Cinta Dibawah Sinar Rembulan - Bab 227 siapapun tidak bisa menghalangiku

Nody mengatakan bahaya, menyuruh kami duduk dengan baik, lalu dengan ganas menginjak gas, mobil dengan cepat melaju kedepan

Aku menyuruh felicia tidur di pelukanku, mengambil teleskop, melihat dengan detail, sangat cepat, aku melihat di sebuah atap mengeluarkan sebuah lobang hitam, estimasinya adalah senapan sniper. Seluruh tubuhku mengeluarkan keringat dingin, Nody tiba-tiba berkata: “turun! Didepan macet!”

Aku mendongakkan kepala melihat keluar, hanya melihat didepan penuh dengan mobil, kalau kita disaat seperti ini berhenti, penembak jitu itu kemungkinan besar akan menembak kita, kalau seperti ini, rakyat biasa akan bahaya.

Terpikir sampai disini, aku teringat mobil yang tiba-tiba meledak tadi, hatiku seketika merasa sakit, di mobil itu tidak tahu siapa yang duduk, aku hanya tahu dia atau mereka, mereka tidak salah apapun tapi menderita karena kami!

Tidak bisa membiarkan orang lain berkorban demi kami. Dengan cepat aku turun, mengatakan pada felicia: “kak felicia, kamu cari tempat dimana banyak orang dan bersembunyi disana, aku disini tidak dapat memperdulikanmu

Mata felicia dipenuhi dengan rasa tidak rela, tapi dia masih saja menganggukkan kepala, dan mengantungkan liontin ke leherku, dengan lembut berkata: “kamu harus baik-baik saja, kali ini, kalau kamu ada apa-apa, aku tidak akan hidup sendiri.”

Aku menganggukkan kepala, dengan yajin berjanji: “baik, aku akan hidup dengan baik, kembali untuk menjemputmu.”

Felicia menganggukkan kepala, seketika tidak rela lagi, dia pelan-pelan melepaskan tanganku, lalu pergi ke tempat dimana banyak orang berada.

Aku dan nody langsung menuju ketempat dimana orang sedikit, nody bertanya padaku bagaimana? Terus pergi ke tempat jessi, atau membereskan sniper andal ini? Aku sedikit ragu, kalau tidak mengangkat telepon jessi, mungkin aku akan bertarung dengan sniper ini, karena aku harus tahu siapa yang ingin menyakitiku, tapi jessi menyuruhku jangan memperdulikan apapun dan terus pergi, ini membuatku ragu. Dia tidak pernah mencelakaiku, dia memutuskan suatu hal pasti ada alasan yang cukup, aku sepenuh hati percaya padanya, jadi hatiku lebih mengarah untuk pulang.

Tapi, kalau aku pulang begitu saja, bagaimana menghadapi orang yang mati dengan sia-sia demi diriku? Berpikir sampai disini, aku mengigit gigiku dan berkata: “pancing orang itu untuk pergi ke tempat dimana oang sedikit, disaat bersamaan meminta bantuan.”

Nody menganggukkan kepala, kami berdua melewati jalan besar, kami terus melaju kedepan, kalau orang itu memang menginginkan nyawa kami, pasti akan mengejar kemari.”

Begitu saja, kami sudah kabur kiraa-kira setengah jam, akhirnya sampai disebuah gunung. Gunung tidak besar, tapi banyak rumput liar yang tumbuh dengan panjang, pohon yang lebat dan subur, batu-batu yang besar berdiri berdampingan, lokasi yang paling baik untuk bertarung, terutama saat latihan dengan kakek ergi, hampir setiap hari di atas gunung, tempat ini sangat menguntungkan untukku.

Sepajang perjalanan, kami terus mengawasi keadaan orang dibelakang, dia terus mengikuti kami tidak lepas, bahkan menembak kami dua kali, cuma kami menghindar, aku berpikir kalau orang lain, mungkin sudah ditembak mati dengan sekali tembak, harus tahu, dia membawa seorang penembak jitu.

Sampai diatas gunung, aku merasa aneh dan bertanya pada nody kenapa masih belum bisa menghubungi atasan, dia juga merasa aneh, seharusnya saat kita menjalankan tugas, pasti akan selalu berhubungan dengan atasan, tapi kenapa hari ini terbalik.

