Cinta Dibawah Sinar Rembulan - Bab 580 Kasih Ibu, Membuatnya Tidak Bisa Membedakan Benar dan Salah

Claura, kamu tunggu aku!

Kamu berutang padaku, aku tidak akan ragu untuk memintanya kembali ketika kita bertemu lagi! Aku juga tidak akan pernah ragu-ragu lagi karena kamu mencintaiku, karena Jessi benar, kamu mencintaiku adalah urusanmu, kamu yang tersentuh sendiri, tapi kamu juga tidak akan bisa menyentuhku lagi.

Sampai jumpa lagi, di antara kita berdua hanya ada situasi kamu mati dan aku hidup. Pada saat itu, jika kamu memanggilku lagi untuk menyuruhku membunuhmu, aku tidak akan ragu untuk mengulitimu dan menarik uratmu!

Aku ingin kamu benar-benar menyesal jatuh cinta denganku, aku ingin kamu menyesal sudah mengacaukanku, aku ingin kamu menyesal selamanya!

Ketika aku memikirkannya, aku merasa darahku mengental, seluruh tubuhku bergetar karena marah, melihat emosiku sangat berkobar, Kakek Ergi dengan cepat menghiburku, berkata, "Alwi, tenanglah, kamu seperti ini tidak baik untuk kondisimu."

Aku tahu prinsip ‘dimana ada kehidupan, disitu ada harapan’, dan aku juga tahu aku tidak boleh terlalu gelisah, jadi setelah beberapa kata aku menenangkan diri dan berkata pada Kakek Ergi, "Kakek, aku baik-baik saja disini, apa kamu bisa pergi dan bantu aku mengawasi Jessi? Aku khawatir tiba-tiba sesuatu terjadi sesuatu padanya dan membutuhkanmu."

Kakek Ergi dengan keberatan berkata, "Tapi kondisimu..."

"Aku baik-baik saja, jangan mengkhawatirkan aku. Kamu tahu kemampuan tubuhku untuk pulih, aku bilang baik-baik saja ya baik-baik saja," kataku tegas.

Melihat ketegasan ini, Kakek Ergi menghela nafas dalam-dalam, mengangguk dan berkata, "Aku mengerti, tapi kamu harus berjanji padaku, kamu harus menjaga dirimu baik-baik. Apa pun yang terjadi, jangan terlalu bersemangat, kamu mengerti? Keadaanmu harus membaik, karena Mamamu masih membutuhkanmu untuk menghiburnya, apa jangan-jangan kamu sampai hati salah satu anaknya menjadi buronan, dan anak lainnya tumbang?"

Ketika menyebutkan Mamaku, hatiku sakit, aku berkata, " Mamaku tahu?"

“Masalah sebesar ini, siapa yang bisa menyembunyikan ini darinya?” Kakek Ergi berkata, dia terlihat khawatir.

Melihat lebih dekat, aku baru menyadari kalau dia terlihat jauh lebih tua, aku langsung merasa sangat bersalah, karena aku tahu dia mengkhawatirkanku, makanya menjadi begitu tua, memikirkan dia seseorang yang lebih tua yang berkenalan di tengah jalan denganku saja begitu sedihnya mengkhawatirkanku, akan betapa sedih Mamaku?

Aku berbisik, "Aku tidak layak menjadi anaknya."

Kakek Ergi tersenyum dan berkata, "Anak bodoh, kamu akan selalu menjadi anak yang kebanggaan Mamamu, kamu juga keturunan terbaik Keluarga Chen."

Aku sedikit terkejut, aku tidak menyangka Kakek Ergi akan menggambarkanku dengan menggunakan kata ‘Keturunan Keluarga Chen’, agak sedikit menakutkan, aku baru saja ingin bertanya apa dia juga mengenal Keluarga Chen, dan jika dia tahu tentang masalah Papaku, lalu melihat ada yang sedikit tidak wajar wajahnya, berkata, "Baiklah, aku tidak berbicara lebih banyak denganmu lagi, obatnya akan segera siap, minum obatnya selagi panas. Aku akan pergi ke rumah Keluarga Song sekarang, jangan khawatir, aku akan membujuk orang tua Keluarga Song itu, setidaknya memberikanmu kesempatan untuk bertemu Jessi."

Mendengar ini, aku berkata pada Kakek Ergi, "Terima kasih, Kakek, jika benar-benar bisa melihat Jessi, aku juga puas. Dan juga, aku juga ingin memenangkan hati keluarga Song, aku tidak ingin... aku tidak ingin melewatkan dia, aku juga tidak ingin kami berdua tidak mendapatkan restu dari para orang tua..."

