Cinta Dibawah Sinar Rembulan - Bab 283 Jangan tinggalkan aku.

Semalaman memelukku dengan erat, dan ketika dia bangun, Aiko meringkuk dalam pelukkanku seperti seekor kucing, wajahnya yang tanpa riasan, rupa tidurnya sama seperti lukisan yang paling bersih didunia ini, hati yang murni membuatku bahagia. Aku mengangkat tangan, dengan lembut menyentuh kedua alisnya, lalu dia dengan perlahan-lahan membuka matanya, rasa ngantuk dibagian bawah matanya belum hilang, rupanya yang bingung terlihat sangat imut.

Aku menoleh padanya dan berkata: “Selamat pagi, Kak.”

Wajah cantik Aiko yang memerah, dia menundukkan kepalanya lalu berkata: “Pagi, jam berapa sekarang?”

Aku mengangkat pergelangan tanganku dan berkata: “Aduh, sudah jam 9. Ini adalah tidur terbaik yang aku miliki sejak aku kembali ke Nanjin. Kak, memelukmu memang bisa tidur nyenyak.”

Selesai mengatakannya, aku mengulurkan tangan dan mencubit pinggang rampingnya. Dihadapanku muncul, bagaimana pinggang ramping ini bisa menundukkanku tadi malam, aku tidak bisa menahan menelan air liurku, dan bagaimana mungkin Aiko tidak mengerti isi hatiku saat ini, dia langsung tersipu malu, dan berbalik, menghadapkan bagian punggung kepadaku, lalu berkata: “Dasar cabul!”

Kalau dia tidak bergerak lebih baik. Dia berbalik, dan malah memaparkan seluruh punggung putihnya itu kehadapanku, dan masih ada jejak kegilaan kami tadi malam. Ini mengingatkanku akan kejadian tadi malam, rasa begitu lezat ke dalam sumsum tulang benar-benar membuat hatiku terasa gatal. Aku dengan lembut meletakkan jari dipunggungnya, dan dia langsung meluruskan tubuhnya dengan gugup, aku berkata: “Jangan gugup, meskipun aku ingin, tetapi Kakak sangat lelah, bagaimana mungkin aku begitu tega menyiksamu lagi? Aku hanya ingin menulis beberapa kata dipunggungmu.”

Aiko memalingkan wajahnya sedikit, lalu bertanya: “Kata apa?”

“Coba tebak.”

Ketika aku mengatakannya, aku mulai menulis kata-kata dipunggungnya, tangannya menggenggam selimut dengan erat dan tubuhnya gemetaran dengan tidak normal. Setelah aku selesai menulis, aku memeluknya dari belakang, kemudian berkata dengan lembut: “Kak, apakah kamu dapat menebak kata apa itu?”

Aiko mengangukan kepala, lalu dengan perlahan berbalik. Dia menatapku dengan kasih sayang, lalu kedua tangannya memegang pipiku dengan pelan, dan membelai wajahku dengan jari-jarinya yang lembut, dan berkata: “Itu ‘Aku cinta Kamu’.”

Aku meraih tangannya, menggosoknya dengan lembut ditelapak tanganku, kemudian mengaitkan sepuluh jari tangan kita dengan erat, lalu berkata: “Aku juga.”

Aiko pura-pura marah dan berkata: “Kamu mengambil keuntungan dariku.”

Aku mencium jarinya, dan tangan lainnya mengangkat dagunya, lalu berkata: “Kamu adalah milikku, tadi malam, bagian mana mu yang belum dipelajari dengan seksama olehku? Menurutmu, apakah hubungan diantara kita masih ada mengambil keuntungan?”

Wajah Aiko semakin memerah, dia mendorongku dan bangkit dari tempat tidur. Tiba-tiba teringat bahwa dia tidak memakai pakaian dan dengan cepat mengambil handuk mandi yang ada di atas tempat tidur. Dia menatapku dengan marah dan berkata dengan kekanak-kanakan: “Mengapa sebelumnya aku tidak menyadari kamu begitu cabul?”

Aku menopang kepalaku dengan satu tangan, dan menikmati postur anggunnya, lalu berkata sambil tersenyum: “Kak, nantinya kamu akan menyadari bahwa kata-katamu ini terlalu awal untuk dikatakan.”

Aiko melirikku tanpa daya, lalu menyuruhku cepat bangun. Kemudian dia pergi ke kamar mandi, aku mengenakan pakaian dan juga mengikutinya pergi.

Setelah mandi, Aiko mengenakan gaun semalam, dan menggunakan mantelnya, kemudian meninggalkan hotel dengan memegang lenganku. Begitu keluar, ponselnya berdering dan dia mengeluarkan ponselnya, tangannya yang memegang tanganku itu tiba-tiba mengencang, aku sedikit penasaran dan melihat ponselnya, tetapi dia malah melepaskanku dan mundur dua langkah, lalu menutupi ponselnya. Jantungku berdegup tiba-tiba, dia menyuruhku untuk pergi mengambil mobil terlebih dahulu, dia ingin menjawab sebuah panggilan.

