Cinta Dibawah Sinar Rembulan - Bab 28 Menginginkan Nyawaku

Felicia berkata bahwa pahlawan itu adalah aku. Aku pun terkejut dan sesaat tercengang. Apakah kedokku telah terbongkar?

Namun, responku juga sangat cepat. Aku sekilas memandang Felicia, dari matanya yang besar dan menawan itu, aku melihat tanda-tanda dia ingin menggali sesuatu. Dia sedang ngeledakin aku!

Dia kemungkinan berdasarkan kepandaianku berbicara dan juga mudah berkomunikasi dengan Claura, menebak bahwa orang yang telah menyelamatkan Claura itu adalah aku.

Walaupun aku dan Felicia sudah saling ‘jujur’, tapi aku masih belum mau mengakui identitas yang satu ini. Pertama, karena aku menyukai identitas yang sendirian dan misterius ini dan tidak ingin memberitahukannya ke orang lain. Selain itu, aku dan Felicia bagaimanapun juga bukan teman yang sesungguhnya. Diriku sendiri tidak dapat mengakuinya. Jika Claura, apalagi Bang Badui yang mengetahuinya, aku kemungkinan harus menanggung semua beban ini.

Oleh karena itu, aku menggelengkan kepalaku dan berkata kepadanya: “Kak Fel,apa maksud kakak? Aku tidak memahaminya, pahlawan apakah diriku?”

Dia tertawa kecil dan lanjut memegang daguku. Dia menatapku tanpa mengedip, dimana membuatku merasa gelisah.

“Pria yang menyelamat Claura itu beneran bukan kamu?” Felicia bertanya dengan senyumannya yang begitu menawan.

Aku berpura-pura terkejut dan berkata: “Aku menyelamatkannya? Apakah dia membutuhkan aku menyelamatkannya? Pertama, aku sama sekali tidak memiliki kemampuan itu. Andaikan aku ada, aku juga tidak akan menyelamatkannya. Aku dipandangan matanya hanyalah seekor anjing saja.”

Felicia pun tertawa terkikik-kikik. Dia meletakkan bibirnya yang seksi ke sebelah telingaku dan bertanya: “Benerankah? Kamu tidak membohongi kakak kan?”

Aku berkata tentu saja tidak, apa untungnya aku berbohong.

Kali ini dia menggunakan tangannya untuk menepuk pelan wajahku dan berkata: “Baiklah, baguslah kalau itu bukan kamu. Kakak hampir saja cemburuan. Jika adik tersayang kakak telah menjadi pahlawan wanita lain, kakakmu ini sungguh akan menderita.”

Saat dia mengatakan perkataan ini, dia kebetulan menundukkan badannya. Sungguh sangat indah dan aku hampir saja akan mimisan.

Aku berbatuk kecil untuk memecahkan kecanggungan ini dan kemudian aku tidak dapat menahankan diri dan bertanya kepadanya: “Kak Fel, aku ada pertanyaan yang ingin kutanyakan kepadamu, tapi aku tidak berani melakukannya. Jika aku bertanya, tolong jangan marah ya kak, boleh tidak?”

Dia pun mengizinkanku bertanya, jadinya aku dengan muka tebal bertanya kepadanya: “Kak Fel, apakah kamu benar-benar menyukai Claura? Kalau begitu, bagaimana perasaanmu dengan pria lain… …?”

Dia tiba-tiba mengangkat kepalanya dan melihat kearah lain, seakan-akan dia tidak menginginkan aku melihat kesedihan di matanya.

Dia bergumam dan berkata: “Iya, hubungan sesama manusia di dunia ini penuh dengan penipuan, bahkan hubungan pria dengan wanita pun sudah tidak bersih lagi. Dan Claura itu setulus hati memperlakukanku dengan baik, dia juga dapat memberiku perasaan aman. Mengapa aku tidak bisa menyukainya?”

Aku tidak tahu ingin berkata apa. Tiba-tiba aku merasa bahwa wanita itu tidak seburuk yang aku kira. Jika Claura bukanlah istriku, aku kemungkinan dapat sedikit menerimanya.

