Cinta Dibawah Sinar Rembulan - Bab 1060 Menceritakan Identitas (2)

David mengusap matanya, tersenyum sambil berkata: “Aku tidak meminta Joko menjadi yang terbaik, menjadi kebanggaanku, selama dia bisa hidup dengan damai, melewati hidup yang biasa-biasa dan sehat, itu sudah cukup bagiku.”

“Yah!”Joko juga menangis, bangkit memeluk ayahnya, menangis dalam pelukan ayahnya seperti anak kecil.

David menepuk punggungnya dengan ringan, tidak bisa mengatakan sepatah kata pun, satu tangan yang lain perlahan-lahan mengusap air matanya.

Melihat pemandangan anak yang berbakti kepada orang tua, hatiku sedikit tersentuh dan iri, Joko akan berusaha menjadi lebih kuat dan lebih baik demi David, David tahu semua ini dan aku? Aku berjuang untuk ayahku, bahkan jika itu pedang, aku akan berani menerobosnya, tapi, ayahku tidak akan pernah mengetahui semua ini, dan aku tidak akan pernah memiliki kesempatan untuk menangis dalam pelukannya.

Mengingat ini, hatiku sedih dan duduk di meja minum secangkir teh.

Saat ini, Joko menyeka air matanya, berkata dengan malu: “Alwi, maaf, tadi aku terlalu tersentuh.”

Aku menggelengkan kepala mengatakan tidak apa-apa.

David bertanya: “Alwi, apa yang akan kamu lakukan? Sepengetahuanku, organisasi ini sangat hebat, apa benar kamu bisa melawan mereka?”

Aku berkata: “Paman David, kamu tenang saja, aku pastikan kali ini organisasi ini akan hancur, meskipun dewa langit datang membantu mereka juga tidak ada gunanya.”

Paman David berkata dengan penuh perasaan: “Aku tahu kamu orang yang berpendirian, aku juga tidak bisa membantumu, aku hanya bisa berharap yang terbaik untukmu saat ini.”

Aku mengangguk, berkata: “Dengan kata-kata Paman David, aku yakin aku pasti berhasil.”

David tersenyum pahit dan berkata: “Kamu ini, terlalu menyanjung paman, aku sangat tidak berguna dibandingkan denganmu, aku bahkan tidak bisa melindungi anak sendiri, mengandalkanmu untuk melindungi keluarga Chu, setelah dipikir-pikir ini sangat memalukan.”

Aku tertawa keras dan berkata: “Aku hanya bisa mengatakan Anda terlalu bodoh, tidak seperti diriku, memiliki hati yang licik, tentu saja tidak akan dijebak oleh orang lain.”

Joko mengerutkan kening, berkata dengan serius: “Alwi, aku tidak mengijinkan dirimu berkata seperti itu pada diri sendiri, meskipun hanya bercanda juga tidak boleh.”

Melihat wajah serius Joko, aku tersenyum, hatiku terasa sangat, aku mengangguk, berkata: “Ok, aku tidak akan mengatakannya.”

Saat ini, pamanku meneleponku, aku menjawabnya, bertanya: “Paman, bagaimana keadaan kak Widya?”

Pamanku berkata: “Tenang saja, aku sudah menyelamatkannya dengan aman, dia baik-baik saja, tidak ada kaki dan tangan yang patah, mungkin beberapa hari ini tidak bisa makan dengan baik, jadi kurus sekali, tidak ada spirit dan kekurangan nutrisi, aku mengundang dokter kemari, untuk memberinya suntikan nutrisi, tidak ada masalah besar, kamu tidak perlu khawatir.”

Mendengar Widya sudah diselamatkan, aku sangat senang berkata: “Bagus, bagus sekali, paman, bantu aku menjaganya, jangan terburu-buru mengirimnya pulang, biarkan dia pulih.”

Pamanku berkata: “Tidak masalah, tapi …… sepertinya dia sudah bisa menebak kamu masih hidup, kamu……tidak berencana berbicara baik-baik dengannya?”

“Apa yang dia lakukan sekarang?” Tanyaku.

