Cinta Dibawah Sinar Rembulan - Bab 249 Mereka saling mengenal

Claura mengatakan bahwa adikku tidur setelah ia meminum obatnya dan ia tidak akan mendengar percakapan mereka. Aku mendadak gugup, berpikir jangan-jangan dia memberi obat pil tidur untuk adikku? Apakah tebakanku benar? Kejadian malam ini adalah rencana dari Gunawan dan Claura tahu hal ini. Dia memutuskan untuk menyelamatkan aku, tetapi tidak memberitahuku kenyataannya. Dimatanya, aku dan Gunawan itu sama pentingnya. Di satu sisi dia ingin menolongku, di sisi lain dia juga ingin memberhentikan Gunawan. Aku tidak tahu apakah dia mengetahui hubungan Jingle club denganku.

Saat sedang berpikir, tiba-tiba aku melihat Gunawan yang melayangkan tangannya ke pipi Claura. Bunyi tamparannya sangat keras, hingga aku yamg berada di luar jendela pun bisa mendengarnya dengan jelas. Aku sedikit terkejut karena di dalam ingatanku, Gunawan sangat menyayangi Claura. Dia tidak pernah sekalipun menyentuh Claura. Mawar bahkan bahwa Claura demi melindungi Lidia rela di pukul mati-matian oleh Gunawan. Tapi aku merasa mungkin itu karena pada saat itu dia sangat marah, tetapi disaat ini saat melihat dia yang tanpa belas kasihan dan tak bergetar sedikitpun. Sejenak aku menyadari mungkin ia telah kecewa dengan Claura dan tidak memiliki kasih akung seperti dahulu, sehingga dapat begitu ' terampil ' memberi Claura sebuah tamparan.

Claura menutupi wajahnya dan tidak berbicara.

Gunawan tertawa dan berkata: "Jessline dan Toro sudah mati, katakanlah, kamu masih mengatur mata-mata apa disekitarku? Jangan menunggu sampai aku tahu kebenarannya, jika tidak aku akan memastikan nasib mereka akan sama seperti Jessline dan Toro."

"Ayah, bagaimana bisa kamu melakukan ini? Mereka berdua sangat setia kepadamu. "

"Jika mereka setia padaku, mereka tidak akan membocorkan informasi padamu. Jangan berpikir aku tidak tahu kamu menggunakan informasi yang mereka berikan padamu untuk memanggil keluar Alwi dan menyelamatkannya dari rencana buruanku padanya. Jika tidak, binatang kecil itu sekarang pasti sudah mati.” Gunawan saat berbicara tentangku, dia terlihat seperti anjing liar yang jika bisa akan langsung mengulitiku.

Claura menatap Gunawan dan bertanya: "Tidak bisakah kamu melepaskannya sekali saja? Kalau aku bilang jikalau Alwi mati, aku juga tidak bisa hidup lagi, apakah kamu masih akan membunuhnya juga? "

Gunawan melayangkan tangannya ke pipi Claura sekali lagi dan memarahinya tidak tahu malu. Dia juga bertanya apakah Claura memang berencana untuk bersama denganku? Dia bahkan mengatakan bahwa aku dan Mawar pernah melakukan hal yang tidak senonoh, dan Mawar bahkan mengatakan kalau dia adalah wanitaku. Dia menanyakan pada Claura, apakah dia mau berbagi seorang lelaki yang sama dengan ibunya?

Kata-kata ini membuat Claura berdiam di tempat, dia tidak tahu harus menjawab apa. Dengan sedikit murung dia bertanya, "Mengapa ibu mengatakan hal ini, terlebih dia mengatakannya kepadamu?”

Gunawan dengan tampang dingin berkata," kamu tidak perlu peduli dengan hal ini, kamu hanya perlu tahu bahwa ini memang ibumu yang berkata. "

Claura dengan marah berkata: "Kamu tidak ingin memberitahuku, tetapi tidak perlu kamu katakana aku juga tahu. Untuk ibu, kamu sudah mengeluarkan semua kesabaranmu. Sekarang kamu hanya ingin mendapatkan pikiran dia, ini melebihi rasa cintamu pada dirinya. Sehingga kamu menggunakan cara yang kejam untuk memaksa dia dan membuatnya menurut padamu. Taoi Alwi datang menolongnya dan dia mengatakan kata semacam ini kepada kau, kan?" "

