Cinta Dibawah Sinar Rembulan - Bab 1043 Kapan Kembali? (2)

Aku telah mendapatkan nomor telepon pasangan kerja di Huaxia. Aku percaya kalaupun Matthew bukan berkontak langsung dengan orang di belakang, pemilik nomor telepon ini pasti juga memiliki hubungan yang tidak biasa dengan orang itu. Kalau bisa mengontrol orang ini, maka aku bisa menemukan orang di belakangnya.

Tapi tidak boleh asal menghubungi nomor telepon, karena aku tahu pemilik ini pasti jarang menggunakan nomor telepon ini. Kalau aku membiarkannya orang Huaxia yang menghubunginya, mungkin saja bisa menarik kewaspadaannya, jadi aku tidak boleh bergantung kesana, hanya bisa bergantung pada diri sendiri, untuk menemukan orang belakang itu.

“Benar, foto Alfredo telah di potret kan?” tanyaku setelah teringat orang itu.

Nando mengangguk dan berkata, “Sudah kukirim ke Kak Samuel. Tapi apakah orang ini harus dipedulikan?”

Aku berkata, “Percikan api bisa membakar satu hutan, jangan meremehkan orang biasa yang bisa digunakan olehmu. Kalau tidak berguna, hanya menghabiskan waktu. Kalau berguna, mungkin saja bisa menjadi salah satu jalan.”

Nando mengangguk mengerti. Aku tertawa berkata, “Cepat makanlah, agar bisa bekerja.”

“Baik.”

......

Setelah selesai makan, Jinkang datang. Aku tertawa berkata, “Tadi tidak melihatmu saat makan, kemana kamu pergi? Apakah pergi makan bersama dengan Ayahmu?”

Jinkang mengangguk dan berkata, “Iya, aku berbincang dengan Ayahku, tapi sekarang ia telah pulang. Ia memuji Anda banyak dan menyuruhku untuk belajar denganmu.”

Aku berkata. “Bukankah aku menjadi ‘anak keluarga lain’?”

Jinkang sedikit tidak mengerti. Aku tertawa dan berkata, “Di Huaxia sana, banyak orang tua suka menggunakan anak orang lain yang baik untuk mengajar anak sendiri, jadi anak-anak yang pintar dan orang sukses memiliki panggilan yang sama, yaitu ‘anak orang lain’.”

Jinkang mengangguk dan tertawa pelan, lalu berkata, “Aku tidak pernah mengalami itu waktu kecil.”

Aku tahu masalah masa kecil merupakan hal-hal yang tidak dapat dilupakannya. Meskipun ia tidak memberitahu, tapi aku tahu ia adalah anak yang ditinggalkan oleh keluarganya.

Aku tertawa dan berkata, “Kamu tidak pernah mengalaminya, maka segera cari istri untuk lahir anak, agar anakmu bisa mengalaminya. Kamu tenang saja, aku akan segera menghapuskan aturan itu. Kalau kamu memiliki anak, anakmu pasti seperti anak orang biasa, bisa menerima pendidikan yang terbaik, menjadi orang yang ia inginkan. Aku jamin kepadamu, kalau ia mau, ia tidak akan seperti kita selamanya, menjalankan hidup yang berbahaya. Ia akan hidup dengan bahagia.”

Jinkang menaikkan bahunya dan berkata, “Aku hampir saja tergoda, tapi apakah Anda...sungguh ingin menghapuskan aturan itu?”

Aku berkata, “Itu adalah janjiku kepadamu, mengapa? Jangan-jangan kamu kita aku sedang bercanda?”

Jinkang menggelengkan kepala dan sibuk berkata, “Aku tidak pernah mencurigai Anda, tapi kalau Anda telah menjadi Bos Invincible Empire, maka harus memikirkan masalah pengganti anggota. Kalau anak-anak ini... Kalau Anda tidak melatih anak-anak ini, apakah Anda pernah memikirkan cara untuk memperluas tim, untuk menambah anggota tim baru?”

Aku bersandar ke kursi dan berkata, “Sekarang belum terpikir, tapi pasti ada caranya bukan? Tenang saja, aku tidak akan membiarkan Invincible Empire ‘mati’ di tanganku.”

“Aku hanya takut orang lain akan melontarkan pendapat kepada Anda. Aku tidak khawatir kepada Anda.” ujar Jinkang sambil tertawa.

Senyumannya sangat bersinar, mungkin karena harapannya terkabulkan. Akhirnya ia bisa menghela nafas. Melihat senyumannya, hatikku sungguh merasa bersalah, karena kau menipunya. Aku sama sekali tidak pernah memikirkan masalah untuk menambah anggota baru tim, karena Invincible Empire tidak akan ada penduduk baru lagi. Invincible Empire akan berakhir di tanganku.

Jinkang tidak tahu pikiranku dan masih terlarut dalam suasana hati yang bahagia. Aku tiba-tiba ingin bertanya kepadanya, kalau ia begitu tahu pekerjaan penjual narkoba itu tidak baik dan tidak berharap anak menjalani jalan yang sama, lalu mengapa ia masih berharap Invincible Empire untuk semakin maju?

