Cinta Dibawah Sinar Rembulan - Bab 103 Sebuah Hadiah Besar?

Claura mengatakan dia datang untuk membawa suaminya pergi, ketika mengatakan kalimat ini, matanya menatap tajam padaku, hingga membuat hatiku kacau.

Barusan dia memanggilku apa? ‘Suami’Sebenarnya apa yang dilakukan wanita gila ini?

Saat ini Cinta berhasil meninju dada pria tua itu, pria tua itu tiba-tiba mundur beberapa langkah bahkan sampai terduduk dilantai, dadanya penuh dengan noda darah. Cinta membalikkan tangannya dan menjatuhkan seutas manik-manik saat mengeluarkan sebuah pisau, dia berkata dengan dingin: “ Dasar tidak sadar kekuatan sendiri, jika dua tahun lalu kamu bertemu denganku, aku pasti akan membunuhmu.”

Untuk sekejap perhatianku langsung tertuju pada Cinta, dia berbalik dengan tatapan dingin membawa aura membunuh, aku sama sekali tidak pernah melihat dia seperti ini, jujur sebenarnya aku sedikit takut melihatnya seperti itu.

Johan sama sekali tidak menyangka Cinta sehebat ini, dia terkejut hingga tidak bisa mengatakan apa-apa.

Claura tampak sangat tidak puas dirinya diabaikan begitu saja dan tersenyum dingin berkata: “Terus kenapa jika bisa berkelahi? Aku tidak percaya. Dengan keterampilan bela diri yang luar biasa, bisa melindungi nyawa adik Alwi, bisa menyelamatkan Jondi dari bencana, bahkan bisa mencegah teman-temannya masuk penjara.”

Mendengar ini, hatiku menjadi dingin. Claura berdiri didepan Johan, mengulurkan tangan mengambil pipa baja dan berkata: “Tuan Johan. Kamu baru kembali dari luar negeri, tidak salah kamu begitu marah?”

Wajah Johan tampak suram dan menatap Claura dengan dingin lalu berkata: “Claura, kamu yang baru sukses menginjakkan kaki di Nanjing, sudah berani berbicara seperti itu padaku, apakah kamu tidak gila?”

Claura tidak menjawab, tapi mengeluarkan teleponnya menelepon seseorang lalu memberikan telepon itu pada Johan, Johan mengerutkan kening mengambil telepon itu kemudian ekspresi wajahnya berubah.

Ketika Johan sedang menjawab telepon, Claura berjongkok menatapku dengan kasihan, aku merasa malu karena bagiku membiarkan Claura melihat diriku terjatuh merupakan suatu penghinaan, tapi setiap saat dia bisa melihat penghinaan dalam diriku, tidak hanya itu, dia bahkan selalu ‘Pura-pura menjulurkan bantuan tapi sebenarnya tidak akan membantu’, dan itu tampak lebih memalukan lagi.

Aku menundukkan kepala mendengar Claura berbisik: “Apakah kamu ingin hidup?”

Aku tidak menjawab.

Claura bertanya sekali lagi: “Apakah kamu ingin adikmu, teman-temanmu dan Felicia hidup?”

Seluruh tubuhku gemetar menatapnya dengan kejam lalu menjawab: “Ingin.”

Claura menyubit daguku dengan tangannya dan memaksaku menatapnya lalu berbisik: “Jika ingin menurutlah, rujuklah denganku, ok?”

Saat ini, dia menatapku dengan merendahkan, aku merasa nafasnya yang kuat akan menelanku hidup-hidup. Wajahku panas merah membara, aku merasa sangat terhina, terutama ketika berada di depan Claura, untuk sesaat aku merasa martabatku di injak-injak oleh Claura dan hancur berkeping-keping.

Rasa sakit itu ingin membuatku mengatakan: “Aku tidak mau!”tapi kenyataan terpampang nyata di depanku, membuatku tidak bisa untuk tidak berkompromi. Aku menutup mata mengangguk dan berkata: “Baik.”

Claura menyentuh wajahku seperti menyentuh wajah anjing atau kucing, lalu dengan lembut berkata: “Bagus.”

