Cinta Dibawah Sinar Rembulan - Bab 951 Merasa Tenang (2)

Hatiku mencelos dan ingin menghindar, tapi peluru Linda sudah tertembak kearahku. Aku segera menghindari dari peluru. Hanya saja seperti ini, orang di belakangku akan terluka. Saat aku berispa untuk menerima luka tembak, luka yang kubayangkan tidak datang, melainkan suara deheman Tom yang berat.

Lalu sebuah peluru melayang melalu bahuku dan langsung tertuju kearah kepala Linda. Linda ingin menghindar. Aku mulai mengisi peluruku dengan tenang dan menutupi semua jalur kabur yang ia bisa lalui. Terakhir peluru tertembak kearah tenggorokannya dan terjatuh di lantai dengan kecewa.

Melihat kematian Linda, hatiku sama sekali tidak merasa baik, karena aku tidak mengerti mengapa Tom ingin melukaiku?

Aku pelan-pelan berbalik badan dan melihat kearah pintu. Aku tak sangka bertemu dengan Nody yang berdiri di dekat pintu. Ia berkata dengan tidak senang. “Alwi, kamu terus kaburlah. Kalau bukan aku yang membantumu sekarang, mungkin saja kamu sudah mati.”

Aku sungguh tidak tahu harus senang atau khawatir bertemu Nody di saat seperti ini. Tapi apa yang ia katakan itu benar, kalau ia tidak datang, mungkin saja aku sekarang sudah mati.

Aku tersenyum kearahnya dan berkata, “Aku nanti baru meminta maaf kepadamu.”

Nody masuk ke dalam ruangan dan menatapku kesal. Ia berkata, “Kalau kamu mengira itu baik untuk meninggalkanku, mau kamu meminta maaf kepadaku, aku tidak akan memaafkanmu, bocah!”

Hatiku terasa hangat, apalagi di saat seperti ini melihat Nody, sehingga tidak membuatku merasa curiga terhadap kehidupan setelah masalah yang terjadi.

Lihat ada orang yang menganggap kebaikanku seperti sampah, lalu dibuang begitu saja, tapi juga ada orang yang berhati-hati melindungiku.

Aku tertawa bodoh kearah Nody. Ia dengan kesal berkata, “Tidak boleh ketawa.”

Ia menatap Tom yang terduduk lemas di lantai dengan kesal. Seketika auranya berubah, seperti pedang tajam. Ia dengan kesal berkata, “Kalau bukan karena aku mengenalmu, aku pasti akan membunuh anak ini.”

Aku mengikuti pandangan Nody dan menemukan Tom duduk disana, sambil memegang pergelangan tangannya kesakitan. Di lantai terdapat pisau yang tajam, sangat terlihat kalau tidak ada bantuan orang lain, mungkin saja pisau ini sudah menusuk liver, ginjal ataupun jantungku. Kalau tidak mati, juga sangat menyakitkan.

Aku melihat Tom, satu kata sakit hati tidak cukup untuk menjelaskan perasaanku. Ia menatapku takut, sedangkan Ayahnya berteriak, “Jangan bunuh ia, semua ini maksudku.”

“Mengapa?” tanyaku kepada Tom.

Tom menunduk kepalanya dan merasa bersalah berkata, “Aku tidak ada pilihan. Antara kamu dan Ayahku, aku harus memilih salah satu. Maaf, Pak Alwi. Anda adalah orang yang baik, tapi aku bukan. Kalau Anda ingin membunuhku, ...silahkan.”

Meskipun ia mnegatakan itu, tapi karena ia baru berusia dua puluh tahun, sehingga tubuhnya bergetar karena takut.

Sedangkan Ayahnya takut aku sungguh melakukannya dan segera berkata, “Semua ini ideku. Aku memaksa Tom untuk bekerja sama dengan Tuan itu dengan kematianku. Pak Alwi, bunuh aku saja kalau Anda ingin.”

Sungguh Ayah anak yang dekat.

Aku menarik nafas dalam dan berkata kepada Nody. “Nody, ada berapa orang diluar?”

