Cinta Dibawah Sinar Rembulan - Bab 1116 hidup, sangat baik

aku mengira diriku tidak akan bangun lagi untuk selamanya.

namun takdirku bersikap baik kepadaku, jadi aku pun bangun kembali.

ketika aku membuka mataku, aku hanya mendengar suara 'tit, tit, tit', yang ada didalam mataku hanyalah atap kamar yang begitu kabur. aku memandang sekeliling dan terlihat seseorang sedang berbaring dikasur yang ada didepanku. orang itu adalah Jessi.

kondisi Jessi sangatlah buruk, mungkin dia kelelahan karena kantung matanya sangatlah hitam. wajahnya juga pucat, bibirnya sangat kering dan seluruh badannya terlihat sangatlah lemas. dia sedang di infus dan aku sedikit panik. aku tidak bisa membedakan apakah dia sedang pingsan atau tertidur. aku ingin berbicara namun tidak memiliki tenaga. sekarang, aku hanya bisa hidup dengan bantuan oksigen.

aku tidak menyangka kalau aku masih memiliki kesempatan untuk melihatnya. aku seketika merasa terharu dan air mataku pun terjatuh. disaat ini, terdengar suara dari luar pintu dan itu merupakan suara Sulistio, dia berkata :" kecilkan suaramu, kak Jessi baru saja tertidur, jangan membuatnya terbangun lagi."

lalu terdengar suara Mondy yang menjawabnya :" jangan khawatir, aku memasukkan obat penenang kedalam minumannya, agar dia bisa beristirahat."

mendengar ini, aku langsung menatap Jessi dengan penuh kekhawatiran. walnya aku mengira kalau dia sedang tertidur, namun itu dikarenakan dia meminum obat penenang. sepertinya dia sangat khawatir padaku hingga tidak bisa tidur. Mondy terpaksa melakukan itu. dasar gadis bodoh ini.....

" kak Alwi!" terdengar suara Sulistio yang penuh semangat. suaranya begitu besar dan hampir memekakkan telingaku.

aku menatap Sulistio dan dia langsung menghampiriku dengan cepat sambil berkata :" kamu.... kamu sudah bangun?"

aku pun tertawa dan matanya langsung memerah. dia lalu berkata dengan senang kepada Mondy yang berdiri dibelakangnya :" Mondy, cepat ........... cepat panggil dokter! cepat!"

Mondy langsung pergi memanggil dokter dan sangking senangnya, Sulistiok tidak tahu harus berkata apa lagi. air matanya mengalir bagaikan hujan dan dia pun berkata :" kak Alwi, bagus sekali, akhirnya kamu bangun juga. selama dua bulan ini, semua orang selalu khawatir pada kondisimu dan takut.... takut kalau kamu akan pergi begitu saja."

aku perlahan mengulurkan tanganku untuk menghapus air matanya. aku lalu menatap kearah Jessi. dia juga ikut menatap kearah Jessi dan berkata :" jangan khawatir, kak Jessi tidak apa apa kok. dia hanya kelelahan karena menjagamu, ditambah lagi pola makan yang tidak teratur. kami terpaksa memberinya obat penenang agar dia bisa tertidur pulas."

aku melihat kearah infus dan dia langsung mengerti dan berkata :" itu adalah infus vitamin."

aku seketika merasa tenang dan menatap Jessi dengan teliti. dia lebih kurus dari sebelumnya dan membuatku merasa sedih. aku rasa, dia sudah merasa sangat lelah selama dua bulan ini. aku benar benar merasa sangat sedih.