Gunawan tersenyum dingin berkata: "bahkan jika itu benar, terus mengapa?" Tidakkah kamu ingin aku bersama ibumu? "

"Dulu aku mengharapkannya, bahkan di setiap saat aku memikirkannya karena aku menginginkan sebuah keluarga yang sempurna. Tetapi sekarang aku tidak menginginkannya lagi karena aku tahu Ayah bukanlah pilihan yang baik untuk ibu. Kamu sebenarnya tidak mencintainya. Kamu hanya menggunakan tindakan kekerasan untuk mengikat dia bersamamu. Lebih kalian menjalankan hidup kalian masing-masing "

"Apa yang kamu tahu tentang cinta?" katanya dengan senyum. “Wanita itu, aku pernah gila untuknya!"

"Ya, kau gila untuk ibuku, tapi cinta seperti apa ini? Ayah, aku dulu juga begitu kepada Alwi, jadi aku bisa mengerti dirimu. Aku juga tahu bahwa ini adalah sebuah cinta yang sangat gila, yang tidak diterima orang lain. Mencinta seseorang, adalah berubah untuk menjadi lebih baik demi dirinya, bahkan jika diri sendiri adalah seorang Iblis, tetapi di depannya juga harus menjadi orang yang baik, ini baru yang dimanakan cinta. Tetapi kamu? Kamu sering mengatakan kalau kamu mencintainya, tapi kamu membiarkan dia kehilangan suaminya. Kamu juga membiarkan dia kesepian selama puluhan tahun. Sekarang, kamu memaksanya untuk menerimamu. Apakah tidak ada rasa bersalah di dalam hatimu tentang masalah tahun itu? Ayah, apakah kamu benar-benar mencintai ibu? "

Setiap kata yang dilontarkan Claura pada Gunawan, membuatku merasa bangga untuk Mawar karena anak perempuannya sudah besar dan dewasa. Dia dapat memahami ibunya dan dapat melepaskan semua beban dan penderitaan yang dia sudah pernah dia terima dari Ibunya. Claura yang seperti membuat orang merasa sangat kasihan pada dirinya. Claura sangat menyayangi Gunawan. Melihat setiap langkah Gunawan yang salah, dia merasa penderitaan yang sangat luar biasa dibandingkan orang lain.

Gunawan mengerutkan dahinya dan menyuruh Claura untuk menutup mulutnya. Dia mengatakan bahwa Claura tidak mengerti apapun karena matanya yelah ditutupi oleh lemak babi. Dia mengatakan Claura masuk jebakanku dan dia sekarang akan menangkap adikku. Mendengar itu, aku segera berlari ke depan pintu. Saat terbuka, aku melihat Claura yang menghadang Gunawan dan berdiri melindungi adikku dan berkata,”Ayah, bukannya kamu telah berjanji padaku untuk tidak menyentuh Lidia?”

Gunawan mengigit giginya dan berkata, "Ini adalah prinsip jikalau Alwi meninggal. Aku mengira bahwa jikalau dia meninggal, kamu akan melepaskannya. Selain melindungi orang sekitarnya, kamu tidak akan memberontak kepadaku. Tetapi sekarang aku tahu bahwa dia tidak meninggal,dan dalang dari semua ini adalah kamu! Demi dirinya, kamu berani menipu dan mempermainkanku. Aku berpikir suatu hari kamu akan mengkhianatiku demi dirinya. Aku tak akan membiarkan hal ini tejadi. Jadi sekarang aku akan memberantas segala hal tentang dia. Dengan adanya Lidia, aku tidak percaya kalau dia tidak akan menurut.”

"Jika kamu ingin melakukan seperti ini, maka lewati dulu mayatku!" kata Claura dengan tegas.

Gunawan benar-benar sudah di puncak amarah dan bertanya, "Kamu mau beri jalan atau tidak? Jika tidak, aku benar-benar akan memukulmu! "

aku berjalan masuk dan berkata, "memukulnya? Atas dasar apa yang kamu miliki untuk memukulnya? Kalau bukan karena dia, aku sudah mengakhiri hidupmu di waktu lalu. "

Mendengar ini, Gunawan mendadak berbalik. Dia melihat aku dengan dingin dan berkata: "Alwi, kamu masih punya suasana hati untuk datang kemari. Aku mengira kejadian di Jingle Club cukup untuk membuatmu kerepotan untuk sementara."