Setelah kupikir banyak, masalah ini tidak perlu ditanya. Ia berharap Invincible Empire menjadi kuat, karena dirinya sama sekali tidak ada negara yang ingin memberinya tempat tinggal, selain Invincible Empire. Secara singkat, ia tidak memiliki jalan lain lagi, jadi ia berharap Invincible Empire bisa memberikan apa yang ia harapkan.

Perasaan ini sungguh sangat tak berdaya dan sangat mengecewakan.

Membenci sesuatu hal, tapi harus dijalani terus selama kehidupannya. Kehidupan yang seperti sungguh sulit untuk dilalui.

Aku hanya berharap Jinkang tidak membenciku saat ia mengetahui apa yang ingin kulakukan dan mengerti diriku. Walaupun ia tidak bisa memaafkanku, tapi setidaknya jangan membenciku. Setidaknya harus tahu semua apa yang kulakukan berharap orang-orang yang sepertinya bisa terbebaskan.

Jinkang melihatku terdiam dan bertanya, “Kak Alwi, apa yang sedang Anda pikirkan?”

Aku menggelengkan kepala dan berkata, “Tak ada apa-apa. Oh iya, aku membiarkan kamu yang mengurus Mocheng. Sekarang situasi disana sangat stabil. Kamu lanjutlah dengan seperti biasanya untuk memberikan tantangan ke luar sana.”

”Menggunakan aturan yang sama? Pihak yang kalah menetap disini?” ujar Jinkang penasaran.

Aku menggelengkan kepalaku dan berkata, “Tidak, ganti aturan. Taruhannya diganti menjadi uang, tapi maupun pihak musuh menang atau kalah, kamu pergi membahas dengan mereka, bilang kita ada pikiran untuk membiarkan mereka menetap disini, tapi harus dilihat dari kemauan mereka. Kalau yang mau, akan diberikan gaji yang cukup tinggi, lalu bawa kesini. Kalau yang tidak mau, biarkan mereka pergi.”

Jinkang berkata, “Baik, aku mengerti. Kak Alwi tenang saja untuk memberikan Mocheng kepadaku.”

Aku memandangnya dan dengan serius berkata, “Jinkang, kamu adalah orang satu-satunya yang kupercaya di Invincible Empire. Aku berharap kamu tidak membuatku kecewa, juga berharap kamu selalu mengingat bahwa kamu adalah teman bagiku, seperti aku didalam hatimu. Aku...tidak akan menjebakmu.”

Jinkang mendengar ini, seketika tersenyum dengan terharu. Ia berkata, “Kak Alwi tenang saja. Aku akan bekerja dengan semangat.”

Melihat senyumannya yang tulus, aku menghela nafas pelan di dalam hati. Aku berkata, “Mau main catur denganku?”

Jinkang menggelengkan kepalanya dan sibuk berkata, “Aku sama sekali tidak bisa main itu.”

Aku tertawa dan berkata, “Sebenarnya aku juga tidak bisa. Kalau begitu, ayo minum teh bersama.”

“Sepertinya tidak. Aku harus segera kembali ke Mocheng, untuk menyelesaikan misi pemberian Anda.” seru Jinkang.

Aku juga tidak memaksanya menetap dan berkata, “Baiklah, hubungi aku kalau ada masalah dan juga sering-sering kembali temani diriku.”

“Iya.”

Aku berdiri di dekat jendela setelah mengantar kepergian Jinkang. Nando kembali dan bertanya, “Jinkang telah pergi?”

Aku mengangguk kepalaku. Ia berkata, “Anda masih khawatir?”

Aku tertawa berkata, “Tidak, tidak ada kata menyesal setelah permainan dimulai. Aku tahu apa yang harus dikhawatirkan, apa yang tidak.”

Aku lanjut berkata, “Oh iya, kamu cari orang untuk melindungi Angela dan Darren.”

Nando agak takut berkata, “Ada... sesuatu hal yang belum keberitahu kepada Anda.”

Melihat ia yang gagap, aku tertawa dan berkata, “Ada apa? Kamu memiliki anak di luar?”

Nando memutar balik matanya dan berkata, “Apakah Anda boleh serius? Aku belum beritahu Anda kalau Angela dan Darren... telah naik kapal datang kesini.”

Apa?

Aku berkerut alia dan melihat Nando. Ia berkata, “Aku...aku juga tidak ingin, tapi saat Angela menghubungiku, ia sudah naik kapal. Aku tidak boleh menyuruhnya untuk lompat dari kapal kan? Lagipula aku bilang, ia juga tidak akan mendengarku, benar bukan?”

Ia dengan kesal berkata, “Lagipula ini juga...harus disalahkan kepada Anda, begitu kharisma, sehingga mereka tidak ingin pergi darimu. Anda adalah akar dari masalah ini, ada kaitan apa denganku?”

