Cinta Dibawah Sinar Rembulan - Bab 1078 Kakek Dan Cucu, Jangan Canggung

Aku sudah memutuskan untuk tidak memperdulikan lelaki tua itu lagi, tapi tidak tahu kenapa, saat aku mendengar kalau dia tidak sehat, aku tidak bisa berpura-pura untuk tidak peduli.

Mungkin ini karena hubungan darah kami.

Saat ini Paman menatapku dengan tatapan lucu ,setelah Ibu pergi ke dapur, dia menyentuh lenganku dan tersenyum: "Yahh, bocah yang berhati lembut."

Aku menatapnya dengan tatapan kesal dan berkata: "Pergilah, sudah tua tapi masih saja kekanak-kanakan."

Kakek(pihak ibu) sudah tahu sebagian besar dari masalah yang terjadi antara Kakek dan aku, dia melihatku dengan penuh arti dan berkata: "Alwi, hal ini tidak mudah bagi Kakekmu, jadi kalau dia melakukan beberapa kesalahan, kamu harus lebih bersabar padanya, seberapa sehatpun kedua orang tua ini, kami tidak memiliki waktu yang banyak, kamu mengerti maksudku, kan?"

"Aku mengerti, Kakek(pihak ibu), jangan mengatakan ucapan sial seperti itu, tubuhmu sangat sehat, Aku rasa, tidak akan ada masalah untuk hidup sampai umur 120 tahun." Kataku dengan sibuk.

Paman berdecak sekali dan berkata: "Kamu benar-benar pandai berbicara, kalau Kakek(pihak ibu) hidup sampai 120 tahun, berarti dia masih harus mengurusku selama 40 tahun?"

Kakek(pihak ibu) lalu berbicara dengan kesal: "Bocah busuk ini, apa kamu mau ayahmu cepat mati?"

Paman dengan cepat berkata: "Ayah, maksudku bukan seperti itu, maksud aku, 120 tahun, itu terlalu sedikit, bagaimanapun kamu bisa hidup sampai usia 220."

Kakek aku mengambil tongkat di dekatnya, dan tanpa ragu langsung memukul kepalanya, lalu memegang janggutnya dan menatap Paman: "Biarku beri tahu, dasar kamu orang tidak berguna, aku hanya akan hidup sampai seratus dua tahun, dan kamu juga tidak pasti akan hidup sampai seratus tahun, apa kamu pikir aku mau mengurusmu selama 40 tahun? Kamu pikir itu hal yang bagus?"

“Sialan, Ayah, apa kamu benar-benar Ayahku yang asli?” Suara Paman terdengar sedih, “Kamu sedang mengutukku sekarang.”

“Hum, aku memungutmu dari tempat sampah di dekat pintu depan.” Kakek(pihak ibu) berkata.

“Bohong, saat aku lahir, tidak ada tempat sampah di dekat pintu depan!” Paman berkata dengan kesal.

Melihat mereka berdua ribut karena hal sepele, aku tidak tahan untuk tidak menutup wajah aku, aku merasa sangat malu dan berkata: "Ya Tuhan, kalau umur kalian berdua ditambah, itu adalah total dari umur kami semua di sini, dan kalian masih saja tidak bersikap dewasa, apa kalian berdua tidak malu?"

Ibuku lalu keluar dari dapur dengan dua kotak makan siang, dan berkata dengan pasrah: "Kadang-kadang aku merasa sakit kepala saat melihat kedua ayah dan anak ini, kamu hanya perlu terbiasa."

Dia lalu menyerahkan kotak makan padaku dan berkata: "Hati-hati di jalan, oh iya, kamu masih belum tahu alamat Kakekmu, kan? Biar aku tuliskan."

Dia pergi dan mengambil selembar kertas untuk menulis alamat untukku, aku bertanya dengan agak penasaran: "Bukannya dia tinggal di rumah Keluarga Chen yang dulu?"

Ibuku menggelengkan kepalanya dan berkata dengan ringan: "Kakekmu dari dulu tidak pernah suka tinggal di rumah Keluarga Chen."

Saat dia selesai berbicara, semua orang terdiam, aku mengerutkan bibirku dan berkata kalau aku tahu.