Teringat ucapan jessi padaku, hatiku seketika merasa tidak tenang.

Nody berkata: “tidak peduli, sekarang tidak bisa mengurusi banyak hal, alwi, cepat cari tempat untuk bersembunyi, aku akan mengatur sedikit rencana.”

Dia sambil berkata, dia memasukkan batu ke dalam tas yang selalu dia jinjing, mengambil kawat yang berada di atas kepala, kawat itu bewarna hijau, di balik rumput ini pasti tidak akan kelihatan.

Nody memberi tanda padaku untuk bersembunyi, aku melihat sekitar, dengan cepat memanjat ke atas pohon besar. Nody menarik garis, dari dibawah satu pohon ke pohon lain.

Sangat cepat, sniper itu mengangkat senapannya dengan hati-hati sampai di atas gunung, dia dengan hati-hati berjalan kearah gunung, pandangannya mengarah kesluruh pejuru, tanganku yang memegang pistol penuh dengan keringat, bahkan aku tidak berani menarik napas. Sniper tidak melihat orang, berlari kecil ke atas gunung, jarak dia dengan kapi semakin dekat, saat itu, tiba-tiba rumput bergerak, itu adalah tali yang ditarik oleh nody.

Sniper mengira itu adalah kami, seketika langsung menembak hancur sebuah batu, dan aku menggunakan kesempatan itu untuk menembak, dia sangat hebat, rupanya disaat aku menembak dia, tubuhnya seperti macan bergegas mengarah kesini, responnya sangat cepat, peluruku hanya mengenai bahunya, tapi ini sudah membocorkan posisi kami, dia langsung mengangkat senapan mengarahkan ke tempatku an seketika pohon tersebut hancur, untungnya kau pergi dengan cepat, dan nody saat pria tersebut menembak pohon dengan cepat menembak pria tersebut, pria tersebut langsung bersembunyi, aku menggunakan kesempatan itu untuk menembak.

Penembak jitu ini seketika seperti denga cepat terjatuh, aku dan nody saling memandang, beriringan berlari ke arah pria tersebut, sekarang dia sudah mengembuskan nafas terakhir.

Nody mengepalkan tangan dengan gembira mengatakan: “Yes!”

Aku sedikit kecewa dan berkata: “sayang sekali, kalau bisa meninggalkan pesan terakhir, mungkin bisa tau siapa yang ingin menghabisi kita.”

Nody mengerutkan kening dengan datar berkata: “Alwi, aku ada firasat yang buruk.”

Aku melihat dia, melihat ekspresinya yang sangat curiga, memberinya tanda untuk lanjut berbicara, dia berkata: “aku selalu merasa kita sedang diperalat oleh orang.”

Aku menyuruhnya untuk mengatakan dengan jelas, dia menggelengkan kepala, dan berkata sudahlah, dia juga hanya menebak, tidak ingin karena tebakan dia yang tanpa bukti membuatku tidak tenang. Selesai berbicara, dia melihat waktu, dan bilang cepat cari felicia, lalu cari jessi, msih berkata jessi rupanya menyuruh kita pergi, pasti ada hal darurat.

Melihat nody yang jarang sekali begitu serius, aku juga sedikit tegang, ahkan mulai khawatir tentang keselamatan felicia, akhirnya, aku langsung kembali mengikuti jalan tadi, nody memberikan pesan kepada atasan, agar mereka mengurusi mayat.

Kita dengan cepat sampai di tempat semula, disekitar sana ada plaza perbelanjaan, disana orangnya sangat banyak, aku ingin mencari felicia pasti ada disana, dan akhirnya pergi ke plaza tersebut, ternyata melihat felicia duduk di luar kafe air minum kopi. Melihat aku datang, dia sangat gembira, mengarah kemari ingin memelukku, aku merentangkan tanganku untuk menyambutnya, tapi disaat dia memelukku, raut wajahnya tiba-tiba berubah, dan berteriak: “Alwi, awas!”

Sambil berkata, dengan cepat dia memelukku, dan berputar, disaat bersamaan, aku mendengar suara yang sangat keras, seketika, tanganku merasakan sebuah benda yang hangat dan kental, dan aku mencium aroma darah.

