Cinta Dibawah Sinar Rembulan - Bab 193 Penyiksaan

Govy membiarkan aku pergi ke Sun Plaza, dari suaranya terdengar sedikit kecemasan. Firasatku mengatakan bahwa ada sesuatu yang terjadi. Aku segera menyuruh Nody mengantarkanku ke Sun Plaza.

Sesampainya disana, dari jauh aku melihat govy bak pilar batu yang berdiri tegak di sana, ekspresi wajahnya mencengangkan, ia dikelilingi oleh dua orang, kedua orang itu menunduk dan membungkukan punggung ke arah Govy dan mereka kelihatannya sangat ketakutan.

Sebuah firasat buruk muncul di hatiku, sehingga mobil belum berhenti pun aku telah melompat keluar dari mobil, dan berlari sekencangnya ke arah Govy dan bertanya,”Kak, ada apa ini?”

Govy mengerutkan kening dan berkata, "Felicia hilang."

Mendengar ini, diotakku seketika seperti ada petir yang lewat. Aku segera bertanya padanya apa yang terjadi? Dia mengatakan kepadaku bahwa pada sore hari Felicia menjawab sebuah panggilan telepon, dan kemudian mengatakan kepadanya jikalau ia keluar belanja. Govy tidak yakin dan mengikuti Felicia keluar. Alhasil setelah Felicia pergi ke toilet, ia tidak keluar lagi. Seketika Govy menyadari ada yang aneh, ia pun segera ke toilet dan tidak menemukan Felicia di sana.

Felicia tidak memiliki banyak teman di Nanjing, dan kemungkinan besar yang mengajaknya keluar belanja hanya satu orang, yaitu Claura.

Tapi aku tidak berpikir bahwa Claura mengajak Felicia keluar hanya untuk pergi berbelanja. Claura tidak memiliki banyak waktu luang dan dia juga tidak terlalu mengganggap Felicia lagi. Jadi aku berpikir bahwa dia mengajak Felicia keluar pasti ada hal buruk yang direncanakannya. Dan yang aku tahu, asalkan dia yang mengajak Felicia, Felicia pasti akan keluar. Meskipun aku tidak tahu alasannya, tapi aku selalu merasa bahwa Felicia tampaknya sangat takut pada Claura.

Govy membenarkan dugaan aku, katanya memang Claura yang mengajak Felicia. Dikarenakan Gunawan, Govy takut Claura akan menyakiti Felicia, sehingga ia terus mengikuti Felicia. Akan tetapi, saat Felicia ke kamar mandi, ia tidak mungkin bisa ikut masuk ke dalam. Dia berpikir bahwa hanya ke toilet saja tidak akan terjadi sesuatu. Tidak tahunya malah benar-benar terjadi sesuatu.

Bercerita tentang ini, Govy wajah sangat kecewa. Aku tahu dia adalah orang yang sangat bijaksana, diperkirakan bahwa ini adalah kesalahannya yang langka dilanggarnya. Aku pun menepuk lengannya dengan lembut, memberi amanat bahwa sekarang yang terpenting adalah menemukan Felicia. Setelah mengatakan itu, aku pun menelepon Claura, tetapi nomornya tidak aktif.

Aku mendadak sangat marah, dan muncul sedikit kecewa di dalam hatiku. Meskipun tahu bahwa sendiri dan Claura pada akhirnya akan berdiri di sisi yang berlawanan, karena diantara kita dibatasi oleh Gunawan. Tapi aku pernah berpikir bahwa wanita ini akan terharu dengan sikap ‘Pahlawan’ yang aku tujukan padanya. Aku pikir dia tidak akan mencari masalah padaku di waktu yang singkat ini, ternyata dia tidak berubah sama sekali.

Aku semakin pikir semakin marah, aku berpikir jikalau Claura sekarang berada di depan saya, aku pasti akan mengambil pisau dan menusuknya.

Saat masih berpikir, Govy tiba-tiba berkata "berhati-hatilah", kemudian menarikku untuk bersembunyi ke satu sisi, pada saat yang sama, sebuah peluru meleset melalui bajuku. Aku sangat terkejut dan sekujur tubuhku bergetar ketakutan dan berkeringat dingin melihat peluru itu.