Paman berkata: “Dia, ketika diselamatkan kondisi tubuhnya sangat lemah, setelah disuntik nutrisi, sekarang sedang tidur dibelakang mobilku.”

Aku merasa lega, untungnya dia tidak menungguku menelepon dan menjambak rambutnya, aku berkata: “Kalau begitu biarkan dia istirahat dengan baik, kalau dia sadar, menyebut namaku, kamu boleh mengatakan yang sebenarnya kepadanya, kalau tidak menyebut namaku……Ehn……kamu anggap tidak tahu apa-apa.”

“Baiklah. Apakah kamu tahu? Sekarang aku benar-benar mengagumi Jessi, dia bahkan bisa menahan diri tidak memukulmu, ini benar-benar cinta sejati.”ucap pamanku.

Aku tahu dia sedang mengejekku menodai bunga cantik, Apakah aku benar-benar mneyedihkan? Apa yang aku lakukan? Sebenarnya aku tidak melakukan apa-apa?

Pamanku yang melihat diriku tidak mengatakan apa-apa, tertawa keras berkata: “Aku tidak akan menggodamu lagi, aku akan pulang menemani bibimu tidur, kamu juga, sudah begitu malam, cepat pergi tidur.”

Aku berkata: “Iya, paman, selamat malam. Dan, terima kasih.”

“Anak bodoh, sungkan apa dengan pamanmu, aku benar akan marah.”ucap pamanku tertawa, lalu mematikan telepon.

Aku memandang telepon, merasa penyesalan dalam hatiku banyak terobati, meskipun ayahku sudah meninggal, tapi aku memiliki paman yang menyayangiku, dan paman Saver, ayahku sudah meninggal, tapi dia banyak meninggalkan barang-barang berharga, barang-barang ini adalah paman Saver yang layak aku hormati seumur hidup, dan layak aku percayai.

Joko yang melihat tatapan mataku santai, bertanya: “Widya sudah diselamatkan?”

Aku mengangguk berkata: “Ehn, sudah diselamatkan.”

Joko tersenyum berkata: “Benar tidak mudah.”

“Iya, benar tidak mudah.”ucapku tersenyum, berkata: “Tapi selama memiliki hasil itu sudah cukup.”

Setelah mengatakannya, aku berkata kepada David: “Paman David, sebentar lagi akan ada orang yang mengantar obat kak Joko kemari, Anda dan kak Joko malam ini tinggal di sini, sekarang aku akan pergi ke tempat Gosly, kalau menghitung waktu, orang-orang Gosly seharusnya sudah hampir selesai dihabisi oleh orang kami.”

Mendengar perkataan ini, David sibuk berakta: “Pergilah, kamu harus hati-hati.”

Aku tersenyum berkata: “Kamu tenang saja, aku tidak akan ada masalah, kalau begitu aku pergi dulu.”

“Pergilah.”

Aku meninggalkan ruangan, berjalan menuju halaman rumah Gosly, semakin dekat aku ke sana, semakin kuat bau darah di udara, ketika aku sampai di halaman, berdiri dua baris orang di halaman, mereka yang melihat aku datang, berteriak dengan serentak: “Kak Alwi!”

Orang pertama adalah Nando.

Aku mengangguk pada mereka dan berkata: “Sudah menyusahkan saudara-saudara, selanjutnya ada masalah yang harus merepotkan kalian, pastikan bereskan orang-orang ini dengan bersih.”

“Baik, kak Alwi!”

Orang-orang ini pergi dengan tertib, sebelum pergi, mereka menyeret mayat dari rumput, dan Nando mendatangiku sambil tersenyum dan berkata: “Kak Alwi, totalnya ada 16 orang, sama sekali tidak ada jejak.”

Aku tersenyum berkata: “Kerja bagus.”

Nando tertawa keras berkata: “Semua ini berkat arahan Anda.”

Aku berkata dengan marah: “Dasar pandai bicara……tapi, aku suka mendengar perkataan ini.”

Nando senang, aku berkata: “Ayo, kita pergi melihat Gosly.”

