Cinta Dibawah Sinar Rembulan - Bab 594 Bertemu Kembali

Ketika memikirkannya sampai disini, aku dengan dalam menatap sekilas Mawar yang duduk dilantai sedang menangis sambil menutup wajahnya. Aku pun berkata, “Sekarang, aku tidak akan menghalangimu kalau kamu ingin mati. Tapi, aku akan memperingatimu satu kalimat ini, Claura tidak akan berhenti untuk melakukan tindakan kejahatan. Asalkan dia dapat meninggalkan kegelapan untuk maju ke depan, bekerja sama dengan sekelompok orang-orang itu untuk melakukan penyelidikan, kemungkinan dia akan memiliki kesempatan untuk hidup dan pulang kembali. Kalau kamu hidup, dia setidaknya masih ada tempat untuk kembali. Kalau kamu meninggal, dia beneran tidak akan memiliki rumah dan berkeluyuran kemana-mana.”

Setelah aku selesai mengatakannya, aku pun pergi meninggalkan tempat itu.

Aku pun kembali ke apartemenku. Nody dan Dony Yun dengan terburu-buru membantuku mengurusi lukaku. Darah yang mengalir dari lukaku sangat banyak. Mau dihentikan bagaimanapun juga tidak akan berhenti mengalir. Sulistio dengan terburu-buru sambil melompat dan sambil menepuk tangannya, dengan bingung dan jengkel berkata, “Kak Alwi, kamu juga terlalu baik. Kamu pun sudah menyelamatkan wanita itu berapa kali, hubungan diantara kalian pun sudah dari awal setara. Bukan, bahkan bisa dikatakan bahwa dia-lah yang berhutang denganmu. Tapi kamu malah masih membiarkan dia menusukmu. Ini sungguh membuatku marah besar.”

Aku dengan lembut berkata, “Dia juga tidak mudah. Selain itu, aku-lah yang berhutang kepadanya. Saat dia menyelamatkanku, aku hanyalah sebuah pecundang yang tidak ada apa-apa. Dia menyelamatkanku juga memerlukan keberanian untuk mempertaruhkan nyawanya. Saat aku menyelamatkannya, aku bahkan tidak perlu menghabiskan tenagaku. Jika dihitungkan, dia-lah yang sudah membayar lebih dibandingku. Anggap saja bahwa goresan dari pisau ini adalah kompensasinya.”

Sulistio pun menghembuskan napasnya dan berkata, “Wajahmu yang mengalir dengan begitu banyak darah, mempunyai kemungkinan memiliki bekas luka, kan?”

Mondy berbatuk pelan, sehingga dia dengan cepat berkata, “Tidak apa-apa, kalau ada bekas luka pun kita masih bisa pergi melakukan operasi plastik dan membuatmu lebih ganteng sedikit kan.”

Aku tersenyum dan berkata, “Tenang saja, aku baik-baik saja.”

Pada saat ini, darahnya pun berhenti mengalir. Dony Yun membantuku untuk membalutnya dan berkata, “Nanti Leo akan membawa dokter kemari. Biarkanlah dokter yang membantumu memeriksa sebentar apakah tubuhmu masih terluka atau tidak. Aku akan membantumu membalutkan luka ini sementara. Tunggu sampai dokternya tiba, baru membiarkan dia memeriksamu lagi.”

Nody membantu mengangkatku berbaring di sofa dan berkata, “Perkataanmu yang barusan itu sengaja kamu katakan untuk mendorong Mawar supaya dia tidak mencari mati, kan? Kamu sengaja memberikannya harapan supaya dia bisa hidup dengan baik. Hanya saja, jika nantinya dia menunggu sampai berita Claura diberi hukuman mati, kemungkinan dia masih akan bunuh diri dengan meloncat dari gedung.”

Aku tentu saja tahu bahwa yang dikatakannya itu beneran dan dengan lembut berkata, “Pada saat itu tiba, jika dia masih memilih untuk membunuh diri, aku pun tidak akan menghalanginya. Tapi aku percaya bahwa dalam waktu menunggu gadisnya pulang kembali, dia akan bisa memahami beberapa, juga akan mempersiapkan hatinya.”

Sulistio dengan muram berkata, “Yang penting hutangmu dengannya sudah lunas. Lain kali kalau dia ingin meloncat dari gedung, itu juga bukanlah urusanmu.”

Aku tidak berkata apa-apa. Nody pun sekilas melototnya dan dengan cepat berkata, “Aku akan pergi menuangkan air kepada kak Alwi dan kepadamu.”