Aku tidak pernah berpikir bahwa suatu hari aku akan berhubungan dengan yang namanya pistol, dan kontakan pertama yang kurasakan adalah sebuah serangan tembakan. Govy menarikku bersembunyi ke sisi lain dengan kekuatannya bak binatang buas itu. Disaat yang bersamaan, banyak serangan peluru yang datang dari segala arah. Plaza yang awalnya ramai tiba-tiba terdengar jeritan yang histeris. Orang-orang berlari berhamburan, ada yang bernasib buruk tertembak dan segera jatuh ke tanah, ada juga yang takut sampai menangis.

Kekacauan tampaknya telah merangsang saraf para orang yang berlarian, dan semakin banyak peluru menembak kearah lapangan, dan akhirnya sekelompok orang memakai topeng dan pria bersenjata memegang senjata mengelilingi kita. Ujung pistol sangat dekat dengan tangan, ini membuat seluruh sarafku seolah terkait menjadi satu.

Sebuah mobil hitam mendadak bergerak ke arah kita, aku segera lari ke samping. Mobil itu tiba-tiba berhenti di depan kami diikuti oleh pintu yang terbuka, Felicia keluar dari sana dan dengan sepasang mata yang memerah, ia melihat kami dan dengan bersemangat berteriak: "Alwi, Kakak!" "

Aku tidak sabar untuk segera berlari ka arahnya, tapi aku dipaksa untuk melangkah mundur dengan pistol dan kembali ke posisi semula.

Pada saat ini, mobil turun seorang pria, dan dibelakang pria itu ada Sony.

Sony menunjuk pistol ke bagian belakang kepala Felicia, dan tersenyum sinis padaku, matanya memancarkan aura kebencian yang keji.

Hatiku seketika melemah, tidak pernah terpikir yang menangkap Felicia bukan Claura maupun Gunawan, melainkan Sony. Aku langsung terpikir bahwa jangan-jangan Claura bekerja sama dengan Sony? Sebenarnya terbuat dari apa hati wanita itu? Dia sangat suka bermain seperti ini?

Dengan menahan amarah di dalam hati, aku berkata kepada Sony, "Musuh dan utang punya usut. Aku yang menghancurkan keluargamu, kalau ingin balas dendam, balas dendamlah kepadaku. Apa-apaan itu dengan menyakitkan seorang wanita? "

Sony tertawa dan berkata: "Selama bisa balas dendam, aku tidak peduli mau dia wanita maupun pria."

Govy dengan wajah tenang berkata,”jika kamu berani menyentuh sebatang rambut adikku, aku akan membuat kamu menyesal karena sudah datang ke dunia ini."

Harus dikatakan bahwa ketika marah Govy seperti beruang hitam yang marah. Hanya dengan mata yang penuh aura amarah mampu membuat orang lain gugup. Tapi wajah Sony bahkan tidak berubah, mungkin karena ia telah melepas apa itu hidup dan mati, pada saat ini dia hanya ingin balas dendam, jadi tidak ada yang dia takuti.

Sony tertawa terbahak-bahak dan mengingatkan kita bahwa sekarang bukan dia yang berada di tangan kita, dan bertanya apa gunanya segala ancaman yang kami katakan padanya. Setelah mengatakan itu, ia berkata kepada Felicia, "Hey, bukankah kamu sangat menyukai si Alwi ini? Untuk menyelamatkan nyawanya, aku berpikir kamu tidak akan segan-segan untuk membunuh kakak laki-lakimu yang bodoh itu kan?”

Sambil berkata begitu, ia menarik tangan Felicia dan memberikan pistol ditangannya, dengan tersenyum berkata,” Dari mereka berdua hanya satu orang yang bisa bertahan hidup. Tembaklah sayangku! Pilihlah salah satunya, yang satu adalah saudara sendiri dan yang satunya lagi adalah kesayangan kamu. Pilihlah dengan cermat, dan antar dia ke surge. Aku berjanji akan membiarkan yang satunya lagi tetap hidup.”