Namun, kelembutan ini mengandung kekuatan aura membunuh yang tersembunyi.

Aku merasa diriku yang ada didepannya, benar seperti seekor anjing yang menggoyang-goyangkan ekor memohon belas kasihan.Aku tahu jika kita rujuk menikah lagi, dia pasti akan menyiksaku sesadis sebelumnya. Sekali lagi aku hidup bagai mayat.

Aku bahkan tidak berani menengadah menatap Cinta, karena aku merasa diriku sangat memalukan, hingga tidak ada muka menjumpainya.

Saat ini Claura bertanya pada Johan: “Apakah aku bisa membawa suamiku pergi sekarang?”

Johan memberiku tatapan mencemooh dan berkata: “Bisa, tapi Claura seleramu terlalu buruk, dari identitas dan penampilanmu. Kamu bisa memilih untuk mendapatkan orang yang lebih baik, orang yang bisa membantumu menjadi lebih sukses di Nanjing, tapi kamu malah memilih pria rendahan ini, aku merasa kasihan pada dirimu.”

Claura berkata dengan santai: “Bahkan wanita yang kamu Cintai juga bersedia menghindari kesulitan maju dengan berani demi Alwi, bagaimana mungkin aku memilihnya menjadi merasa kasihan?”

Kalimat ini membuat hatiku sedikit bergejolak, benar-benar sedikit diluar dugaan. Aku bertanya-tanya seorang Claura bisa membantuku berbicara. Diam-diam aku menengadah dan melihat wajah Johan perlahan berubah menjadi kusam karena ucapan Claura, hatiku merasa senang. Lalu aku menatap Cinta.

Ekspresi wajah Cinta sangat datar, dia langsung memukul orang yang memegangku hingga mundur beberapa langkah, lalu menarikku keatas, menepuk punggungku dengan lembut dan berbisik: “Luruskan punggungmu, kamu menundukkan kepala demi orang-orang yang kamu hargai, jangan malu.”

Kalimat ini langsung menghangatkan hatiku, tiba-tiba aku ingin menangis. Aku menegakkan punggungku, menganggukkan kepala lalu melihat Claura menatap kami berdua dengan dingin dan berkata: “Alwi, sini datang ke sisiku, untuk kamu, berasal darimana kembalilah kesana, menemani tamu minum wine adalah sesuatu hal yang seharusnya kamu lakukan sekarang.”

Aku sedikit marah melihat Claura mempermalukan Cinta. Aku yang baru saja mau memarahinya, sudah di pelototi dengan dingin oleh Claura, aku terkejut dan menahan semua kata-kata yang ada didalam mulutku.

Johan tersenyum dingin berkata: “Cinta sudah lihat? Ini pria yang kamu pilih, pria yang tidak memiliki kemampuan dan kekuasaan, apakah itu layak hingga membuatmu bermusuhan dengan diriku dan Dony?”

Aku mengepalkan tanganku erat-erat, merasakan jantungku berdarah menatap Cinta, mengingat kata-kata yang kita ucapkan dimobil, aku semakin merasa diriku sangat memalukan. Siapa sangka, Cinta berkata dengan acuh tidak acuh: “Dia pantas atau tidak, aku Aiko yang mengatakannya baru benar. Terkait aku pergi atau tidak, Alwi yang mengambil keputusan baru benar.”

Selesai mengatakannya Cinta memandang ke arahku. Aku merasa diriku yang ditatap oleh sepasang mata itu merasa di lihat oleh batu permata yang paling cantik didunia hingga hatiku berdegup kencang.

Aku mengumpulkan keberanian berkata pada Claura: “Nona Aiko adalah penyelamatku, dia kerabatku, jika kamu menikah denganku dan tidak bersedia menerima keluargaku. Apa artinya kita rujuk menikah lagi?”

Claura menatapku dengan mengejek, lalu aku memandang Cinta, aku berpikir karena aku yang sudah membawanya keluar hingga membuatnya meninggalkan Dony, tentu saja aku tidak akan meninggalkannya, jika aku meninggalkannya apa bedanya diriku dengan Dony. Jadi aku dengan tegas mengatakan: “Aku ingin Cinta tetap berada disampingku, tapi kamu tenang saja, dia hanya keluargaku saja.”