Sambil memegang kertas alamat dan kotak makan, aku lalu membawa mobil dan berangkat.

Aku lalu menegemudikan mobil sampai ke pinggiran kota, kemudian berhenti di bawah gunung, gunung ini pernah dikembangkan sebagai daerah pemandangan, daerah pemandangan ini kurang terkenal dibandingkan dengan yang di Beijing, dan juga daerah ini berada tempat terpencil, sehingga tidak banyak orang yang dating, di bawah gunung, terlihat sebuah bangunan kecil berlantai dua, bangunan kecil itu juga memiliki halaman dan dipagari, itu adalah tempat tinggal Kakekku, dan itu juga merupakan ‘rumah' Kakek dan Nenek, rumah itu dulunya adalah sebuah pondok jerami, kemudian, Ayahku membangunnya menjadi rumah kecil bergaya barat dengan dua tingkat, dan saat dia memiliki waktu kosong, dia akan mengajak Ibu untuk menginap di sana.

Aku tidak menyangka, Ficky Chen berani untuk tinggal di sana, aku yang awalnya khawatir dengan kesehatannya tidak baik, sekarang berubah menjadi kemarahan, aku membawa kotak makan dan menaiki tangga. Karena halaman rumahnya dipagari, pintu yang terbuat dari bambu itu tidak dikunci, dan aku masuk dengan mudah.

Halaman rumah itu ditanami beberapa tanaman herbal, ada juga bunga dan tanaman lainnya, ada paviliun kecil di halaman, juga ada meja kayu kecil, dan ada dua kursi gantung kayu di samping meja kopi, perabotan itu terlihat usang, tapi karena semuanya terbuat dari kayu yang berkualitas, jadi masih sangat kuat.

Aku rasa Ayah yang membuat ini semua, agar dia dan Ibu bisa duduk bersama di sana sambil meminum teh sore. Aku harus mengakui kalau Ayahku saat itu, bahkan lebih romantis dibandingkan aku sekarang.

Sambil memikirkan hal ini, aku berjalan ke depan pintu kecil, saat aku akan mengetuk pintu, pintu itu terbuka, aku lalu mendorong pintu dan masuk lalu berteriak: "Chen... Pak tua, apa kamu di sana?"

Awalnya aku ingin memanggil namanya secara langsung, tapi aku rasa itu tidak sopan.

Suara Ficky Chen terdengar dari dalam rumah, tapi suaranya terdengar agak serak, dia lalu bertanya: "Kenapa kamu di sini?"

Dia tidak menyambutku? Aku berkata: "Ibu khawatir padamu, dan menyuruhku membawakan makanan untukmu. Biar aku perjelas dulu, kalau bukan karena Ibu yang menyuruhku untuk datang, aku tidak akan datang."

Sambil berbicara, aku berjalan masuk, tapi saat aku melihat Ficky Chen berbaring di sofa dengan wajah pucat, dia jelas terlihat ingin berdiri, tapi dia tidak bias, aku langsung berjalan ke arahnya dengan sedikit canggung, saat aku akan berbicara, aku melambatkan langkahku, berpura-pura tidak peduli dan bertanya: "Kenapa? Apa kamu sakit?"

Ficky Chen menatapku, mungkin melihat aku yang tidak peduli membuatnya merasa sedih, dia lalu menundukkan kepalanya dan berkata: "Bukan apa-apa, aku hanya perlu beristirahat sebentar."

Saat ini dia tidak terlihat bersemangat seperti dulu lagi, dia sangat berhati-hati saat berbicara padaku, seperti takut kalau aku akan marah, aku merasa agak bersalah, aku penasaran apa nada bicaraku terdengar sangat buruk?

Aku pura-pura batuk, lalu meletakkan kotak makan di atas meja, lalu membantunya untuk berdiri, dan berkata: "Bukannya kamu sangat hebat? Kenapa? Kamu sakit, bahkan tenaga untuk bangkit dan makan obatpun tidak ada? Kalau kamu masih merasa dokter tidak bisa menyembuhkanmu, dan kamu masih tidak mau pergi ke rumah sakit, apa kamu lebih memilih berbaring di sini dan menunggu kematian?"

Dia batuk beberapa kali dan berkata: "Biarkan aku beristirahat saja, aku bisa minum obat sendiri, tidak apa-apa."