Sulistio pun menyapu air mataku sambil berkata :" kak Alwi, jangan menangis, bukankah kak Jessi baik baik saja? dia akan merasa sedih jika melihat kamu menangis seperti ini."

aku mengedipkan mataku pertanda aku sudah mengerti. dia tersenyum dan mengambil ponselnya sambil berkata :" aku akan memberitahu semua orang. selama ini semua orang sangatlah khawatir. paman, tante, dan kakek begitu khawatir. begitu juga dengan Dony, pekerjaannya semakin bertambah banyak setelah kepergian Nody. namun dia selalu mencari waktu untuk menjengukmu setiap hari. kak Alwi, akhirnya kamu sudah sadar. kalau kamu pergi begitu saja, apa yang harus kami lakukan? kami baru saja kehilangan Nody, kamu sudah begini lagi......."

setelah mengatakan itu, dia tidak melanjutkannya lagi. dia pun menghapus air matanya. aku menatapnya dengan penuh bersalah dan aku tidak mampu menyampaikan isi hatiku. jika aku bisa berbicara, akan kukatakan kepadanya, meskipun keputusanku merupakan keputusan yang egois bagi mereka, namun aku tidak menyesal.

disaat ini, sekelompok dokter pun masuk dengan panik dan Sulistio memberikan tempat untuk mereka lalu keluar untuk menelepon. mereka mulai memeriksa tubuhku. setelah itu, semua orang pun menatapku seperti menatap mujizat. seorang dokter berkata dengan ekspresi yang terkekut :" semuanya udah pulih. mungkin tidak lama lagi kamu akan pulih seperti semula. ini merupakan sebuah mujizat didunia kesehatan."

semua orang pun merasa senang dan dokter itu kembali berkata :" oh iya, aku harus segera menghubungi kakek Chen, dia pasti sangat khawatir."

sambil mengatakan itu, dokter itu pun memberikan sedikit perintah kepada Mondy untuk lebih memperhatikan beberapa hal. Mondy lalu mengambil sebuah notes dan mencatatnya. sikap seriusnya itu membuatku ingin tertawa dan juga terharu.

ketika para dokter itu hendak pergi, aku dengan paniknya menarik salah satu mantel dari dokter itu. dokter itu menatapku dengan penasaran dan bertanya apakah ada yang ingin aku sampaikan. dia bahkan berkata kalau ini bukanlah merupakan waktu yang cocok bagiku untuk berbicara. aku butuh istirahat dan dia menyuruhku untuk tenang saka.

aku menatap kearah Jessi dengan panik dan Mondy menjelaskan maksudku :" dia khawatir kepada nona Jessi."

aku pun menatap Mondy dengan tersipu malu, meskipun tadinya Sulistio sudah berkata kalau Jessi baik baik saja, namun aku khawatir kalau dia sedang menghiburku. jadi aku bermaksud ingin menanyakannya ulang kepada dokter.

Mondy tersenyum padaku dan sepertinya dia sedang berkata tidak apa apa kepadaku.

dokter itu menatap Jessi dan tersenyum sambil berkata :" tenang saja, dia sedikit lelah dan kekurangan vitamin. tidak ada masalah kok."

akhirnya aku tenang dan tersenyum kepada dokter itu. sekelompok dokter itu pun keluar. setelah mereka keluar, Sulistio pun masuk dan perbedaan dari cara masuknya dari yang tadi adalah dia terlihat senang kali ini. dia lalu berjalan kesisiku dan duduk sambil berkata :" paman Chen segera datang."

aku tersenyum padanya dan didalam benakku seketika muncul wajah Aiko. wajah yang penuh kekecewaan dan penyesalan sebelum aku jatuh pingsan. aku menatap kearah Sulistio dan memberi aba aba padanya agar membuka cup oksigen yang ada pada hidungku. dia sedikit tidak tenang dan berkata :" kak Alwi, apakah ada yang ingin kamu ketahui?"

aku mengangguk, aku tidak memiliki banyak tenaga sekarang. aku tidak bisa mengangkat tanganku hingga kearah hidung. kalau tidak, aku juga tidak akan menyuruhnya untuk membantuku membuka cup itu.