Saat itu, aku tertegun, disekitar terdengar suara orang yang terkejut, semua orang kabur dari sana, aku pelan-pelan melepaskan felicia, dia jatuh ke tanah, aku melihat perutnya dipenuhi dengan darah, mengotori rok putihnya, kedua kakiku seketika lemas, dengannya berlutut di atas tanah, dia bersandar dipelukkanku, wajahnya memucat, matanya melebar, mulutnya terbuka dan tertutup, dari tenggorokkannya mengeluarkan suara, tapi sangat kecil sangat kecil.

Aku menempelkan tubuhku di telinganya, dengan kuat menahan air mata yang akan mengalir, dan berkata: “kak felicia, kamu mau mengatakan apa? Aku dengar, aku sedang dengar.”

Felicia dengan lemah memegang tanganku, dengan pelan mengatakan: “aku menembakmu sekali, sekarang sudah aku kembalikan, adil tidak?”

Seketika air mataku mengalir, meletakkan kepalaku di pelukannya, aku mengatakan padanya dengan suara serak: “kamu bodoh! Aku tidak perlu kamu menahan peluru untukku, tidak perlu...”

Felicia pelan-pelan tertawa dan berkata: “hidup dengan baik untukku....”

Aku mengangguk dengan kuat, dan berbicara dengan lirih: “kamu juga harus hidup dengan baik untukku, bisa?

Tapi, tidak ada yang menjawab diriku.

Seluruh tubuhku bergetar, kepalaku menunduk melihat felicia yang berada dipelukkanku, dia sudah memejamkan matanya, apakah meninggal, atau pingsan? Aku sekarang, aku tidak berani untuk memeriksa nafasnya, ku tkut mendapatkan jawaban yang tidak aku inginkan.

Sejak saat itu nody yang menembak ke arah tembakan, melihat sebuah peristiwa, matanya memerah dan mengatakan: “aku atasi disini, alwi bawa felicia kerumah sakit! Semakin cepat semakin baik!”

Pergi ke rumah sakit! Otakku tidak berhenti keluar ucapan jessi kepadaku, aku yang kacau seketika mengumpulkan semangat, aku menganggukkan kepala dan berkata: “benar, pergi ke rumah sakit, kita pergi ke rumah sakit!”

Selesai berbicara, aku mengendong felicia pergi, saat itu, mobil berhenti di pinggir jalan, kakek ergi dan jessi, bahkan paman body guardnya turun dari mobil bersamaan, melihat kejadian ini, kedua orang ini ekspresinya langsung curiga, aku melihat jessi dan berkata: “tolong, bawa felicia pergi ke rumah sakit!”

Selesai berbicara, aku memberikan felicia kepada jessi.

Jessi mengambil felicia dariku, bertanya padaku tidak pergi bersama? Aku menggelengkan kepala dan berkata: “tidak, aku ingin membalaskan dendam untukknya!”

Orang yang menyakiti wanita yang aku cintai, akan aku bunuh!

Dengan yakin aku membalikkan badan, kakek ergi langsung menahan lenganku, dengan cepat memindahkan ku kepilar sebelah, dan nody juga berada di pilar tersebut dan berkata: “orangnya diatas, belum pergi!”

Aku menganggukkan kepala, menarik nafas dalam-dalam, dengan cepat mengarah ke atap plaza, kakek ergi dan nody beriringan melindungiku, sepanjang perjalanan, kami menghindari serangan dari orang itu, dan akhirnya berhasil sampai di atap plaza.

Kakek ergi dengan suara yang sangat rendah mengatakan: “kalian tunggu disini, aku akan mengalahkan orang tersebut.”

Nody ingin mengatakan sesuatu, aku berkata: “biarkan kakek pergi, kita berdua pergi hanya akan menjadi penghalang untuk kakek.”

Nody menganggukkan kepala, dengan pelan menanyakan asal kakek? Aku tidak mengatakan apapun, karena tidak ada mood sama sekali, sekarang diotakku semuanya adalah gambaran dismana felicia terjatuh, aku merasa hatiku berdarah.

Kakek ergi naik keatas, aku bersandar di tembok, menyalakan seputung rokok, menghisapnya dengan emosi, nody berdiri di sampingku, menepuk pundakku dengan pelan, dengan pelan menenangkanku: “kakak ipar memiliki keberuntungan yang sangat besar, pasti tidak akan ada masalah, kamu tidak perlu khawatir.”