Claura mengendus dingin seolah merasa terus membicarakan masalah ini juga tidak ada artinya: “Terserah!”selesai mengatakannya dia berbalik naik kemobil, sampai didalam mobil, dia berteriak marah padaku: “Masih tidak cepat naik?”

Aku menatap Cinta, tidak, sekarang aku harus melupakan nama Cinta ini, dan mulai memanggilnya Aiko.

Aku menatap Aiko: “Aiko, sudah menyusahkanmu.”

Aiko menggeleng: “Hanya dibilang beberapa kata oleh wanita yang bermulut bisa, bagiku itu tidak berarti apa-apa, aku khawatir dia akan menyusahkanmu. Meskipun aku membawamu tinggal disisiku, tapi aku tidak mungkin setiap saat menjagamu.”

Mendengar kata-kata ini hatiku menjadi sangat panas, ternyata Aiko yang mengatakan ingin tinggal disisiku, karena takut aku ditindas dan demi membantuku, dia bahkan rela dihina oleh Claura, pada saat hatiku tersentuh, aku menatap wanita cantik tanpa cacat ini dan muncul semacam kasih sayang tidak bisa diabaikan dalam hatiku.

Aku berkata: “Kak Aiko, tenang saja, aku baik-baik saja. Aku hanya perlu membujuk Claura, kamu juga sudah bilang mulutnya berbisa, padahal hatinya dia sangat mencintaiku.”Setelah itu, aku sengaja mengatakan: “Aduh, aku yang memiliki banyak pesona sungguh merepotkan.”

Aiko tersenyum lembut menatap mataku semacam ada kasih sayang kepada adik.

Claura sekuat mungkin membunyikan klakson, aku, Aiko dan juga supir naik ke mobilnya, setelah naik aku berkata: “Kak Toba dimana? Bagaimana keadaan adikku sekarang? Dimana kak Felicia?”

Claura menjawab dengan tenang: “Adikmu baik-baik saja, untuk Jondi dan Felicia, setelah kita rujuk menikah kamu akan bisa bertemu mereka kembali.”

Supir ini sedikit berteriak marah: “Cepat serahkan kak Toba, jika tidak aku tidak akan segan padamu.”

Claura tersenyum dingin: “Percaya tidak sekarang juga aku akan memberitahumu apa itu artinya mati?”

Aku segera menarik supir itu dan berkata: “Aku rujuk denganmu, tapi kamu lepaskan mereka.”

Claura tidak mengatakan apa-apa, sesampai di rumahnya, dia tiba-tiba mengatakan: “Kamu tidak penasaran, kenapa rencana kalian hari ini bisa diketahui Johan?”

Aku tidak menjawab, sebenarnya aku terus memikirkan masalah ini. Aku merasa kemungkinan yang paling besar adalah kak Toba mengatakannya dan juga beberapa teman-temannya, sangat sulit menghindari pengkhianat didalam tim.

Terkait aku, selain menulis sepucuk surat untuk Felicia dan mengungkit masalah ini, aku tidak memberitahukan orang lain, aku percaya kak Felicia tidak mungkin mengatakan masalah ini.

Claura tersenyum aneh, lalu aku bertanya padanya senyum apa? Dia menjawab: “Aku, tersenyum karena kamu polos.”

Kata-kata ini membuat diriku yang mendengarnya merasa canggung, aku merasa kata-kata ini memiliki maksud lain.

Saat ini, Claura menghentikan mobil dan berkata: “Ayo.”

Aku sekilas melihat rumahnya. Hatiku sengasara, bagiku rumah Claura sama saja dengan neraka, aku sama sekali tidak ingin melangkah masuk. Aku berkata pada supir: “Kamu pulang dulu, beritahu teman-teman yang lain, Kak Toba tidak apa-apa, sebentar lagi akan dilepas.”

Dia mengangguk dan berlari turun dari mobil.