Meskipun hatiku ragu, tetapi aku pergi mengambil mobil. Ketika aku kembali, Aiko yang baru saja menutup telefon, aku melihat raut wajahnya yang tadinya baik menjadi kedua alis mengerut, seperti hatinya memiliki masalah yang besar, dan tentu saja tidak seperti sebelumnya yang memiliki penampilan yang bersinar. Hatiku berdetak kencang, Aiko hanya mengenal beberapa orang saja di Nanjing, dan siapa yang bisa membuatnya menjadi begitu khawatir?

Sambil berpikir, aku menyembunyikan klakson ke Aiko. Dia mengangkat kepalanya, menatap kearahku, tetapi tidak segera masuk kedalam mobil, dan malah diam. Dia menatapku dengan tatapan yang ingin pisah dariku, tatapan ini menyakitkan hatiku, dan membuatku semakin tidak tenang, aku hendak keluar dari mobil, tetapi kemudian dia berjalan karahku dengan perlahan, dengan diam masuk kedalam mobil.

Aku tidak sabar untuk bertanya: “Kak, siapa yang menelefonmu? Kamu tampaknya tidak terlalu baik, kamu harus memberitahuku jika terjadi sesuatu, biarlah aku membantumu menopangnya.”

Aiko menatapku dengan sedikit air dimatanya, lalu berkata: “Alwi, kembali ke Splendid.”

Apakah ini berencana tidak memberitahuku? Hatiku semakin tidak tenang, tetapi aku juga tidak terburu-buru mencari tahu, tetapi malah mengendarai mobil dengan patuh. Sepanjang jalan, Aiko tidak berbicara, tidak peduli apa yang aku katakan, dia tetap murung dan lesu, ini membuatku semakin tidak tenang, terutama ketika kami mendekati Splendid, aku merasakan ada bahaya yang mendekat.

Sebelum tiba di Splendid, aku melihat sebuah barisan panjang mobil terkenal didepan Splendid, semuanya adalah Bentley putih, ada banyak orang yang berdiri disekitarnya, dan juga ada beberapa orang yang mengambil foto.

Aku berkata: “Seharusnya itu adalah teman kerjasama luar kotanya Dony Yun, melihat plat nomornya itu dari Zhejiang.”

Aiko tidak berbicara, tetapi kedua tangannya mengepal dengan erat, dan memandangi sederetan mobil ini.

Setelah aku memarkir mobil, aku membuka pintu dan turun. Sorotan mataku melirik mobil Bentley yang didepan muncul seorang wanita yang menawan. Meskipun hanya melirik sekilas, tetapi bisa meninggalkan kesan, karena wanita itu berparas sangat cantik, ditambah aura yang anggun dan mewah ditubuhnya, dan merasa bahwa dia bisa bersaing dengan ibuku.

Tetapi yang aku pedulikan bukanlah betapa cantiknya wanita ini, betapa mewahnya penampilannya, tetapi sekilas ini malah membuatku merasa bahwa dia sangat tidak asing, seolah-olah aku pernah melihatnya disuatu tempat.

Sebelum aku mengerti, aku telah tiba pintunya Aiko, membuka pintu mobil dan berkata sambil tersenyum: “Kak, turunlah.”

Aiko memalingkan wajagnya, menatapku dengan dalam, membuka mulutnya, dan tiba-tiba mengatakan sesuatu yang membuatku bingung, dia berkata: “Alwi, maaf.”

Aku terkejut, dan bertanya padanya mengapa dia ingin meminta maaf padaku? Dia tidak menjawabku, tetapi perlahan turun dari mobil. Begitu dia turun dari mobil, dia menarik perhatian semua orang, dia berjalan melewatiku dan perlahan-lahan berjalan menuju pintu Splendid. Insting memberitahuku bahwa dia sepertinya ingin meninggalkanku, aku berbalik dan dengan sekuat tenaga meraih tangannya, tetapi pada saat ini, aku melihat wanita cantik dan elegan itu datang perlahan kearah Aiko, lalu mengangkat tangannya dan menampar Aiko dengan kuat.

Pada saat ini, seluruh orang terkejut. Aku langsung tidak tega dan juga marah, tetapi yang mengejutkanku adalah reaksinya Aiko, dia tidak menghindar, dan tahu bahwa tadi dia bisa menghindar. Aku tidak bisa untuk tidak melihat wanita ini, dan tiba-tiba terkejut, alis wanita itu persis sama dengan Aiko, dan tidak berlebihan jika mengatakan bahwa mereka diukir oleh cetakan yang sama.

Pikiran konyol tiba-tiba muncul dibenakku, yaitu wanita ini, kemungkinan besar adalah ibunya Aiko, dan itu adalah calon ibu mertuaku.

Tapi….. Bukankah ibu Aiko telah meninggal ketika dia masih kecil? Apakah dia memiliki kehidupan yang aneh sepertiku?

Wanita misterius itu memandang Aiko dengan marah dan berkata: “Tidak tahu malu! Apakah kamu masih ingat apa yang kamu janjikan padaku?”