Aku melototinya kesal. Ia menaikkan bahunya. Aku dengan tak berdaya berkata, “Benar juga katamu. Sudahlah, aku juga sudah menebak mereka berdua ingin mengikutiku. Datang ya datang, hanya saja masalah Darren sekolah...”

Nando berkata, “Tak apa-apa, lagipula Darren lain kali tidak berlangsung hidup dengan pendidikan.”

Aku melototinya lagi. Sebenarnya aku berharap Darren bisa menjalani kehidupan yang normal. Kadang aku teringat apakah aku membantu Darren itu hal yang benar atau bukan? Apakah membiarkan mereka berdua hidup kesusahan seperti, lebih baik dibanding sekarang?

Aku menggelengkan kepalaku untuk mengusir semua pikiran. Aku berkata kepada Nando, “Kalau begitu, kamu carikan tempat tinggal untuk mereka.”

Nando mengangguk dan berkata, “Baik.”

Ia berbalik badan dan jalan beberapa langkah, lalu tiba-tiba melihat kearahku dan bertanya. “Menurut Anda, dengan kepintaran Nona Jessi, apakah ia bisa melihat rasa kesukaan Angela kepadamu? Kalau ia tahu Anda membawa Angela bersama Anda, apakah ia akan datang memukul Anda?”

Aku mengetuk kepalanya dan berkata, “Pergi kamu!”

“Ckck, takut sekarang.” ujar Nando sambil meninggalkan ruangan.

Aku menghela nafas setelah kepergiannya. Aku berpikir kehidupanku sekarang sungguh kacau. Kapan aku bisa kembali ke Huaxia, kembali ke samping Jessi?

Aku mengeluarkan telepon dan menghubungi Jessi dengan panggilan video. Sebagai Bos, aku tidak perlu khawatir lagi ada yang mengawasiku. Setidaknya aku bisa menghubungi Jessi dan panggilan video, tanpa bersembunyi lagi. Teringat ini, aku merasa posisi ini cukup berguna.

Baru saja selesai berpikir, layarku muncul wajah Jessi yang cantik. Senyumannya sekarang terlihat lebih hangat dan bersinar. Tanpa menunggu aku membuka mulut, ia berkata, “Sepertinya kamu sudah menduduki posisi itu.”

Hanya seorang Jessi yang mengenal diriku.

Aku tertawa dan berkata, “Benar, jadi apakah kamu ingin memberikan penghargaan untukku?”

Jessi segera memberikan kecupan terbang untukku dan berkata, “Tidak boleh memberi lebih, takutnya kamu akan kebanggaan.”

Aku memandangnya dan hatiku merasa sangat bahagia. Aku berkata, “Sudah cukup, aku takut kalau kelebihan, aku akan sangat senang, hingga tidak ada niat untuk bekerja.”

Jessi menjulurkan tangan, ingin menyentuh wajahku melalui layar. Aku mendekatkan wajahku dan berkata, “Aku kasih kamu sentuh.”

Ia tertawa dan membuat gerakan menepuk kepalaku pelan. Ia dengan lembut berkata, “Sangat lelah kan? Bertahan beberapa saat lagi, bentar lagi kamu akan pulang.”

“Setiap kali mengingat pulang, bisa menjadikanmu sebagai pengantinku, aku akan menjadi sangat semangat, sama sekali tidak lelah.” Aku berkata, “Oh iya, aku tunjukkan kantor baruku untukmu.”

Aku mengangkat teleponku, untuk menunjukkan lingkungan kerjaku kepada Jessi. Setelah melihat ini, aku berkata, “Bagaimana? Apakah terlihat sangat mewah?”

Jessi tertawa berkata, “Lebih mewah dari milik Ayahku.”

Aku dengan senang berkata, “Aku tak sangka aku bisa menjadi pemimpin negara selama hidupku. Meskipun ‘negara’ ini tidak diakui secara internasional.”

Jessi berkata, “Tak apa-apa kalau internasional tidak mengakui, tapi aku mengakui statusmu.”

Aku berkata, “Sudah cukup kalau begitu.”

Setelah berbincang beberapa saat kemudian, aku mematikan panggilan karena masih ada masalah yang harus kuurus. Awalnya aku merasa lelah, tapi setelah berbincang dengan Jessi, aku kembali semangat untuk bekerja. Melihat kalendar, aku tahu hari-hari aku kembali semakin dekat.

Novel Terkait

Thick Wallet

Thick Wallet

Tessa
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
4 tahun yang lalu
The Serpent King Affection

The Serpent King Affection

Lexy
Misteri
5 tahun yang lalu
You're My Savior

You're My Savior

Shella Navi
Cerpen
5 tahun yang lalu
Gaun Pengantin Kecilku

Gaun Pengantin Kecilku

Yumiko Yang
CEO
4 tahun yang lalu
The Great Guy

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Loving Handsome

Loving Handsome

Glen Valora
Dimanja
4 tahun yang lalu
Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu
4 tahun yang lalu