Aku memandang nody dan berkata: “ucapan seperti ini, dulu aku masih bisa percaya, tapi sekarang....aku bukan anak kecil lagi, nody, orang itu memakai senapan apa, terus ada kekuatan apa, kamu tidak tahu kah?”

tubuh felicia, ada lobang seukuran mangkok, saat peluru menembus badannya, organ dalam dan nadinya pasti berpengaruh, mungkin beberapa akan hancur, ada beberapa yang akan luka, dia bisa hidup, dia bisa bertahan hidup tidak? Jujur, aku tidak ada kepercayaan diri.

Teringat wanita yang sangat mencintaiku, demi aku rela kehilangan hidupnya, dan mungkin juga akan berpisah denganku selamanya, mulai sekarang aku tidak bisa berbagi kebahagiaan dengannya, kesedihanku juga tidak bisa berbagi dengannya, semua yang padaku dia tidak akan tahu, saat aku merindukannya, tidak melihat dia menyentuhnya menciumnya, aku melihat benda kesukaannya, saat ingin beli, tapi tidak bisa aku kasih ke dia, dunia ku sekarang tidak ada urusan dengannya, aku merasa hatiku seperti ditusuk oleh ribuan panah.

Ternyata ini adalah rasa keputusasaan saat kehilangan orang yang dicintai? Aku benar-benar sulit untuk memikirkan itu, hari-hari dimana aku tidak ada, felicia bagaimana menjalani hidup. Dan kami tidak mudah untuk bertemu, apakah harus berpisah lagi? Aku mengelus luka di pundakku, air mataku akhirnya tidak dapat tertahankan dan mengalir keluar, luka ini, adalah kenangan terakhir yang dia tinggalkan....

Aku berharap luka ini selamanya tidak pernah sembuh, selamanya darah terus mengalir keluar, infeksi, dengan begitu, aku bisa meninggalkan dia di hatiku lebih dalam dan lebih sakit.

Saat berpikir dengan kacau, hanya terdengar suara “Bang”, seseorang terjatuh dari lantai atas, seketika, aku melihat kakek ergi melompat kebawah, tangannya memegang sebuah senapan. Dia menunjuk orang di bawah, dan berkata: “alwi, aku serahkan padamu.”

Melihat pria yang terbaring ditanah dengan sekarat, aku tiba-tiba berdiri, pelan-pelan berjalan kedepannya, mengangkat senapan dan ingin menembak, saat seperti ini, hp ku tiba-tiba berbunyi, aku menekan tombol angkat, diseberang sana terdengar suara Letnan , dia berkata: “alwi, tinggalkan pesan, pria ini pasti sangat berguna.”

Apa? Wanitaku mungkin akan meninggal, atasan malah menyuruhku untuk membiarkan pria ini hidup?

Aku dengan kuat mengenggam hp ku, kedua tanganku bergetar, dengan tergagap mengatakan: “kalau aku mengatakan tidak?”

“ini adalah perintah! Alwi, kamu jangan gegabah, kamu harus tahu kamu memiliki masa depan yang baik, kalau kamu kali ini melawan perintah, kamu akan mendapat masalah.”

Aku langsung mematikan telepon.

Siapapun tidak ada yang bisa menghalangi niatku untuk membalaskan dendam felicia!

Novel Terkait

Gadis Penghancur Hidupku  Ternyata Jodohku

Gadis Penghancur Hidupku Ternyata Jodohku

Rio Saputra
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Waiting For Love

Waiting For Love

Snow
Pernikahan
5 tahun yang lalu
Love And Pain, Me And Her

Love And Pain, Me And Her

Judika Denada
Karir
4 tahun yang lalu
Perjalanan Selingkuh

Perjalanan Selingkuh

Linda
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
My Charming Lady Boss

My Charming Lady Boss

Andika
Perkotaan
5 tahun yang lalu
Cintaku Pada Presdir

Cintaku Pada Presdir

Ningsi
Romantis
4 tahun yang lalu
Unplanned Marriage

Unplanned Marriage

Margery
Percintaan
5 tahun yang lalu
Cinta Adalah Tidak Menyerah

Cinta Adalah Tidak Menyerah

Clarissa
Kisah Cinta
5 tahun yang lalu