Mendengar ini, hatiku sangat lesuh, aku tidak pernah berpikir Sony akan menggunakan cara seperti ini untuk membalas dendam terhadap kami. Aku dan Govy, yang satu adalah orang yang dicintai Felicia dan yang satunya adalah kakak yang baru saja ditemukan oleh Felicia. Yang satu adalah kesayangan dan yang satunya lagi adalah saudara, ingin ia memilih siapa yang akan mati adalah pilihan yang kejam.

Selain itu, jika aku orang yang dipilih untuk ditembak, aku dibunuh oleh orang yang aku cintai, maka aku matipun tidak akan ada penyesalan dan inilah yang paling dinantikan Sony. Jika Govy yang terpilih, bahkan Felicia yang merupakan bagian dari keluarga Su pun,aku berpikir tidak seorangpun keluarga Su yang akan diam dengan dia, apalagi Felicia merupakan putri yang baru saja kembali ke rumah. Jikalau ingin dikatakan seberapa dalam kasih yang terjalin, siapa yang akan percaya? Tetapi Govy merupakan kebanggan keluarga Su. Dia mati, keluarga Su yang mana yang tidak akan marah? Yang akan menanti aku dan Felicia adalah sebuah pembalasan dendam yang amat sangat kejam.

Yang paling penting, tidak peduli siapa yang Felicia tembak, Sony tidak akan membiarkan tiga dari kita hidup, dia sekarang hanya menyiksa kita.

Wajah Felicia sangat menderita, sambil berlinang air mata dia memandang kami kemudian memohon pada Sony: "Tolong, Sony, kamu bunuh saja aku. Yang Alwi perbuat padamu, biarkan aku yang membayarnya. Aku hanya meminta kamu untuk tidak menyakitinya, jangan menyakiti saudaraku." "

Mendengar hal ini, Sony pun marah: "Dasar jalang! Untuk apaku nyawamu yang murahan itu? Cepat pilih! Jika Anda tidak memilih, dua orang ini tidak ada satu pun yang hidup! Jika Anda memilih, setidaknya Anda dapat hidup satu! Kamu yang menentukan apakah mereka mati bersama-sama atau... "

Felicia hanya menangis, tangannya yang memegang pistol pun bergetar. Sony mendadak tidak sabar, kemudian menarik rambutnya dengan kasar dan berkata: "Jalang sial! Aku bertanya padamu untuk terakhir kalinya, kamu mau memilih atau tidak?”

Felicia meringis kesakitan, aku marah dan berkata "Lepaskan dia!" "

Sony baru saja mengumpat, kemudian secara mendadak memerintahkan seseorang menembak aku. Pada saat ini, sarafku di otakku tertarik, dan ketika pria itu menarik pelatuk, Nody yang berdiri di belakangku, tiba-tiba melemparkan aku ke tanah. Darah memercik di wajahku, aku terkejut, perlahan-lahan mengangkat kepalaku, dan melihat bahu Nody tertembak dan darah merembes keluar dari pakaian.

Aku sangat khawatir dan langsung bertanya pada Nody bagaimana keadaan dia sekarang. Dia tersenyum padaku dan berkata, "Tidak apa-apa. Cedera kecil ini, tidak bisa menyakiti saya. "

Sony kemudian tertawa besar dan bertanya pada Felicia apakah sudah melihat, dan mengatakan tembakan berikutnya aku benar-benar tidak bisa bersembunyi.

Felicia menangis, ia mengangkat pistol dengan tangan masih sangat gemetar. Ia berteriak,”Mohon maaf!!!” sementara pistolnya diarahkan ke arah Govy. Melihat pemandangan ini, aku sedikit bersedih. Karena aku tahu, dimata Felicia, selamanya aku jauh lebih penting daripada saudaranya. Jadi ia memilih untuk menembak saudaranya sendiri, meskipun ia harus bermusuhan dengan keluarga Su.

Govy dengan segap menghindar pelurunya sehingga tembakan Felicia tidak melukai Govy sedikitpun.