Tidak lama kemudian, dokter pun sudah tiba. Setelah dia membantu memeriksa tubuhku sekali, dia memintaku untuk memperhatikan beberapa hal dan berkata bahwa aku sedang dalam masa pemulihan, tulang yang patah memiliki kecenderungan menyebabkan cedera kedua. Dia pun lagi-lagi memberikan wajahku obat yang baru dan baru pergi.

Karena akan memberikan satu hari libur untuk menemani dan menjagaku, makanya malam ini adalah Nody yang akan menjagaku di dalam kamar. Pada hari yang kedua, aku pun masih tertidur. Aku mendengar suara pintu terbuka dari luar, lalu mendengar suara tawa anak kecil. Aku pun tiba-tiba membuka lebar mataku dan awalnya mengira bahwa diriku sedang bermimpi. Tapi aku malah mendengar ada orang berkata “Aiko”.

Hatiku pun tergerak. Aku pun berpikir apakah Aiko telah datang dalam benakku. Aku bangkit berdiri, membuka pintu dan pergi keluar. Aku pun melihat seorang wanita memakai gaun katun berwarna hijau muda. Tubuh wanita ini membelakangiku. Posturnya sangat menarik, rambut hitamnya yang panjang bersinar, lurus dan lebat. Meskipun hanya sebuah sosoknya, tapi perasaan yang dia berikan kepada orang-orang seakan seperti dewi yang sedang menginjak awan, ramping dan anggun.

Dia perlahan-lahan menoleh kepalanya. Aku melihat sebuah wajah yang cantik dan polos, dimana terasa sedikit menawan. Alis mata dan bedaknya yang cantik, mata yang menggoda dengan bibir yang tipis, saking menawannya seakan seperti burung phoenix yang sedang berdiri di atas ranting pohon, tapi malah terlihat polos seakan seperti sebuah lukisan indah yang akan rapuh.

Mencampurkan pesona dan kepolosan menjadi satu tubuh. Pesonanya tidak menggoda, kepolosannya tidak ringan. Siapa lagi wanita yang memilikinya selain Aiko?

Aiko memeluk Cecilia yang sedang memakai rok dengan stoking putih. Wajahnya putih bersih seakan seperti sebuah boneka porselen. Pada saat ini, dia membuka sepasang mata besarnya yang bersinar, membuka sepasang tangannya dan dengan mesra memeluk Nody.

Nody membawa Cecilia ke dalam pelukannya dan Cecilia pun terkikik, dimana suara tawanya membuat hatiku terasa manis. Pada saat ini, Aiko membalikkan wajahnya kemari. Dia melihatku dan sedikit mengangguk kepalanya. Aku pun tersenyum. Dalam hatiku, ketika aku melihatnya beberapa menit yang lalu, aku akan merasa canggung. Ketika aku melihatnya dalam beberapa menit kemudian, aku merasa lebih alami dan bertanya, “Kak, kenapa kamu datang kemari?”

Aiko dengan tenang menoleh dariku dan berkata dengan lembut, “Aku dengar bahwa disini ada sekelompok orang ahli, Jadinya aku ingin kemari untuk melihatnya. Sudah sangat lama aku tidak bertemu dengan lawan-lawan dan berpikir melakukan kegiatan untuk tubuhku juga lumayan bagus.”

Aku sedikit mengerutkan alisku dan tidak dapat menahan diri untuk merasa sedikit kesal sambil memandang Sulistio mereka orang. Pada saat ini, Sulistio dengan perasaan bersalah sedang memainkan jari-jemarinya dan memalingkan wajahnya dariku. Aku pun langsung memahami bahwa pastinya si mulut ember ini yang memberitahukan Aiko mengenai masalahku dengan Widya, sehingga delapan puluh persen dia datang kemari adalah untuk membantuku.

Aku pun memiliki beberapa perasaan buruk di hatiku saat memikirkannya sampai disini. Semuanya sudah sampai ke tahap ini dan ini jelas-jelas sudah merupakan takdirku untuk menjadi suami yang tidak setiap. Tapi dia malah rela untuk tetap bersamaku dalam keadaan hidup ataupun mati. Aku beneran tidak tahu apa yang sebaiknya kukatakan.