Aku melihat dia terbatuk, dia bahkan tidak bisa berdiri sendiri, melihat hal ini, sepertinya dia mengidap penyakit yang lumayan parah, aku lalu berjongkok dan berkata: "Naiklah."

Ficky Chen bertanya padaku: "Untuk apa?"

"Aku akan membawamu ke rumah sakit, sudah sakit sampai seperti ini, masih saja sombong. Aku rasa kamu sengaja melakukan ini semua untuk mengacaukan aku, kan? Kalau Ibu tahu kamu sakit sampai seperti ini, dan aku tetap tidak peduli, bukankah dia akan mengabaikan aku? Ficky Chen, kamu tidak akan bisa mengacaukan hubungan kami berdua." Aku sengaja berbicara seperti ini, karena takut dia salah paham.

Ficky Chen tidak berbicara, dia naik ke punggungku dengan diam, dia sangat kurus, dan sangat ringan.

Aku mengangkatnya dengan sangat mudah, kemudian mengambil kotak makan siang, lalu pergi dari sana, turun dari gunung, dan mengantarnya ke rumah sakit.

Di rumah sakit, aku meminta dokter untuk memeriksanya, hasilnya dia demam dan pilek, dan tenggorokannya sedikit meradang. Aku merasa bersalah, melihat Ficky Chen yang sedang berbaring di tempat tidur dengan infus, aku menyiapkan meja makan dan mengeluarkan makanan dari kotak makan siang, lalu mengatakan: "Aku tahu kamu tidak memiliki nafsu makan, tapi ini semua adalah kerja keras Ibuku, kamu bisa memilih apapun yang kamu inginkan."

Selesai berbicara, aku berjalan ke samping dan memakan makananku.

Ficky Chen menghela nafas dan berkata: "Aku sudah tua, dulu saat aku demam dan pilek, mana perlu datang ke rumah sakit? Hanya perlu mengukur suhu tubuhku, lalu memberiku obat untuk dimakan dan aku akan sembuh, sekarang bahkan untuk bangkit dari kasur saja sudah tidak bisa."

Kenapa kamu berpura-pura bersikap menyedihkan, jangan pikir aku akan kasihan padamu.

Tapi saat aku mendengar batuknya, dan hatiku tetap merasa tidak nyaman, aku teringat kata-kata Kakek luar, dan kemudian memikirkan apa yang dia katakan tadi, aku lalu menghela nafas, benar, Ficky Chen sudah tua, dan tidak punya banyak waktu lagi, untuk apa aku masih kesal padanya? Tapi, saat memikirkan saudara-saudaraku yang sudah mati, berpikir kalau aku tidak bisa membalaskan dendam mereka, dan semua ini terjadi karena dia, hatiku menjadi keras lagi.

Aku merasa, kalau aku menganggap tidak terjadi apa-apa, dan kalau aku akrab dengan Ficky Chen, aku akan merasa sangat bersalah, dan merasa kalau aku telah mengkhianati saudara-saudaraku. Pemikiran seperti itu menghantuiku, dan membuatku menjadi tidak peduli kepadanya.

Aku berkata dengan nada kaku: "Kalau kamu merasa kamu sudah tua, kembalilah ke Keluarga Chen, Keluarga Chen akan merawatmu dengan senang, lagipula, kamu masih merupakan pemimpin Keluarga Chen, yang menentukan kesuksesan dan kekgagalan Keluarga Chen."

Ficky Chen tidak berbicara, aku bisa mendengar desahannya, tapi aku mengalah, tidak bertanya apapun, aku menundukkan kepala, dan memakan nasiku dengan tenang.

Setelah aku menghabiskan makanan di depanku, Ficky Chen perlahan berkata: "Alwi, aku tahu kamu menyalahkanku, dan aku juga tidak meminta kamu untuk memaafkanku, tapi aku akan tetap memenuhi janjiku."

Aku berbalik dan menatapnya dengan curiga, dia berkata: "Bukankah kamu pernah mengatakan, kamu ingin menduduki posisi pemimpin Keluarga Chen? Aku berencana untuk memberikannya kepadamu dalam beberapa hari ini. Alwi, aku tahu kalau kamu membenci Keluarga Chen, tapi Keluarga Chen adalah keluargamu, dan ayahmu akan pulang cepat atau lambat."