Felicia mendadak menjatuhkan pistol, lemah berbaring menangis di tanah, Sony mengertakkan giginya dan memarahnya: "dasar tidak berguna, aku akan membunuhmu!" "

Dia kemudian memberikan perintah kepada mereka yang mengelilingi kami, mengatakan, "Lakukanlah!"

Aku dalam sekejap kesulitan bernapas, gugup berdiri disana. Govy mendadak berkata "tunggu sebentar", kemudian lanjut berkata,"Adik,lakukanlah."

Felicia mengangkat kepalanya dan memandang Govy dengan wajah yang penuh dengan air mata, perlahan-lahan mengambil pistol di tanah. Sony yang takut Felicia kali ini kembali ke arah yang salah kemudian menyambar tangannya dan mengajarinya cara menembak. Dia juga meminta Govy untuk berdiri di sana dan tidak bergerak, mengatakan bahwa jika ia pindah, ia akan membiarkan orang lain menembak kita.

Felicia memegang pistol dan dengan wajah pucat melihat Govy, perlahan-lahan menutup matanya. Kemudian di bawah instruksi dari Sony, ia menarik pelatuk. Sony yang berada dibelakangnya tertawa seperti setan.

Semua orang berpikir bahwa Govy sudah mati, tapi saat Felicia membuka matanya, dia mengarahkan tembakan pistol pas kearah salah satu pembunuh di sekitar kita.

Suara tembakan, sang pembunuh jatuh ke tanah, adegan mendadak ini membuat semua orang tersedak. Tetapi mereka tidak deiberikan kesempatan untuk bereaksi, tiba-tiba terdengar suara tembakan dari segala arah, mereka yang mengelilingi kita ditembak mati semua.

Dan Sony tertembak tepat di kepalanya, saat ia matipun mata masih terbelalak menunjukkan ekspresi yang tidak percaya akan ini semua.

Pada saat ia jatuh, aku duduk di tanah dan berkata, "Sudah selesai, Kak! orang-orangmu bergerak cukup cepat.""

Lalu aku segera berlari untuk melihat luka Nody.

Sebenarnya, dari awal kami dikelilingi, Govy membisikkan kepada kami untuk menunda waktu. Jadi, ketika Felicia turun, aku segera berbicara untuk menarik perhatiannya, dan kemudian mengedipkan mata. Felicia sangat pandai, dan sangat mengenal aku, dia segera merespon sehingga ia terus menunda waktu hingga Govy berteriak, "Lakukanla!", dia tahu tidak perlu berakting lagi dan segera menembak.

Seluruh rencana akan hancur jikalau Felicia tidak menegerti arti kedipanku. Untungnya ia cukup cerdas, cerdik dan sangat memahamiku.

Felicia berlari ke arahku. Aku memeluknya erat ke dalam pelukanku. Pada saat ini, dari kedua sisi bangunan berjalan turun beberapa prajurit, salah satu dari mereka bergegas ke arah Govy dan membisikkan sesuatu entah apa ke telingganya yang membuatnya langsung mengerutkan kening dan mengeluarkan ekspresi yang aneh.

Aku bertanya Govy apa yang salah? "Yang menembak bukanlah orang dari kita.”, katanya.

Novel Terkait

Balas Dendam Malah Cinta

Balas Dendam Malah Cinta

Sweeties
Motivasi
5 tahun yang lalu
Demanding Husband

Demanding Husband

Marshall
CEO
4 tahun yang lalu
My Greget Husband

My Greget Husband

Dio Zheng
Karir
4 tahun yang lalu
Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Jiang Muyan
Percintaan
5 tahun yang lalu
CEO Daddy

CEO Daddy

Tanto
Direktur
4 tahun yang lalu
Hei Gadis jangan Lari

Hei Gadis jangan Lari

Sandrako
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Jalan Kembali Hidupku

Jalan Kembali Hidupku

Devan Hardi
Cerpen
5 tahun yang lalu
Now Until Eternity

Now Until Eternity

Kiki
Percintaan
5 tahun yang lalu