tersebut.

Sedangkan aku, selain kata ‘maaf’, aku juga tidak dapat mengatakan apapun. Tapi aku tahu kata ‘maaf’ adalah kata yang tidak terpenting di dunia ini.

Aku mengepalkan tanganku kencang sambil melihat Aiko yang menangis kencang. Ia memukul dadaku dan berteriak, “Apakah maaf itu berguna? Kembalikan Cecilia kepadaku! Kembalikan!”

Aku tetap tidak membalasnya, karena aku tidak tahu apa yang harus kukatakan. Aku ingin menghiburnya, menyuruhnya tenang, memberitahunya bahwa aku akan berusaha untuk membawa Cecilia pulang, tapi aku tidak mendapat berita apapun. Aku tidak berani. Kurasa jika aku mengatakan ini, bagi dirinya, mungkin hanyalah omong kosong, apakah ia percaya?

Aiko mengangkat kepalanya memandangku. Saat ini, aku dapat menemukan kekecewaan dari tatapan matanya. Ia berkata, “Alwi, apakah kamu tahu? Kamu benar-benar tidak cocok menjadi seorang Ayah.”

Selesai berbicara, ia langsung mendorongku dan berbalik badan pergi. Aku melihat punggung kepergiannya, hatiku penuh dengan kekacauan dan merasa kesedihan.

Aku tidak cocok menjadi Ayah?

Penuh ketidakjelasan di depan mataku. Mengingat kondisi sekarang, mengingat anakku yang sedang menerima penyiksaan, sedangkan aku tidak tahu cara untuk menemukannya. Aku tertawa pahit dengan tak berdaya.

Benar, aku memang tidak cocok menjadi Ayah!

Aiko pergi dan aku tetap mematung disana dengan mataku yang sakit. Setelah aku kembali tersadar, aku baru menyadari air mata sudah memenuhi wajahku.

Sulistio menunjukkan wajahnya dan raut wajahnya seketika berubah setelah melihatku. Ia segera masuk dan berlari mengatakan, “Aduh, Kak Alwi. Mengapa kamu menangis? Tak apa-apa, Cecilia dibawa pergi, kan kita bisa menemukannya kembali. Kamu tenang saja, setelah ia kembali, aku akan berusaha melindunginya. Siapapun yang tidak dapat menyentuh Cecilia lagi, kalau ada lain kali, aku akan membunuh diriku.”

Aku mengelap air mataku dan berkata dengan suara serak, “Ia tiba di dunia ini dengan memilihku sebagai Ayahnya. Aku benar-benar merasa sangat bahagia dan beruntung, tapi aku sama sekali tidak pernah mengeluarkan tenaga, tidak pernah memerhatikannya dan menyebabkan ia terlibat dalam kebahayaan. Apa yang Kak Aiko ucapkan itu benar, aku…tidak cocok menjadi seorang Ayah.”

Sulsitio sibuk mengatakan, “Kak Alwi, kamu jangan berbicara lagi. Kak Aiko terlalu panik, jadi mengucapkan hal-hal seperti itu. Benar, kamu jangan masukkan kata-katanya kedalam hati. Tangisanmu membuat hatiku sakit.”

Aku mengangkat wajahku dan menarik nafas dalam, lalu mengembalikan air mataku. Aku bertanya, “Apakah kamu menemukan sesuatu?”

Sulistio berkata dengan kesal, “Ada, tapi…sama sekali tidak berguna.”

Raut wajahnya penuh dengan kebencian dan berkata, “Bersusah payah untuk menemukan keberadaan orang itu dan hanya tersisa mayatnya.”

“Dibunuh setelah selesai melakukan pekerjaannya.” ujarku kesal. “Orang-orang itu sering melakukannya, tapi kalau orang itu sudah merencanakannya, maka orang yang mereka cari jugalah orang yang bisa dipercaya, teruslah cari orang itu.”

Saat ini, langit sudah mulai menerang, sedangkan sebuah berita yang tiba-tiba tersebar membuat seluruh Tianjing kebingungan. Berit aitu adalah, sebagian besar anggota Keluarga Yang dibawa pergi untuk investigasi!

Novel Terkait

My Charming Wife

My Charming Wife

Diana Andrika
CEO
3 tahun yang lalu
Love In Sunset

Love In Sunset

Elina
Dikasihi
5 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku CEO Misterius

Ternyata Suamiku CEO Misterius

Vinta
Bodoh
4 tahun yang lalu
His Second Chance

His Second Chance

Derick Ho
Practice
3 tahun yang lalu
Marriage Journey

Marriage Journey

Hyon Song
Percintaan
3 tahun yang lalu
Seberapa Sulit Mencintai

Seberapa Sulit Mencintai

Lisa
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Because You, My CEO

Because You, My CEO

Mecy
Menikah
4 tahun yang lalu
Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu

Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu

Milea Anastasia
Percintaan
4 tahun yang lalu