Saat memikirkannya, Felicia tiba-tiba mendorongku dan dengan senyuman menawannya berkata: “Tapi, jika adik bersedia bersaing dengan Claura, kakak kemungkinan akan memilihmu loh.”

Aku sedikit membukakan mulutku dan melihat rupanya yang begitu menawan. Aku merasa senang sekaligus canggung.

“Kamu, kak Fel tolong jangan isengin aku lagi, cepat, cepatlah bangun.” Aku dengan canggungnya berkata demikian dan pada waktu yang sama pelan-pelan mendorongnya.

Kali ini dia hanya mengataiku pengecut dan kemudian berdiri tegak.

Setelah berdiri, Felicia mengedip matanya ke aku dan tiba-tiba berkata: “Adik perjaka, sebenarnya kakak hari ini datang mencarimu karena ada suatu hal penting yang ingin kusampaikan denganmu.”

Dengan segera aku merasa gelisah dan bertanya kepadanya mengenai masalah apa.

Dia memutarkan kepalanya dan melihat sekelilingnya, terlihat dengan jelas bahwa ini bukan masalah yang biasa saja. Kemudian, dia berbisik kepadaku: “Setelah pertunjukkan malam ini, akan ada segerombolan orang yang akan merusak tempat ini. Kamu berhati-hatilah dan jangan ikut campur. Mereka adalah gerombolan orang yang kejam. Jangan sampai kamu tidak sengaja cedera. Kakakmu ini sungguh tidak ingin melihatmu terluka lagi.”

Aku saking terkejutnya membuka lebar mulutku dan tidak dapat menahan diri untuk bertanya siapakah dirinya.

Felicia pun tersenyum menghadapku dan sekilas mengedipkan matanya. Aku mengerti maksudnya bahwa dia tidak akan memberitahuku.

Namun, aku sudah menebaknya bahwa pastinya Claura-lah yang memberitahunya. Jika tidak, bagaimana mungkin Felicia dapat mengetahuinya. Tampaknya bahwa hari-hari yang damai ini karena Claura sedang menahan dirinya. Dia ingin membuat Bang Badui lengah dan kemudian melakukan pembalasan dendamnya.

Dan ini semakin membuatku merasa penasaran mengenai identitasnya Claura. Dia pastinya bukan pramugari yang biasa-biasa saja. Jika tidak, bagaimana mungkin disisinya terdapat agen yang sedang bersembunyi. Dan dia juga memiliki kemampuan untuk menyuruh orang menghancurkan markasnya Bang Badui, dimana itu suatu hal yang mustahil dilakukan orang biasa.

Yang bikin penasaran itu, Felicia yang berjalan ke arah pintu tiba-tiba memutarkan kepalanya dan memberiku senyumannya yang mempesona. Dia pun tertawa dan berkata: “Adik, barusan kakak isengin kamu, kamu tidak sanggupkah? Tunggu setelah kakak keluar, kamu jangan sendirian menyelesaikannya ya. Pria itu harus belajar untuk menahan dirinya.”

Setelah selesai bebicara, Felicia dengan sepatu haknya berjalan keluar dan meninggalkanku dengan kecanggungan dan perasaan gatal diriku.

Tidak perlu dikatakan lagi bahwa Felicia yang begitu menawan telah sedikit mengacaukan hatiku. Walaupun aku tidak begitu menyukainya, tapi baunya, auranya dan pesonanya telah membuatku sedikit tergila-gila. Aku menyadari bahwa aku menikmati waktu bersamaku dengannya. Walaupun canggung, tapi sangat tenang. Mungkin karena dihadapannya, aku dapat menjadi orang yang normal dan dapat dengan mudah berbicara dengannya.

Dalam sekejap sudah pukul dua pagi dan barnya pun juga akan tutup. Pada waktu itu, aku tidak pergi kemana-mana dan juga tidak memberitahukan informasi bahwa tempat ini akan dihancurkan.

Tapi saat sudah mau pulang kerja, aku tetap saja tidak dapat menahankan diri dan pergi mencari Jack. Bagaimanapun juga dia adalah penjaga keamanaan disini. Aku khawatir bahwa pada saat itu dia akan ikut terlibat dalam pertarungan ini dan siapa tahu dia akan melakukan kesalahan apa saja. Makannya aku harus pergi memperingatinya.