Aiko berbalik dan tidak berbicara. Tiba-tiba wanita itu menatapku, dan berkata dengan marah: “Apa bagusnya pria ini? Apa nilainya? Apakah itu sepadan untuk nona Cinta berkorban? Apakah kamu lupa bahwa dia adalah……”

Aiko tiba-tiba berteriak dengan gugup: “Ibu, sudah cukup!”

Hatiku berhenti berdetak sebentar, tidak disangka bahwa wanita ini benar-benar adalah ibunya Aiko, meskipun kaget, aku mengambil langkah kedepan dan dengan sopan berkata: “Halo, Tante.”

Sebelum aku selesai berbicara, Ibu Aiko berkata dengan dingin: “Kamu pikir kamu itu siapa?”

Aku sedikit mengerutkan alis, apa yang akan dikatakan oleh Aiko, aku meraih pergelangan tangannya, dan memberi isyarat agar dia tenang, kemudian aku berkata kepada ibunya: “Tante, aku pikir mungkin ada kesalahpahaman yang terjadi diantara kita, mengapa kita tidak masuk kedalam dan berbicara?”

Ibu Aiko menatapku dari atas sampai bawah, matanya penuh dengan penghinaan dan jijik. Tidak peduli seberapa acuhnya aku, aku juga tidak bisa menahan amarah menghadapi tatapan seperti ini.

Ibu Aiko dengan dingin berkata: “Tidak ada yang perlu dibicarakan antara kita.”

Selesai berbicara, dia langsung meraih lengan Aiko dan dengan dingin berkata: “Ayo!”

Sambil mengatakannya, dia berbalik badan untuk pergi, dan Aiko benar-benar mengikutinya dengan patuh. Dalam pikiranku, aku teringat panggilan telefon yang dia jawab dan teringat bahwa dia seperti sangat terganggu, hatiku tiba-tiba menjadi tegang, karena aku menyadari satu hal bahwa dari awal Aiko sudah berencana untuk pergi!

“Kak!” Aku meraih tangan Aiko yang lainnya, dia berbalik badan, aku menggelengkan kepala padanya, berkata: “Jangan pergi.”

Sebelum Aiko berbicara, sebuah suara rendah terdengar: “Lepaskan dia.”

Aku melihat sekeliling, melihat seorang pria berjas dan sepatu kulit berjalan keluar dari Splendid. Dia menatapku dengan dingin dan berkata: “Lepaskan tunanganku.”

Pria dihadapanku terlihat sangat tampan, dan auranya juga sangat bagus. Terlebih lagi, pada pandangan pertama dapat dilihat bahwa dia seperti anak bangsawan dari latar belakang keluarga yang bagus. Dia dan Johan sedikit mirip, tetapi dia terlihat lebih bangsawan dan tenang dibanding Johan. Aku berpikir dalam hati, Johan yang telah pergi, malah datang lagi orang gila lainnya.

Aku berkata dengan wajah dingin: “Siapa kamu?”

Dia mengangkat alisnya, lalu menatapku dengan dingin dan bertanya: “Dia adalah tunanganku. Menurutmu, aku siapa? Tentu saja tunangannya.”

Dia berkata sambil berjalan menuju kami. Aku menarik Aiko ke belakangku, lalu memandangnya dan berkata: “Tunangannya? Apakah Aiko menyukaimu?”

Ini adalah pertama kalinya aku berteriak nama ‘Aiko’ seperti itu, karena aku menyadari bahwa jika memanggilnya ‘Kak’, maka tidak bisa menyatakan kedudukanku.

Dia menatapku dengan mencibir, dan dengan perlahan berkata: “Suka atau tidak, apakah itu penting? Selama dia mengakui identitasku, bukankah itu sudah bisa?”

Setelah selesai berbicara, dia menatap Aiko, tatapan matanya tidak begitu semangat, malah ada sedikit kebencian, kemudian bertanya: “Aiko, apakah kamu bersedia kembali ke Hangzhou bersamaku?”

Aku melihat Aiko dengan gugup, dia menatapku dengan tatapan mata yang dalam, dan ada terlalu banyak emosi tersembunyi didalamnya. Tiba-tiba aku merasa takut, lalu menggelengkan kepala kepadanya, dia malah dengan perlahan melepaskan tangannya dari tanganku, dan berkata: “Alwi, beberapa hari ini aku sangat senang, terima kasih.”

Novel Terkait

Hidden Son-in-Law

Hidden Son-in-Law

Andy Lee
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
Penyucian Pernikahan

Penyucian Pernikahan

Glen Valora
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Marriage Journey

Marriage Journey

Hyon Song
Percintaan
4 tahun yang lalu
Hei Gadis jangan Lari

Hei Gadis jangan Lari

Sandrako
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Menantu Hebat

Menantu Hebat

Alwi Go
Menantu
4 tahun yang lalu
Cinta Adalah Tidak Menyerah

Cinta Adalah Tidak Menyerah

Clarissa
Kisah Cinta
5 tahun yang lalu
Mr Huo’s Sweetpie

Mr Huo’s Sweetpie

Ellya
Aristocratic
4 tahun yang lalu
Cinta Setelah Menikah

Cinta Setelah Menikah

Putri
Dikasihi
4 tahun yang lalu