Kakek Ergi mengangguk, berkata, "Aku mengerti, Nak, aku mengerti."

Setelah selesai berbicara, Kakek Ergi pergi, Jay menyuruhku untuk tidak terlalu banyak berpikir, istirahat yang baik, dan pergi. Tidak lama setelah dia pergi, suara sepatu hak tinggi datang dari luar, setelah beberapa saat, aku melihat seseorang masuk.

Menggunakan cheongsam berwarna terang, rambutnya disanggul, dengan wajah cantik, pembawaannya anggun, tapi malah sangat pucat dan kurus, orang yang di depanku ini, siapa lagi jika bukan Mamaku?

Aku memandangi Mamaku, dia berdiri di sana, memegangi pintu, menatapku dengan mata penuh air mata, aku melihatnya berusaha menahan air mata, melihat air matanya keluar dari matanya, dan melihatnya menutupi wajahnya dan menangis, aku juga tidak bisa menahan mataku hingga memerah, dengan rasa bersalah berkata, "Ma, aku tidak berbakti."

Memikirkan konfrontasi dengan Mamaku, memikirkan kata-kata ofensif yang aku katakan padanya, memikirkan aku sebagai seorang anak, tapi aku malah dengan kejam memaksanya, menipunya, dan mempermalukannya, rasa bersalah dihatiku seperti meluap.

pamanku kemudian masuk, melihat Mamaku menangis, dia dengan sedih berkata, "Kak, jangan menangis, begitu kamu menangis, akan betapa sedihnya hati Alwi?"

Ketika Mamaku mendengar ini, dia menyeka air matanya, tapi air mata mana bisa dikendalikan, dia dengan sedihnya menatapku, dia berjalan sempoyangan mendatangiku, memelukku, dengan sedih berkata, "Alwi, berapa lama lagi kamu ingin membohongi Mama? Kamu beritahu Mama, berapa lama lagi kamu ingin membohongiku?"

Aku menundukkan kepala dan tidak berbicara, Mamaku mengangkat wajahku, melihat wajahku dengan teliti, tersedu-sedu, "Aku benar-benar sialan, sebagai seorang Mama, aku bahkan tidak bisa mengenali anakku sendiri, aku... aku juga hampir membunuhmu dengan tanganku sendiri, aku benar-benar gagal, aku seorang Mama yang gagal!"

Mendengar Mamaku menyalahkan dirinya sendiri, aku merasa sangat bersalah, aku memeluk Mamaku, berkata, "Ma, jangan berbicara begitu, orang yang seharusnya menyalahkan dirinya sendiri adalah aku, orang yang membohongimu adalah aku, orang yang tidak tahu tidak bersalah, aku lah yang bersalah, aku minta maaf karena membuatmu sangat menderita."

Mamaku tidak mendengarkan hiburanku, aku tahu dia merasa patah hati, menderita, sengsara, dan sakit. Aku pikir apa yang paling menyakitinya bukan karena aku Alwi, juga bukan karena dia pernah hampir membunuhku dengan tangannya sendiri, tapi karena dia tiba-tiba tahu ternyata anaknya yang dia cekik sampai mati dengan tangannya sendiri, bersalah selama beberapa puluh tahun, masih hidup, tapi anak ini sudah menjadi pria jahat yang tidak kenal ampun, dua anaknya tercintanya, berkelahi satu sama lain dan saling membunuh.

Aku mengerti rasa sakit di hati Mamaku, jadi ketika dia dengan menyayat hatinya menangis, aku tidak menghentikannya, aku tahu dia perlu melampiaskan rasa sakitnya, kalau tidak dia bisa menahannya hingga sakit. Selama bertahun-tahun, dia menahan keluhan-keluhan ini?

Mamaku menangis untuk waktu yang lama, pamanku yang kuat juga meneteskan air mata beberapa kali. Kemudian, Mamaku akhirnya berhenti menangis, dia menopangku dan berkata, "Maaf, kondisi kesehatanmu sangat buruk sekarang, kamu seharusnya beristirahat dengan baik. tapi Mama masih datang mengganggumu."

Melihat mata Mamaku yang bengkak seperti kacang kenari, aku dengan sedih berkata, "Ma, aku tidak terganggu, bisa melihatmu, bisa memanggilmu ‘Ma’, aku sangat bahagia."

paman yang sedang berdiri di samping tersenyum dan berkata, "Benar, Kak, Alwi sangat berbakti. bagaimana bisa dia merasa kamu mengganggunya?"