Sulistio pun menepuk ringan selimutku sambil berkata :" kalau ada yang ingin kamu ketahui,kamu boleh bertanya ketika menerima informasi dari dokter kalau kamu boleh membuka cup oksigen itu ya? jangan membuat kami khawatir lagi. hal yang harus kamu lakukan sekarang adalah beristirahatlah dengan cukup."

setelah beberapa saat dia menatap kearah Jessi dan berkata :" meskipun tidak melakukannya untuk kami, setidak kamu harus berpikir demi kak Jessi."

menatap wajahnya yang kecapekan itu, aku pun menghela nafas. aku terpaksa menahan semua ideku dan hanya mengangukkan kepala.

Sulistio menghela nafas. meskipun dia bersikap teliti, namun aku bisa merasakan kalau dia sedang menutupi sesuatu. aku sedikit khawatir, apakah terjadi sesuatu pada Aiko? meningat kembali sifat Aiko, aku benar benar sedikit khawatir. meskipun aku merasa dikondisi seperti ini dia bisa menjaga Cecilia dengan baik, dia juga sudah berjanji akan hidup dengan baik. namun aku takut kalau dia mengingkari janjinya. dan juga........ seingatku Jessi pernah berkata kalau dia tidak akan pernah mengampuni Aiko lagi. kalau begitu, apakah Jessi menyerang Aiko demi aku?

setelah memikirkan itu, aku merasakan sakit pada kepalaku dan tidak berani memikirkannya lagi. aku merasa ngantuk dan capek, jadi aku langsung memejamkan mataku dan beristirahat. seperti kata Sulistio, yang perlu aku lakukan sekarang adalah beristirahat dan jangan membuat orang lain khawatir. semua boleh dibicarakan setelah aku membaik nantinya. kalau tidak, aku juga tidak berdaya meskipun aku mengetahui semuanya sekarang.

lagipula aku percaya kepada Jessi. aku merasa meskipun dia mengatakan itu, namun dia tidak akan melukai Aiko. karena dia tahu aku tidak pernah menginginkan hal itu terjadi.

dengan begitu, aku pun memejamkan mata untuk beristirahat. setelah aku terbangun untuk kedua kalinya, aku sudah dikelilingi oleh banyak orang. aku menatap kearah ibuku karena dia berada ditempat terdekat denganku. melihat diriku yang sudah bangun, dia pun menangis dan berkata :" Alwi, kamu benar benar sudah sadar..........."

aku mengangguk dan memegang yangan ibuku agar dia tidak merasa sedih lagi. aku melihat kakekku yang sedang membelakangiku dan menghusap matanya dengan tangan. aku merasa bersalah padanya. kalau Jessi tidak menasehatiku, mungkin hingga sekarang aku masih menyalahkannya. namun dia selalu sayang dan perhatian padaku.

kedua mata ayahku juga merah dan dia berkata :" anak yang baik, ayah tahu kalau kamu pasti akan sadar. lihat dulu keturunan siapa kamu!"

aku tersenyum dan pandanganku menuju kearah Dony dan beberapa orang lainnya. mereka semua menatapku dengan penuh perhatian. aku tidak menyanka kalau kakekku yang ada di Beijing juga datang kemari. meskipun kakek dari pihak ibuku memiliki tubuh yang bugar, namun masih memiliki perbedaan yang jauh dengan kakek dari pihak ayahku. aku merasa bersalah ketika melihat dirinya yang datang dari kejauhan untuk mengunjungiku.

" Alwi, apakah kamu merasa sakit? jika iya, katakanlah kepada ibu, katakan kepada dokter juga, apakah kamu mengerti?" ibuku memegang tanganku dengan erat dan kembali berkata :" kamu jangan membohongi ibu, apakah kamu tahu, kalau terjadi sesuatu padamu, aku juga tidak ingin hidup lagi."

aku mengangguk dan menepuk pelan tangan ibuku untuk menandakan kalau aku tidak apa apa.

ibuku lalu menundukkan kepala dan menyapu air matanya. dia sama seperti Jessi, terlihat lebih kurus dari sebelumnya. aku berpikir setelah aku pulih, aku akan berbakti pada ibuku.....