Sambil berjalan mendekatinya, aku berkata, "Gunawan, seberapa banyak yang kamu ketahui tentang hubunganku dengan Jingle Club? Bagaimana kamu bisa tahu? "

Gunawan dengan dingin berkata,”Apakah perlu untuk mengatakannya padamu? Kamu hanya perlu tahu bahwa nyawamu akan berada di tanganku malam ini!”

Setelah mengatakan ancaman itu, Gunawan dengan kasar mendorong Claura. Claura yang memang sudah terluka dan kakinya yang tidak seimbang, didorong seperti itu saja langsung terjatuh ke tanah. Gunawan kemudian dengan sekali dayung langsung menyentuh leher adikku dan berencana mengangkatnya. Takut terlambat, aku langsung mengeluarkan belati dari kantongku dan dengan cepat menusuknya dari belakang. Aku melaju terlalu cepat, meskipun dia menyadari tindakanku dan berhasil menghindariku, dia tetap saja tertusuk di bagian lengannya. Tubuhnya berguling di tempat tidur dan pada akhirnya berhenti di depan jendela.

Aku memandangnya secara dingin dan berkata, "Gunawan, saat mengancam coba pikir-pikir bagaimana kamu mencekik leher aku sampai mau mati pada saat itu! "

Wajah Gunawan seketika memerah, tidak tahu karena marah atau merasa malu dengan perbuatannya saat itu. Dia mengertakkan giginya dan mempelototiku, kemudian berkata,"Kamu tidak bisa begitu beruntung setiap waktu. "

Sewaktu dia berbicara, ada sebuah suara jejak kaki dari luar, dan aku tahu dia mungkin telah memanggil orang dan menyembunyikannya di sekitar rumah sakit. Namun, bukan hanya dia yang memiliki orang, aku juga memiliki orang.

Segera, terdengar ada pertarungan sengit dari luar. Aku menatap Gunawan, dengan sinis berkata, "Kata-kata tadi sebaiknya langsung aku balikkan kepada dirimu. Mati sajalah! Kali ini aku tidak akan melepaskan dirimu lagi.”

"Alwi!! “terdengar teriakan sakit Claura dari belakangku.

Aku tidak melihat ke belakang. Meskipun aku merasa bersalah dengan membunuh ayahnya di depan Claura. Tapi kejadian malam ini berhasil membuat amarahku memuncak, aku bahkan tidak ingin membiarkannya hidup sedetikpun.”

Aku berkata, "Maaf Claura, dendamku dengan ayahmu harus diakhiri dengan kematian.”

"Alwi, aku mohon atas bantuanku pada dirimu, aku memohon agar kamu tidak melukai ayahku. " kata Claura yang memohon-mohon. “Dan lagipula ini ada di rumah sakit, tindakan kalian ini hanya akan menguntungkan satu pihak saja. Aku mohon kalian dapat tenang.”

"Tutup mulut! "Gunawan yang melihat Claura memohon tidak merasa terharu, dia malah merasa dipermalukan. Dia mengertakkan giginya dan berkata "Aku, Gunawan, selama hidup tidak pernah memohon dengan siapapun. Kamu yang begini membuatku merasa sangat malu.”

Setelah selesai mengatakan itu pada Claura, Gunawan langsung melawanku. Saat ini, ditangannya terdapat dua perisai. Perlawanan ini sangat sengit bagaikan air sungai yangmengalir dengan deras. Aku sambil menghindari serangannya, aku sekalian mencari cela untuk membalikkan serangan, belati yang ada di tanganku beberapa kali menyentuh perisainya yang menimbulkan semacam kembang api.

Pertarungan ini berlangsung dalam waktu belasan menit. Aku menggunakan sebuah cara dan membuat Gunawan jatuh dalam jebakanku. Dengan ini, pertarungan sengit pun berakhir.