Mamaku tidak menatap pamanku, matanya sedikit marah, aku menatap pamanku, dia memberiku tatapan penuh arti, seperti pandangan memohon, aku segera mengerti sepertinya karena dia menyembunyikan masalah ini dari Mamaku, Mamaku melampiaskan kemarahannya pada pamanku, dia tidak rela menyalahkan anaknya, tapi adik laki-laki ini berbeda.

Memikirkan ini, aku juga merasa sangat bersalah untuk pamanku, aku tersenyum dan berkata, "Ma, paman tidak sengaja menyembunyikannya darimu, aku yang memohon padanya, dia baru tidak mengatakannya, jangan salahkan dia."

Mamaku menatapku dengan sedikit kesedihan di matanya, dia menghela nafas, dengan sedihnya berkata, "Jangan berbohong padaku, aku tahu, kamu tidak ingin memberitahuku, terutama karena takut aku merasa bersalah pada kakakmu, melakukan semuanya untuk membantu dia, bisa membangun hubungan dengan seluruh Keluarga Wei, berjalan di jalan yang tidak ada jalan kembali, aku benar, kan?"

Apa yang ada dipikiranku benar-benar ketahuan oleh Mamaku, hatiku tidak dapat menghindari perasaan tidak tertahankan, meskipun aku membenci Alwi palsu, aku juga dengan teguh merasa dia sangat berdosa, berdosa atas tindak kejahatan yang bahkan tidak bisa ditembus dengan kematian, tapi dia adalah kakakku, meskipun dia dari awal hingga akhir tidak memiliki niat baik padaku sedikit pun, tapi hubungan darah di antara kami berdua adalah sesuatu yang selamanya tidak bisa diubah.

Karena itu, bagi Mamaku, tidak peduli seberapa keterlaluan Alwi palsu, dia akan selalu menjadi anaknya, aku tidak berani membayangkan, di bawah ‘dukungan’ kasih Mama, apa dia tidak akan mempedulikan apa pun dan membuatku menyesal pada hal bodoh.

Mamaku menghela nafas, membelai pipiku, dan menatapku dengan ramah, tapi aku selalu merasa dia tidak sedang menatapku, tapi menatap orang lain melalui diriku, yaitu Alwi palsu.

Mamaku berkata, "Alwi, awalnya aku harus membuat pilihan antara kamu dan kakakmu... aku akhirnya memilihmu, saat aku membuat pilihan ini, kita berdua ditakdirkan untuk berutang padanya, apa kamu mengerti kata-kataku?"

Jantungku terasa sangat sakit, aku memandangi Mamaku, memandangi rambutnya yang memutih dalam semalaman, merasakan dadaku tersumbat, aku menebak apa yang ingin dikatakan Mamaku selanjutnya, dan aku tidak ingin melanjutkan topik ini, karena aku tahu, aku tidak bisa menjanjikan apa pun padanya, aku tidak bisa melakukannya.

Tapi, tidak peduli betapa sulitnya aku berjuang dan bagaimana menghindari topik ini, Mamaku tidak bermaksud menyerah mempengaruhiku, dia berbisik, "Kakakmu masih hidup, itu rahmat Tuhan padanya, tidak ingin dia mati, aku ingin melakukan yang terbaik untuk mengkpamanpensasinya, jika kamu bisa, aku harap kamu tidak akan berkelahi dengan Kakakmu di masa depan. Aku mengerti, kamu punya posisimu, kalian saling berhadapan, aku juga tahu Kakakmu sudah mengambil jalan tanpa jalan kembali, tapi... siapa pun yang menghadapinya itu tidak masalah, kamu adalah saudaranya, apa kamu... apa kamu bisa tidak berkelahi dengannya?"

Melihat Mamaku yang membujukku dengan sabar, ekspresi matanya terlihat memohon, aku mengepalkan tanganku dengan erat, dengan menderita berkata, "Ma, kamu memberinya kehidupan, mencekiknya, mata di balas mata, tidak berutang satu sama lain, sekarang dia bermarga Song, dia bukan anakmu lagi."

Wajah Mamaku berubah, pamanku buru-buru berkata, "Alwi, jangan berbicara seperti ini, jangan berbicara seperti ini..."