Aku berkata dengan dingin: "Aku tidak akan membiarkan papan kematian Ayahku masuk ke rumah Keluarga Chen, kamu terlalu banyak berpikir."

Setelah diam sebentar, aku berkata dengan santai: "Tapi posisi pemimpin Keluarga Chen, aku menginginkannya, saat aku menjadi pemimpin keluarga, aku tidak akan membantu Keluarga Chen untuk melawan dunia, aku hanya ingin memperbaiki kesalahan yang pernah dibuat Ayah Ibuku, aku akan membuat orang-orang yang merendahkan Keluarga Chen menyesal karena apa yang mereka lakukan!"

Ficky Chen mengerutkan kening, dan membujukku: "Alwi, jangan mempermasalahkan hal itu lagi, ya? Kamu sudah membalaskan dendammu sebelumnya."

Aku tahu maskudnya adalah saat aku membunuh saudara laki-laki dan cucunya, saat itu aku sangat marah, kalau bukan karena cucunya yang berpikiran pendek, dan ingin melakukan sesuatu padanya, apa mungkin aku akan membunuhnya? Aku melakukannya demi Ficky Chen, dan untuk memperingatkan orang-orang dari Keluarga Chen untuk tidak menentang rencananya, dia sangat baik, bahkan dia sampai menggunakan kejadian itu untuk membujukku.

Aku bertaruh: "Apa yang ingin aku lakukan tidak ada hubungannya denganmu, kalau kamu tidak menyukainya, kamu boleh tidak menyerahkan aku posisi pemimpin Keluarga Chen padaku, tentu saja, kalau kamu tidak memberikannya padakau, aku tidak akan peduli, dengan kemampuanku saat ini, meski aku bukan pemimpin Keluarga Chen, aku tetap bisa membuat orang-orang di Keluarga Chen gelisah!"

Setelah mendengarkan kata-kataku, Ficky Chen menghela nafas pasrah, aku melirik makanan di atas meja dan melihat kalau dia tidak menyentuhnya sama sekali, dan bertanya: "Kenapa? Makanannya tidak terlihat enak?"

Dia berkata: "Aku tidak mau makan."

Aku mengerutkan kening, bertanya-tanya dia sudah seperti ini, kalau dia tidak makan, bukankah kesehatannya akan semakin memburuk?

Aku memasang sikap seperti akan marah dan berkata: "Kamu tidak mau makan? Baiklah, di masa depan, aku tidak akan menemuimu lagi, lagipula, kamu tidak peduli kalau aku menemuimu atau tidak, kamu cukup mencintai cucu-cucu yang lain saja!"

Selesai berbicara aku lalu berjalan keluar, Ficky Chen berkata dengan lemah: "Jangan... jangan pergi... tetap bersamaku di sini, bagaimana kalau aku makan?"

Sekarang Ficky Chen telah terlihat lemas, aku tidak akan mengatakan apa-apa lagi, aku kembali duduk dengan diam, dan tiba-tiba dia berkata sambil tersenyum: "Sepertinya kamu masih peduli padaku."

Aku mencibir dan berkata: "Jangan terlalu senang, aku hanya khawatir kalau kamu tidak makan, aku tidak tahu bagaimana menyampaikan hal ini pada Ibu, Aku tidak peduli padamu, tapi aku tidak bisa tidak peduli pada Ibuku!"

Novel Terkait

Satan's CEO  Gentle Mask

Satan's CEO Gentle Mask

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
Antara Dendam Dan Cinta

Antara Dendam Dan Cinta

Siti
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Wahai Hati

Wahai Hati

JavAlius
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Aku bukan menantu sampah

Aku bukan menantu sampah

Stiw boy
Menantu
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Berpaling

Cinta Yang Berpaling

Najokurata
Pertumbuhan
4 tahun yang lalu
My Goddes

My Goddes

Riski saputro
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku CEO Misterius

Ternyata Suamiku CEO Misterius

Vinta
Bodoh
4 tahun yang lalu
The Comeback of My Ex-Wife

The Comeback of My Ex-Wife

Alina Queens
CEO
4 tahun yang lalu