Saat ini, aku hanya ingin melakukan satu hal, yaitu membunuh banyak orang, untuk melampiaskan amarah hatiku. Nody tahu maksudku. Ia memutar balik matanya kepadaku dan berkata, “Sudah kuselesaikan semuanya.”

Aku sedikit terkejut. “Bagaimana kamu melakukannya?” tanyaku.

Nody berkata, “Bukan diriku sendiri yang melakukannya. Aku hanya bertanggung untuk menunjuk jalan. Kamu juga tahu kan, Jones itu sudah membuat banyak orang kesal, ingin mengurangi kekuasaannya, sama sekali tidak susah. Jadi...aku tidak perlu beraksi.”

Aku memberi ibu jari kepadanya dan berkata, “Hebat sekali, sepertinya kamu terus mengikutiku. Hari itu di hotel, aku merasa ada orang yang mengikutiku, jangan-jangan itu kamu juga?”

Nody menatapku kesal dan berkata, “Kamu masih berani mengungkit itu? Sudah, jangan bahas itu dulu. Bagaimana kamu menghukum Ayah anak ini?”

Aku melihat mereka, lalu pelan-pelan mengambil senapan dan kulempar kepada Tom. Aku berkata, “Aku yang melibatkanmu ke dalam masalah ini. Kukira aku hanya perlu memberikan sejumlah bayaran untukmu sudah cukup, tapi aku salah. Kamu tidak salah, aku juga tidak salah, hal yang salah adalah kita memiliki alasan yang berbeda. Aku tidak akan membunuhmu, tidak akan menyalahkanmu juga, tapi kamu tetap mengkhianati hubungan kita. Kalau begitu, kita berakhir disini saja, mari hidup dengan tenang. Tidak perlu bertemu lagi lain kali.”

Setelah itu, aku berkata kepada Nody, “Ayo kita pergi.”

Nody mengangguk. Ia tidak menantang aku melakukan itu, karena ia tahu diriku, menghormati keputusanku.

Lihatlah, setiap orang itu berbeda. Jika sekarang yang menerima ancaman adalah Nody, kupikir ia akan mencari kesempatan untuk jujur kepadaku, lalu bekerja sama denganku, karena ia percaya kepada kemampuanku, percaya aku bisa menyelesaikan masalah ini. Tapi Tom berbeda, lagipula ia adalah orang biasa. Kalaupun aku memberikannya uang, memberikan harapan untuk mengobati penyakit Ayahnya, tapi itu tidak sebanding dengan nyawa Ayahnya. Pilihannya tidak salah, seperti diriku yang harus memilih Jessi antar Jessi dan Felicia. Bukankah itu sudah terlihat aku memilih Jessi daripada Felicia? Jadi aku sungguh tidak menyalahkannya, tapi hanya sedikit kecewa.

Aku sedih bukan karena ia ingin menusukku, melainkan ia ingin membunuhku, tapi ia masih tersenyum membuat makanan kesukaanku, seperti seorang teman, begitu peduli kepadaku. Aku masih saja terharu seperti orang bodoh saat itu. Kalau bukan karena melihat kebaikannya, ketelitiannya, bagaimana mungkin aku tidak mencari penyebabnya mengapa senyuman suster itu yang janggal? Bukan karena aku tidak teliti, melainakan aku sungguh menganggap Tom sebagai adikku. Aku lebih percaya ia tidak jahat kepadaku.

Pisau yang didirikan dengan cinta lebih menyakitkan. Aku akui aku terluka. Kalau bukan karena kedatangan Nody membuatku merasa aku masih memilik teman, masih ada orang yang berhak kuusahakan, mungkin saja aku terluka oleh pisau itu.

Lorong rumah sakit sangatlah bersih, tanpa percikan darah. Ini membuatku penasaran bagaimana orang-orang yang dibawa Nody melakukannya? Setelah kita keluar, Nody merangkul bahuku dan berkata, “Apakah selanjutnya kita harus memukul si Jones?”

Aku mengangguk kepalaku. Ia tertawa berkata, “Kukira kamu akan bilang berbahaya dan menyuruhku tunggu disini.”