Aku dan Aiko bersama-sama pergi kerumah Claura, baru saja masuk, aku sudah melihat Mawar berdiri disana memegang satu jas, dan ada celana, sepatu kulit, ikat pinggang, bahkan jam tangan baru di sofa.

Barang-barang ini tampak sangat mahal.

Melihat aku masuk, mata Mawar memancarkan emosi yang kompleks dan senyum lembut menggantung di mulutnya lalu berkata: “Sudah datang? Alwi, kamu kemari dan cobalah, ini semua aku yang pergi memilihkannya untukmu di mall, kamu lihat cocok tidak?”

Aku menatap Mawar dengan aneh. Aku bertanya-tanya kalian ibu dan anak tahu dari awal akan terjadi sesuatu pada diriku, hingga sudah menyiapkan baju pengantin untukku?

Ketika Mawar melihat Aiko, cahaya menyilaukan melintas di matanya, dan dia menganggap Aiko sebagai udara, seolah-olah tidak ada orang sama sekali.

Claura berkata:“Cobalah, aku secara khusus menyuruh ibuku meninggalkan pekerjaannya untuk membeli ini, tidak tahu apakah ukuran yang dibelinya cocok padamu.”

Aku menatap Claura, melihat cibiran di sudut mulutnya dan tiba-tiba aku mengerti, dia sengaja menyuruh Mawar pergi membelinya, dia menggunakan cara ini untuk mengingatkan ibunya agar mengingat status hubungan kita, dan sekaligus mengingat kita berdua untuk menjaga jarak.

Melihat senyum liciknya, tatapan mata Mawar tampak kosong, aku tahu hati Mawar pasti sangat tidak nyaman. Setelah terjadi hal begitu diantara kita berdua, aku tidak sanggup menganggapnya sebagai ibu mertua dan aku merasa Mawar juga tidak sanggup melakukannya.

Aku menjawab baik, lalu mengambil baju pergi mencobanya.

Selera Mawar sangat bagus, dan baju yang dibeli untukku sangat body fit, aku yang berdiri didepan kaca hampir saja tidak bisa mengenal diriku sendiri. Ketika aku keluar, Mawar mengganguk puas dan Claura tersenyum dingin berkata: “Benar-benar sangat cocok, tampaknya ibu sangat memahami ukuranmu.”

Mawar sangat paham dengan ‘ukuran’ku, kalimat ini tidak tahu kenapa tiba-tiba membuat wajahku merah.

Aku pura-pura tidak mendengar perkataannya, lalu bertanya menatap Aiko: “Kak, bagus tidak?”

Aiko mengangguk tersenyum padaku lalu berkata pada Mawar: “Bibi, terima kasih.”

Mata Mawar memerah, mungkin marah dengan kata-kata yang diucapkan Claura barusan dan harus pura-pura tidak berani menjawab di depan Aiko, dia hanya bisa menahan tidak membuat dirinya menangis.

Dan aku mengabaikan Claura hingga membuat wajahnya suram, dia tersenyum dingin naik keatas sambil berkata: “Bersiaplah, resepsi pernikahan akan diadakan besok.”

Aku tertegun, dia menatapku dengan tatapan dan senyuman aneh lalu berkata: “Tiba saatnya, aku akan mempersiapkan sebuah hadiah besar untukmu.”

Novel Terkait

Cinta Tapi Diam-Diam

Cinta Tapi Diam-Diam

Rossie
Cerpen
5 tahun yang lalu
Rahasia Seorang Menantu

Rahasia Seorang Menantu

Mike
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
Mr CEO's Seducing His Wife

Mr CEO's Seducing His Wife

Lexis
Percintaan
4 tahun yang lalu
A Dream of Marrying You

A Dream of Marrying You

Lexis
Percintaan
4 tahun yang lalu
His Soft Side

His Soft Side

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
My Greget Husband

My Greget Husband

Dio Zheng
Karir
4 tahun yang lalu
Thick Wallet

Thick Wallet

Tessa
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
Mi Amor

Mi Amor

Takashi
CEO
5 tahun yang lalu