Pada saat ini, Nody yang menggendong Cecilia kemari tersenyum dan berkata, “Sulistio merasa bahwa kamu kemungkinan sangat merindukan Cecilia, makanya dia berpikir untuk membiarkan kak Aiko membawanya kemari untuk berjumpa denganmu. Selain itu, kami sudah menyelidiki bahwa di sisinya Widya terdapat seorang yang sangat hebat. Walaupun orang-orangmu sangat hebat, tapi kalau itu adalah pertarungan dengan tangan kosong, maka akan ada kemungkinan bahwa tidak ada orang yang bisa mengalahkannya. Makannya kami baru berpikir untuk meminta bantuan kak Aiko.”

Aku juga tahu bahwa mereka melakukannya demi kebaikanku. Aku menghembus napasku dan mengambil Cecilia dari tangannya. Gerakanku terlihat sangat alami dan Cecilia juga dengan manis membiarkanku memeluknya dan bersandar dalam pelukanku. Aku melihatnya, tersenyum dan berkata, “Bocah, kita ketemu lagi ya. Apakah kamu ada merindukanku?”

Pada saat ini, aku melihat Sulistio berjalan kemari. Dia dengan sedikit terkejut memandangku dan aku bertanya ada apa dengannya. Dia membiarkanku untuk duduk di sofa, tersenyum dan berkata, “Darah memang lebih kental daripada air. Meskipun Cecilia adalah anak yang ceria dan tidak malu dengan orang asing, tapi ketika dia digendong oleh orang yang tidak dikenalnya, dia juga malah akan menangis ditempat.”

Empat kata ‘Orang yang tidak dikenalnya’ ini seakan telah menusuk hatiku. Aku melihat Cecilia dan dengan perasaan bersalah, aku tidak dapat menahan diriku untuk mencium dahinya dan berkata dengan lembut, “Cecilia, kamu tahu bahwa aku adalah ayahmu, bukan?”

Mondy dengan muram berkata, “Akankah kamu mati kalau kamu diam saja?”

Sulistio baru menyadari bahwa dia sudah mengucapkan perkataan yang salah dan dengan cepat menutup mulutnya. Aku tersenyum dan berkata tidak apa-apa, lalu berkata kepada Aiko, “Kamu seharusnya mengabariku sebelumnya kalau ingin datang kemari. Aku juga akan membelikan beberapa mainan dan yang lainnya kepada Cecilia.”

Aiko dengan lembut berkata, “Dia tidak kekurangan apapun.”

Saat dia berbicara, dia mengambil keluar gelas bebek yang berada di dalam tasnya dan memberi minum kepada Cecilia. Aku pun segera berkata, “Aku saja.”

“Kamu?” Aku menunjukkan raut tersenyum kecil dan bertanya, “Kamu? Kamu bisa, kah?”

Aku mengambil gelas bebek dari tangannya dan berkata, “Apa yang tidak bisa kulakukan.”

Saat mengatakannya, aku memeluk Cecilia menghadapku dan duduk diatas kakiku, mencobai sebentar air hangatnya, lalu menaruh gelas tersebut ke dalam mulutnya. Dia menggunakan tangannya yang gendut dan memeluknya dengan ceroboh. Dalam satu mulut menggigit sedotannya dan meminum air tersebut. Dia terlihat sangat konyol dan lucu.

Setelah menunggu dia menyelesaikan minumannya, dia menyodorkan gelas bebeknya kepadaku dan berkata “tidak, tidak, tidak” dari mulutnya. Aku tersenyum dan berkata, “Si imut, ayah tidak haus, kamu minum saja.”

Sepanjang hari pun terasa sangat sulit. Karena ada Cecilia yang menemaniku, waktunya pun berjalan sangat lambat dan juga hangat. Aku selaku tidak dapat menahan diri untuk meraba wajahnya, mencubit telinga kecilnya. Melihatnya menangis ketika dia sedang marah, melihatnya tertawa ketika dia sedang bahagia, aku pun merasa bahwa hariku bersamanya menjadi begitu penuh.

Tunggu sampai pukul empat sore dan setelah dia tertidur, Aiko meletakannya di atas ranjangku. Aku berbaring di sisi luar ranjang dan menggunakan tubuhku sebagai pagar untuknya. Melihatnya yang tertidur dengan tenang, hatiku pun menjadi hangat.

Aiko duduk di depan meja rias yang tidak terletak begitu jauh. Aku diam-diam menolehnya dan hanya melihat wajahnya yang serius. Kemungkinan dia sedang takut dengan pertempuran pada mala mini. Rambutnya yang panjang telah mempengaruhinya.

Seakan telah merasakan tatapanku, Aiko pun dengan lembut berkata, “Apakah kamu tidak takut kalau Jessi akan marah ketika dia tahu bahwa kamu memandangku seperti itu?”