Aku memegang hidungku, tahu kalau ia masih kesal aku meninggalkannya. Ia pasti mengerti kebaikanku, hanya saja ia tidak membutuhkannya. Ia membutuhkan kepercayaanku, kesempatan untuk bekerja sama denganku. Aku tertawa kearahnya dan mengganti topik pembicaraan. “Tapi aku penasaran bagaimana kamu menemukanku?”

Nody dengan kesal berkata, “Kamu kira aku bodoh. Bahkan kamu tidak ingin melibatkan organisasi mereka, bagaimana mungkin ingin melibatkan sahabatmu kedalam masalah ini? Jadi saat kamu menyuruhku pergi minum teh ke tempatmu, aku sudah tahu kamu akan memberi obat tidur untukku, lalu pergi begitu saja. Jadi aku sudah siap sejak awal. Hari itu setelah aku kembali ke kamar, aku mulai memuntahkannya dan menyuntik, agar obat tidur teurai dari tubuhku, lalu aku mengikutimu diam-diam. Oh iya, aku juga memasang alat pengikut di sepatumu. Bagaimana? Kamu tidak tahu kan?”

Aku mengangguk dan menggerakan bahuku. “Sepertinya aku terlalu menganggap diriku pintar.”

Nody mengangguk dan berkata, “Baguslah kalau kamu tahu! Lain kali jangan sok pintar lagi, kalau tidak aku tidak akan sungkan kepadamu. Oh iya, aku juga sudah memberitahu ini kepada Nona Jessi. Kamu tungguhlah diomeli olehnya!”

Aku menatap Nody yang terlihat puas dan berkata, “Nody, aku baru saja merasa dirimu mengerti orang, tapi dalam sekejap waktu, kamu memberiku in. Kamu ini sedang membalas dendam kepadaku.”

Aku sekarang bisa membayangkan Jessi yang mengomeliku. Ia pasti merasa diriku tidak sayang nyawa, pasti akan mengomeliku.

Mengingat ini, aku mulai sedih.

Aku bilang, “Kamu menusuk perasaanku!”

Nody dengan kesal berkata, “Aku ini sedang memberikan pelajaran untukmu! Daripada kamu lupa untuk mengubah diri! Kamu tuh dari dulu selalu ingin melindungi kita saat kamu bertemu sesuatu yang berbahaya dan langsung maju begitu saja. Alwi, aku beritahu kamu, kelakuanmu ini sedang merendahkan kemampuan dan kepribadian kita. Aku sedang memberi peringatan yang kuat untumu. Kalau kamu melakukan kesalahan yang sama lagi, aku dan Sulistio mereka akan memberi hukuman untukmu!”

Aku tertawa tenang sambil mendengar ia berbicara, lalu mengangguk kepala seperti anak kecil yang bersalah. “Aku tahu, Tuan besar Nody. Aku tidak akan melakukan kesalahan yang sama lagi. Bolehkah kamu memaafkanku?”

Nody mengangguk dan berkata, “Lihat sikapmu yang mengakui kesalahan, aku akan memaafkanmu.”

Lalu kita berdua saling memandang, lalu tertawa kencang.

Aku kira diriku sendiri ke Amerika akan lebih terasa baik, tapi saat aku menyadari ia berada disampingku, aku baru merasakan ketenangan yang sesungguhnya!

Novel Terkait

Someday Unexpected Love

Someday Unexpected Love

Alexander
Pernikahan
4 tahun yang lalu
His Soft Side

His Soft Side

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
My Superhero

My Superhero

Jessi
Kejam
4 tahun yang lalu
Because You, My CEO

Because You, My CEO

Mecy
Menikah
4 tahun yang lalu
Cinta Tapi Diam-Diam

Cinta Tapi Diam-Diam

Rossie
Cerpen
4 tahun yang lalu
Meet By Chance

Meet By Chance

Lena Tan
Percintaan
3 tahun yang lalu
You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu
Unlimited Love

Unlimited Love

Ester Goh
CEO
4 tahun yang lalu