ketika memikirkan itu, terdengar suara tangisan dari kasur disampingku. hatiku berdegup kencang dan aku menatap kearah samping dan melihat kalau Jessi membuka kedua matanya dengan sedih. dia mengerutkan kening ketika melihat begitu banyak orang disana. dia bangkit dan berkata :" kenapa kalian semua datang? jangan kelilingi kasur itu, itu tidak akan membantu pemulihan Alwi."

disaat ini, ibuku pun bangkit dari tempat duduknya yang menghalangi Jessi. dia menatapku dan terbengong disana. semua orang menatapnya sambil tersenyum. ibuku pun berkata :" nakku, kamu tidak perlu mencuci wajahmu dengan air mata lagi. Alwi sudah sadar."

Jessi menatapku dan dia pun mengucek matanya lalu menatapku kembali. dia seketika tersenyum dan disaat yang bersamaan, air matanya mengalir dan dia pun perlahan menghampiriku. semua orang disana pun mengerti dan perlahan pergi dari sini.

ketika melihat dirinya yang menghampiriku, aku membuka kedua tanganku dan ingin memberikan sebuah pelukan padanya.

Jessi langsung masuk kedalam pelukanku, namun dia sangat berhati hati karena takut mempengaruhi lukaku. dia tidak berkata apapun dan hanya memelukku. ketika aku merasa panas pada leherku, aku barulah sadar kalau dia sedang menangis.

aku memeluknya bagaikan memeluk barang yang paling berharga sedunia.

Jessi lalu menatapku dan menciumku. aku tersenyum padanya. dia menghapus airmataku dan aku baru sadar kalau aku juga sedang menangis. dia lalu berkata dengan serius :" Alwi, ini kali terakhir....... ini kali terakhir. kedepannya, aku tidak akan lagi menghormati dan mendukung segala keputusanmu lagi. karena aku sadar, jikalau kamu benar benar mati, aku tidak akan mengampuni diriku. aku rela kamu membenciku, namun aku harus tetap menghalangimu mengambil keputusan yang bodoh itu. apakah kamu tahu?"

aku langsung menganggukkan kepala dan membuat ekspresi yang setia. dia pun tersenyum dan berkata :" aku ingin menghukummu."

aku mengedipkan mata, aku menggunakan cara ini untuk bertanya apa hukuman yang ingin ia berikan?

Jessi memegang erat kedua tanganku dan berkata dengan lembut :" aku akan menghukummu untuk beristirahat dengan baik. kalau kamu tidak mendengar perkataanku, aku tidak akan menghiraukanmu lagi."

aku menatapnya sambil tersenyum. aku merasakan panas pada mataku, sepertinya air mataku akan kembali terjatuh. Jessi juga tersenyum, namun tatapannya begitu serius dan dia berkata :" aku serius loh."

aku mengangguk dan dengan susah payah memberinya sebuah hormat.

Jessi memegang tanganku dan kembali memelukku.........

aku memeluknya dengan lembut. jika aku bisa berbicara sekarang, aku akan mengatakan kepadanya, aku tidak menyesal telah melakukan itu semua. meskipun sekarang aku sudah kembali sadar, aku juga tidak akan menyesal. namun ketika dia memelukku, rasa penyesalanku seketika muncul, karena, hidup....... sangat baik........

ada kamu, sangat baik.

Novel Terkait

Asisten Wanita Ndeso

Asisten Wanita Ndeso

Audy Marshanda
CEO
3 tahun yang lalu
Gue Jadi Kaya

Gue Jadi Kaya

Faya Saitama
Karir
4 tahun yang lalu
Terpikat Sang Playboy

Terpikat Sang Playboy

Suxi
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Tere Liye
18+
4 tahun yang lalu
Beautiful Lady

Beautiful Lady

Elsa
Percintaan
3 tahun yang lalu
My Secret Love

My Secret Love

Fang Fang
Romantis
5 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Tito Arbani
Menantu
4 tahun yang lalu
Gaun Pengantin Kecilku

Gaun Pengantin Kecilku

Yumiko Yang
CEO
3 tahun yang lalu