Aku menggertakkan gigiku, memandangi Mamaku, berkata, "Dia hanya memiliki kebencian pada kita, tidak peduli seberapa baik kamu memperlakukanya, itu tidak bisa menyelesaikan kebenciannya. Selain itu, dia sekarang adalah musuh seluruh Huaxia. Ma, aku sudah pernah bilang, Ayah menjunjung kebenaran, apa kamu begitu mencintainya hingga kamu rela membuat Ayah malu?"

“Alwi!” pamanku dengan marah berteriak.

Aku tahu, bagi pamanku dan yang lainnya, Papaku adalah hal taboo untuk Mamaku, tidak ada yang mau menyebut Papaku di depannya, apa lagi menggunakan Papaku untuk menekannya.

Tapi, aku tidak punya pilihan, demi Mamaku, demi keluarga Wei, aku hanya bisa memaksanya, menjadi orang jahat, menjadi anak yang tidak berbakti.

Aku memandang Mamaku, berkata, "Ma, aku belum pernah bertemu Papaku, tapi aku sangat mengaguminya, bayangannya di hatiku lebih tinggi dari langit dan laut, dia adalah seorang pahlawan, siapa pun yang membuatnya malu, semuanya musuhku, bahkan jika orang itu berhubungan darah denganku. Apa lagi, wanita yang aku cintai masih berbaring di tempat tidur, tidak tahu mati atau hidup, karena dia. Jika kamu ingin aku menyerah melawannya, itu berarti aku menyerah untuk membalas dendam Jessi, maaf, aku tidak bisa melakukannya."

Mungkin kata-kataku terlalu tegas, terlalu dingin, terdengar terlalu tidak berperasaan di telinga Mamaku, dia dengan sedih berkata, "Tapi Papamu sudah mati, Jessi... Jessi, dia anggota keluarga Song, dia bukan bermarga Chen, mereka yang hidup di dunia ini, orang yang memiliki hubungan paling dekat denganmu adalah Kakakmu, aku tidak akan membiarkan sesuatu terjadi padanya."

Melihat ekspresi tegas Mamaku, aku tahu apa yang tidak ingin aku lihat tetap saja terjadi. Setelah mengetahui identitas Alwi palsu, Mamaku benar-benar merasa lebih bersalah, dia juga jadi toleran terhadapnya.

Saat ini, aku merasa Mamaku akrab, dan cukup asing. Akrab pada kebaikan seorang Mama dan belas kasihnya, asing karena dia tidak bisa membedakan benar dan salah.

Tiba-tiba aku merasa kecewa, aku bisa memahami perasaannya sebagai seorang Mama, tapi aku tidak setuju dengannya. Dengan lembut aku mendorong Mamaku, dia menatapku dengan sedih, aku mengatakan kata demi kata, "Kata Mama, kepercayaan seseorang tidak bisa diubah. Tapi, kepercayaan Mama sudah berubah, bukan lagi milikku, bukan lagi Papaku yang mengesankan seperti gunung, tapi kepercayaanku tidak berubah, aku mencintai Jessi, aku tidak akan menyerah untuk balas dendam pada saudara brengsek yang ingin membunuhku dan melakukan banyak hal jahat. Jika Mama benar-benar ingin membantu orang jahat itu, ingin membuat seluruh keluarga Wei dimakamkan bersamanya, maka aku hanya memiliki satu kalimat."

Wajah Mamaku memucat dalam sekejap mata, pamanku yang berada di samping khawatir dan berkata, "Alwi, bicarakan baik-baik, jangan impulsif."

Aku mengabaikan pamanku, dan berkata pada Mamaku kata demi kata, "Hubungan Mama dan anak kita sudah berakhir."

Novel Terkait

Love From Arrogant CEO

Love From Arrogant CEO

Melisa Stephanie
Dimanja
4 tahun yang lalu
Rahasia Seorang Menantu

Rahasia Seorang Menantu

Mike
Menjadi Kaya
3 tahun yang lalu
Cintaku Pada Presdir

Cintaku Pada Presdir

Ningsi
Romantis
3 tahun yang lalu
Husband Deeply Love

Husband Deeply Love

Naomi
Pernikahan
4 tahun yang lalu
I'm Rich Man

I'm Rich Man

Hartanto
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Satan's CEO  Gentle Mask

Satan's CEO Gentle Mask

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
His Second Chance

His Second Chance

Derick Ho
Practice
3 tahun yang lalu
Predestined

Predestined

Carly
CEO
4 tahun yang lalu