Nando mengangguk, mengikutiku ke ruangan, saat ini, Gosly yang berbaring di tempat tidur tidak tahu apa-apa, dia tertidur lelap, aku menghampirinya, lalu menepuk wajahnya, dia menyingkirkan tanganku dengan kesal, membalikkan badan, bersiap-siap untuk lanjut tidur.

Aku tersenyum dingin, menampar wajahnya, Nando tertawa di samping, karena Gosly bukan manusia biasa, meskipun dia mabuk, dia segera merasakan ada yang tidak beres, dia meletakkan satu tangannya di saku, bangkit duduk seperti meriam baja, lalu mengeluarkan ‘Pistol’ dari saku dan mengarahkannya ke aku, dan mengumpat: “Siapa yang berani memukulku? Sudah bosan hidup ya?”

Aku melihat‘Pistol’di tangannya, tidak bisa menahan tawa, Nando menepuk kakinya dan tertawa keras, Gosly tampak bodoh, dia melihat ‘Pistol’di tangannya, membuka matanya dengan tajam, menggelengkan kepala, lalu membuka matanya kembali, lalu wajahnya berubah menjadi pucat, karena akhirnya dia tahu ‘Pistol’yang ada di tangannya, sama sekali bukan sebuah pistol, melainkan sebuah pisang.

Bayangkan saja ketika seorang pria dengan tergesa-gesa mengeluarkan senjatanya, membidik korban, kemudian menyadari pistol yang ada di tangannya adalah pisang, dia stress tidak?”

Nando bertanya: “Terkejut tidak? Aku khusus mempersiapkan ini untukmu.”

Aku memandang Nando, berpikir ternyata ini kerjaan bocah ini, sejujurnya, aku sedikit simpati melihat Gosly.

Gosly memandang kami dengan marah, bertanya: “Apa yang kalian lakukan? Jangan lupa kita memiliki hubungan kerja sama, kalian yang begitu, akan dalam bahaya!”

Aku tidak mengatakan apa-apa, dan langsung menamparnya, aku menggunakan kekuatan penuh, meskipun Gosly tinggi dan besar, hidung dan mulut yang terkena tamparan ini langsung menyemprotkan darah, seluruh tubuhnya jatuh ke tempat tidur, dia menatapku dengan takjub dan berkata: “Tuan Alwi, apa maksudmu?”

Aku merapikan dasiku, berkata dengan serius: “Tuan Gosly, tampaknya aku ingin memperkenalkan diriku kepadamu secara resmi sekali lagi.”

Dia menatapku dengan wajah yang tidak mengerti, aku berkata dengan santai: “Namaku Alwi, ‘A L W I’, ayahku adalah pahlawan Hua Xia, Freddy.”

Gosly yang masih arogan saat ini, benar-benar tertegun di tempat, memegang wajahnya, membelalakkan matanya, menggelengkan kepalanya dengan tidak percaya, berkata: “Tidak……tidak mungkin, bagaimana mungkin kamu Alwi? Jelas-jelas kamu sudah mati……”

Aku tersenyum dingin berkata: “Iya, aku sudah mati, Alwi yang dulunya tergantung pada belas kasihan kalian sudah meninggal, yang hidup adalah, Alwi yang bisa semena-mena mengendalikan kalian!”

Novel Terkait

His Second Chance

His Second Chance

Derick Ho
Practice
4 tahun yang lalu
The Sixth Sense

The Sixth Sense

Alexander
Adventure
4 tahun yang lalu
Love and Trouble

Love and Trouble

Mimi Xu
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Sederhana Cinta

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
5 tahun yang lalu
Gue Jadi Kaya

Gue Jadi Kaya

Faya Saitama
Karir
4 tahun yang lalu
Husband Deeply Love

Husband Deeply Love

Naomi
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Mr. Ceo's Woman

Mr. Ceo's Woman

Rebecca Wang
Percintaan
4 tahun yang lalu
Nikah Tanpa Cinta

Nikah Tanpa Cinta

Laura Wang
Romantis
4 tahun yang lalu