Gunawan terdorong menabrak televisI, dan dengan sangat memalukan terduduk di atas lantai. Aku dengan sigap langsung menghampirinya dan menangkap pergelangan tangannya. Di saat yang sama aku menabrakkan tangannya ke dinding dan ekspresinya seolah sangat menderita. Aku berhasil menjatuhkan perisai yang ada ditangannya.

aku melemparkan tangannya, menaruh belati di lehernya, dan dengan dingin berkata, "Katakanlah, mengapa kamu mengincar Jingle Club? Apa yang sebenarnya kamu ketahui? "

Gunawan menatapku dengan senyum sinis, dia seperti babi mati yang tidak takut dimasak dialam air yang mendidih. Dia bertanya apakah aku ingin tahu? Semakin aku ingin tahu, semakin ia tidak mingin memberitahukannya padaku. Ini membuatku mencurigai bahwa dia mengetahui sesuatu. Aku terpikir dengan seseorang yang dengan sengaja membuat dendam di antar kami pada awalnya. Hatiku tiba-tiba ada muncul sesuatu yang aneh, yang tidak pernah muncul sebelumnya. Aku pun bertanya, "Apakah ada seseorang mengatakan kepadamu hubunganku dengan Jingle Club? "

Gunawan mengangguk dan dengan tegas mengatakan bahwa dia tidak akan memberitahukan siapa orangnya.

Aku dengan dingin berkata,”Tidak perlu kamu katakana aku juga tahu. Dia pastilah seseorang misterius yang ada di Beijing. Kamu tidak mengetahui identitasnya, tapi dia memberikan informasi yang kamu butuhkan. Jadi kamu sangat mempercayainya dan meskipun tahu bahwa dia sedang memanfaatkan kamu, asal bisa membunuhku, kamu merasa itu baik-baik saja. Dan sampai saat ini kamu tidak tahu bagaimana rupanya yang sebenarnya kan?”

Gunawan dengan sinis berkata,”Apakah penting mengetahui siapa dirinya? Yang terpenting adalah informasi yang diberikannya adalah yang aku butuhkan. Kamu mengatakan bahwa dia memanfaatkan aku? Sebenarnya aku yang memanfaatkannya. Aku memanfaatkan informasi yang diberikannya padaku untuk membunuhmu, menghilangkan kekuasaanmu. Jikalau kamu telah berhasil aku takhlukkan, maka aku akan mecari tahu siapa dia, menemukannya dan membunuhnya.”

Melihat dia yang sangat percaya diri, aku hampir menangis ‘konyol’. Aku kemudian berkata,” Kamu masih belum memastikan siapa dirinya, kamu seorang Gunawan yang kecil berpikir untuk menemukannya? Benar-benar kepercayaan diri yang konyol.”

Setelah mengatakan itu, belatiku masih berada di sekitar leher Gunawan. Dia dengan pandangan dinginnya menatapku, aku pun berkata,”Aku mengatakan yang sebenarnya padamu. Orang itu memanfaatkanmu untuk membunuhku bukan dengan murni menginginkan kematianku. Dia hanya ingin memancing keluar kekuasaan yang aku miliki. Kamu itu hanya seperti meriam yang tunggu meledakkan saja.”

Gunawan yang awalnya tersenyum, seketika langsung memasang muka datar. Kelihatannya dia benar-benar tidak tahu hal yang aku katakana barusan. Aku mengencangkan belatiku kepadanya dan dengan dingin berkata,”Aku tanyakan satu lagi pertanyaan terakhir padamu. Kamu pasti mengenali Freddy kan?”

Yang aku katakana tadi hanyalah untuk memancingnya, aku ingin Gunawan tahu apa tujuan dari dalang yang dia percaya itu. Jika ia tahu, berarti ia hanya salah satu dari sekian orang yang dimanfaatkan. Jika ia tidak tahu, dalang itu sering membuatku dengan Gunawan dalam masalah, yang membuat hubungan kami berdua menjadi dipersulit, ia pasti memiliki sebuah alasan. Dan sekarang aku curiga alasan ini tidak terlepas dari ayahku.

Saat aku mengatakan nama ‘Freddy’, sekujur tubuh Gunawan bergetar hebat dan dengan sedikit ugup berkata,”Bagaimana kamu bisa tahu nama ini?”

Novel Terkait

My Cute Wife

My Cute Wife

Dessy
Percintaan
4 tahun yang lalu
This Isn't Love

This Isn't Love

Yuyu
Romantis
3 tahun yang lalu
Be Mine Lover Please

Be Mine Lover Please

Kate
Romantis
3 tahun yang lalu
Husband Deeply Love

Husband Deeply Love

Naomi
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Tere Liye
18+
4 tahun yang lalu
Asisten Bos Cantik

Asisten Bos Cantik

Boris Drey
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Denny Arianto
Menantu
4 tahun yang lalu
Love And Pain, Me And Her

Love And Pain, Me And Her

Judika Denada
Karir
4 tahun yang lalu