Mengenai si Jack, walaupun dia masih belum sepenuhnya menganggap aku temannya, tapi semenjak dia dengan tangannya sendiri membantuku menghajar Eddy, aku dengan tulus hati telah menganggap dia sebagai temanku. Aku bukannya sengaja ingin memenangkan sisinya, hanya saja beneran merasa bahwa orang ini lumayan juga. Walaupun dia terlihat dingin, tapi sebenarnya toleransinya sangat baik.

Setelah Jack mengetahui informasi ini, dia tidak merespon. Dia hanya berkata kepadaku bahwa dia hanyalah penjaga keamanaan yang kecil saja dan tidak dapat mengurus begitu banyak.

Mungkin karena peringatanku yang tulus ini telah memberikannya sedikit kesan yang baik. Jack berkata satu kalimat kepadaku, dia mengetik kepadaku: Aku tahu bahwa kamu ini orang yang jujur. Ada orang yang mengatakan sesuatu kepadamu, makannya kamu berpikir ingin berteman denganku. Ada beberapa air tidak dapat diteteskan oleh orang yang bukan siapa-siapa sepertimu. Kamu tetap harus menjaga diri sendiri.

Aku mengetik dan membalasnya: Kak Jack, aku sungguh-sungguh mengagumi orang sepertimu. Aku merasa bahwa kamu masih memiliki rasa keadilan. Sungguh berterima kasih bahwa saat itu kamu telah membantuku. Aku sungguh tidak ada maksud lain.

Jack tidak berkata apa-apa, sehingga aku pun berjalan pergi dan dari awal balik lagi ke gudang tersebut.

Pada pukul tiga subuh, tempat tersebut hancur dan orang-orang pun sudah pergi. Hanya tersisa pekerja yang sedang membersih-bersih tempat ini. Tiba-tiba, di depan pintu terdengar bunyi mesin menyala, sepertinya adalah beberapa truk besar yang telah dinyalakan.

Dengan segera aku menyelinap de depan pintu dan dengan cepat aku melihat segerombolan orang hitam yang sedang menerobos masuk ke dalam bar tersebut. Kira-kira kurang lebih terdapat tiga puluh orang, mereka semua memegang tongkat bisbol, memakai topi dan masker mulut, terlihat sangat ahli.

Setelah memasuki bar tersebut, ketua mereka berteriak untuk membersihkan lokasi ini. Kemudian mereka menutupi pintu depannya.

Yang membuatku terkejut adalah mereka mulai menghancurkan tempat ini tanpa mengatakan sepatah pun. Mereka mengayunkan tongkat bisbolnya dan mereka menghantam semua barang yang mereka lihat.

Awalnya, para penjaga keamanan ingin pergi bernegosiasi dengan mereka. Namun, salah satu dari mereka malah dihantam ke tanah.

Dan ketua mereka pun membuka mulut dan berkata bahwa mereka hanya ingin menghancurkan saja, tapi jika ada yang menghentikannya, orang itu pun juga akan ikut dihancurkan.

Akhirnya, para pekerja bar pun mulai menyingkir ke persudutan dan dengan mata kepalanya sendiri melihat fasilitas bar tersebut dihancurkan dan menjadi kacau, terutama minuman-minuman yang terdapat di rak sana, semuanya telah dihancurkan dan dapat tercium aroma bir yang begitu kuat.

Melihat adegan yang gila ini, aku pun sangat ketakutan. Tubuhku tidak dapat menahan diri untuk bergemetaran. Setengah dari diriku merasa ketakutan dan setengahnya lagi merasa bergairah. Aku merasa bahwa adegan yang satu ini sungguh menakjubkan, dan apalagi ada perasaan kepuasaan untuk memberi balas dendam ke Bang Badui. Namun, aku juga sangat khawatir, birnya telah dihancurkan menjadi seperti ini, kerugiannya sungguh besar. Apakah Bang Badui akan berhenti bekerja dan ini akan mempengaruhi pekerjaanku?