Aku dengan tidak enak menarik kembali pandanganku dan berkata, “Maaf. Kak… terima kasih.”

“Untuk apa berterima kasih?” tanya Aiko dengan lembut. Melihat dirinya yang tenang dan elegan, membuatku sedikit merasa melihat Aiko yang dulu. Senyumannya itu malah menunjukkan bahwa suasananya dingin dan mengartikan bahwa dia akan menjaga jarak sehingga akan susah untuk didekati. Setelah sekian lama, aku tidak tahu apakah dia masih ingat bahwa dirinya pernah memiliki julukan seperti itu.

Aku menarik kembali pikiranku dan menaruh pandanganku ke tubuh Cecilia sambil berkata, “Terima kasih bahwa kamu bersedia melahirkan Cecilia untukku. Aku tahu bahwa menjadi seorang janda membutuhkan keberanian yang sangat besar.”

Aiko pun menundukkan kepalanya. Aku melihat dia sedang bermain dengan jepitan rambutnya, dimana jepitan ini terlihat sama dengan yang kuberikan kepadanya. Tetapi aku tahu bahwa itu bukan. Bahkan jika itu benar, aku juga tidak akan bertanya lebih banyak lagi.

Aiko setelah begitu lama mengangkat kepalanya dan wajahnya pun terlihat begitu mendalam. Dia memakai jepitan tersebut dan dengan lembut berkata, “Kamu tidak perlu berterima kasih denganku. Aku melahirkan Cecilia bukan demimu, melainkan karena sendirian itu terlalu kesepian. Aku ingin membiarkan anak ini menemaniku. Oh iya, bagaimana dengan Jessi?”

Aku menggelengkan kepalaku dan berkata, “Tidak begitu bagus. Tapi dia sudah melewati masa yang bahaya itu.”

Aiko mengangguk kepalanya dan berkata, “Kalau begitu aku akan merasa tenang.”

Aku mengangguk kepalaku dan kepikiran situasi aku membuat janji kelingking dengannya. Aku pun tidak dapat menahan diri untuk tertawa. Pada saat ini, Aiko tiba-tiba berkata, “Jessi pasti merasa sangat bahagia. Karena dia akhirnya telah mengalami banyak penderitaan untuk mendapatkan kebahagiaan, menunggumu kamu tumbuh dan menjadi dewasa.”

Aku tidak menyangka bahwa dia akan tiba-tiba memujiku dan merasa sedikit kewalahan dengan pujian tersebut. Ketika aku baru akan berbicara, dia langsung bangkit berdiri dan berjalan pergi. Setelah menunggunya pergi, aku bari memikirkannya kembali bahwa dia tidak termasuk sedang memujiku, melainkan menyamarkan bahwa aku dulunya masih kekanak-kanakan. Ketika memikirkan diriku yang sebelumuya, dimana diriku selalu memegang pemikiran bahwa aku mampu memiliki tiga wanita pada saat yang sama, membuat keraguan dan menyakitinya dan lagi-lagi menyakiti Jessi tentu saja adalah tindakan yang tidak dewasa. Selain itu, dia memujiku malah untuk menyatakan bahwa setilah aku melepaskannya, dia merasa sedikit menyedihkan.

Aku tidak tahu apakah masalah hatiku telah mempengaruhinya, alis matanya pun sedikit berkerut. Aku dengan pelan menepuk bagian belakangnya. Dia dalam tidurnya pun menyeringai dimana dirinya yang begitu sangat imut.

Aku berbisik kepadanya, “Sayang, ayah seumur hidup ini tidak bisa memberimu keluarga yang sempurna. Maafkanku, tapi ayah pasti akan menebusnya denganmu.”

Novel Terkait

Cintaku Pada Presdir

Cintaku Pada Presdir

Ningsi
Romantis
3 tahun yang lalu
You're My Savior

You're My Savior

Shella Navi
Cerpen
5 tahun yang lalu
Bretta’s Diary

Bretta’s Diary

Danielle
Pernikahan
3 tahun yang lalu
The Revival of the King

The Revival of the King

Shinta
Peperangan
3 tahun yang lalu
Menantu Bodoh yang Hebat

Menantu Bodoh yang Hebat

Brandon Li
Karir
3 tahun yang lalu
Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Shuran
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Love and Trouble

Love and Trouble

Mimi Xu
Perkotaan
3 tahun yang lalu
More Than Words

More Than Words

Hanny
Misteri
4 tahun yang lalu