Saat aku berpikir, segerombolan penghancur tersebut tiba-tiba dibagi menjadi dua kelompok. Satu kelompok menerobos keatas tangga. Aku merasa bahwa gerak-gerik mereka tidak seperti orang yang ingin menghancurkan sesuatu, aku berpikir kemungkinan mereka ingin mencari Bang Badui. Claura pastinya akan mengambil kesempatan ini untuk balas dendam ke Bang Badui. Tapi Bang Badui pastinya tidak berada di kantornya. Di saat ini, jikapun dia berada disana, dia pastinya akan turun kebawah ataupun lari melalui pintu belakang dan tidak mungkin bersembunyi di kantornya.

Dan kelompok yang satu lagi sedang menerobos kemari. Di saat itu, hatiku sesaat berdebar-debar. Aku berpikir bahwa mereka kemungkinan akan menghancurkan gudang ini, dan bahkan tidak mengetahui bahwa aku hanyalah menumpang di gudang yang tidak terpakai ini.

Supaya aku tidak dilibatkan, aku langsung berlari keluar gudang tersebut kemudian berlari ke arah kamar mandi.

Namun saat aku sedang berlari, aku menyadari bahwa sekelompok orang tersebut tidak masuk ke gudang tersebut ,melainkan berlari mengejarku.

Aku pun tercengang. Aku merasa lari pun tidak dapat kabur dari mereka. Mereka pastinya melihatku berlari makannya mengejarku. Jadinya, akupun terang-terangan berlari ke kamar mandi.

Tidak disangka bahwa mereka pun ikut mengejar ke kamar mandi.

Ketua mereka, dengan badan yang kuat dan tatapan mata yang ganas menatap kearahku,yang memimpin mereka. Setelah mereka menerobos masuk, belum sampai menunggu mendengar penjelasan keadaanku, mereka pun kemari dan menendang kakiku, akhirnya aku pun ditendang dan tergeletak di lantai.

Kemudian, tanpa sedikit keraguan kakiku ditendang mereka, bahkan aku punya ** tidak diberi kesempatan. Aku juga tidak berani bertanya, dan juga tidak ada waktu untuk mengetik dan kasih mereka lihat. Perasaan ini, tidak perlu kujelaskan lagi, sungguh sangat suram.

Saat aku sedang berjuang dan bersiap untuk melawan, pada waktu mau menerobos keluar, pria yang memimpin itu tiba-tiba dari kantong mengambil keluar sebuah pisau, seakan-akan dia ingin menusukku.

Aku benar-benar tercengang dan berpikir apakah mereka salah mencari orang kah. Melihat aku berlari, mungkinkah mereka mengira aku adalah Bang Badui?

Melihat pisau yang berkilau itu, pada waktu itu aku sungguh-sungguh terburu bahkan tidak dapat menahankan diri untuk membuka mulut dan mengatakan sesuatu.

Tapi pada saat ini, dari balik arah pintu kamar mandi, terdengar suara teriakan yang melengking: “Berhenti, beraninya kalian ya!”

Ternyata itu adalah suara Felicia, dengan cepat dia pun berlari ke kamar mandi. Pada saat ini, dia sama sekali tidak terlihat seperti iblis lagi, lumayan seperti seorang ratu.

Dia langsung berbicara dengan si pemimpinnya: “Kamu pernah lihat aku? Aku selalu bersama Claura. Beraninya kalian ya, bahkan suaminya Claura pun kalian masih berani memukulnya!?”

Si pemimpin itu otomatis mengenal Felicia. Dia melihat ke arah Felicia dan mengangguk kepalanya.

Tiba-tiba, pria ini berkata kepada Felicia: “Nona ini, apakah kamu salah tidak mengira? Ini adalah perintah dari mulut nona Claura sendiri, dimana menyuruh kami mengebiri bajingan ini.”

Novel Terkait

Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Love In Sunset

Love In Sunset

Elina
Dikasihi
5 tahun yang lalu
Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Jasmine
Percintaan
4 tahun yang lalu
Lelah Terhadap Cinta Ini

Lelah Terhadap Cinta Ini

Bella Cindy
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Mi Amor

Mi Amor

Takashi
CEO
4 tahun yang lalu
Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Shuran
Pernikahan
4 tahun yang lalu
More Than Words

More Than Words

Hanny
Misteri
4 tahun yang lalu
Adore You

Adore You

Elina
Percintaan
4 tahun yang lalu