Cinta Dibawah Sinar Rembulan - Bab 808 pergi ke tempat eksekusi

orang orang yang 'tak ingin' aku jumpai pun muncul didepanku saat ini.

diluar pengadilan, Dony, Nody, Sulistio, Samuel.... dan beberapa bawahan lainnya pun telah datang. didepan mereka berdiri 2 orang pria tua dan juga Aiko serta Felicia yang lemah serta Cecilia yang tidak tahu tentang apapun. wajah pamanku juga terlihat sedih dan juga ibuku yang terlihat kecewa dan sedih.

pria yang mengawal aku itu pun berkata dengan penuh maaf :" maaf, aku bisa menahan mereka untuk tidak masuk kedalam. namun aku tidak mampu menahan mereka diluar karena ini merupakan tempat umum."

mataku seketika memerah begitu juga dengan mata mereka. ibuku langsung bergegas berlari kearahku. awalnya orang disekelilingku ingin menahannya, aku pun berkata :" tenanglah, dia tidak akan melakukan hal yang menyusahkan kalian."

mungkin karena aku terlalu mendengar perkataan mereka hari ini, oleh karena itu mereka pun bersikap sama kepadaku dan tidak menahan ibuku.

ibuku menghampiriku dan langsung memelukku. wanita yang kuat dan selalu santai menjalani kehidupannya ini pun menangis sambil memelukku. aku pun memeluknya dan berkata :" ibu, aku tidak apa apa."

" kamu masih berkata tidak apa apa? aku sudah tahu..... aku sudah tahu...." kata ibuku sambil menangis.

aku ingin menghiburnya, namun aku tidak tahu bagaimana caranya. haruskan aku berkata hari esok akan lebih baik? namun aku akan mati besok. apakah aku harus berkata aku akan baik baik saja? namun aku akan segera mati. benar, aku akan segera mati dan hal inilah yang membuat semua hiburanku tidak berguna!

sambil memikirkan itu, aku merasa hatiku seperti ditusuk oleh pedang dan ini merupakan kali pertama aku merasakan kalau sebuah perkataan yang sangat bagus sekalipun tidak akan berguna sama sekali jika diucapkan sebelum meninggal.

ibuku melepaskanku dan mengelus wajahku sambil berkata :" anakku, ibu minta maaf kepadamu. kalau aku mempunyai kemampuan untuk melindungimu, kamu juga tidak akan seperti ini sekarang."

disaat ini, aku tidak tahan lagi dan langsung berlutut sambil menatap ibuku. aku pun berkata :" ibu, mungkin waktu bersama kita tidak banyak lagi. mungkin kamu tidak selalu berada disampingku sejak aku kecil seperti ibu pada umumnya yang mencuci bajuku bahkan memasak untukku. namun bagiku, kamu adalah ibu yang terbaik didunia ini. meskipun aku tidak ada lagi disisimu nanti, aku berharap kamu bisa tetap hidup dengan baik. demi ayahku, demi kedua kakekku dan demi putriku yang masih kecil itu...."

ibuku menangis dan berlutut didepanku. aku pun berkata :" berjanjilah padaku, oke?"

ibuku menggelengkan kepala dan bekata :" aku tidak sanggup....."

aku berkata :" apakah ibu ingin aku pergi dengan tidak tenang?"

ibuku kembali menangis keras setelah mendengar perkataan ini. hatiku sangatlah sakit ketika melihat dia seperti itu.

" ibu, maafkan aku. namun aku tidak bisa menyerahkan kepada orang lain selain kamu." kataku dengan pelan.

ibuku memelukku dengan erat dan berkata :" bagaimana mungkin ibu tega membuatmu pergi dengan tidak tenang? tenang saja, mulai dari hari ini, aku akan hidup dengan baik. dulu ketika ayahmu pergi, aku hanya menjagamu setiap hati. ketika aku ingin menyerah pada hidup, aku akan berpikir kalau didunia ini masih ada kamu. kedepannya, kamu sudah tidak ada lagi. aku akan menjaga Cecilia setiap hari.......... tidak apa apa, aku bisa, aku pasti bisa....."

mendengar ini, aku semakin sakit hati dan merasa bersalah. aku tidak bisa berkata apapun selain kata maaf.

semua orang pun mulai mengelilingi dan menatapku dengan mata yang merah.Cecilia pun membuka kedua tangannya dan meminta pelukan dariku. mungkin suasana ini tidak cocok dan membuat dirinya pun ikut menangis. itu membuatku semakin merasa bersalah.

aku perlahan berdiri dan mendengar Aiko yang berkata :" peluklah dia. dia rindu padamu."

aku mengangguk dan memeluk Cecilia pada pelukanku. aku tidak rela melepaskannya dan terus menatap wajahnya. airmataku pun mengalir dan berkata :" maaf, putriku. maaf, aku bukanlah seorang ayah yang baik. aku tidak bisa menemanimu tumbuh dan tidak bisa melihatmu memakai baju pengantin nantinya. aku juga tidak memiliki kesempatan untuk menghajar pria yang beruntung untuk mendapatkanmu kelak, agar dia tidak menyakitimu."

disaat ini, Cecilia memeluk leherku dan berkata dengan serius :" ayah, kamu adalah ayah terhebat didunia ini. aku cinta ayah."

satu perkataan membuat semua orang meneteskan air mata. jika dilihat dari keadaan yang ada, semua polisi yang bertugas juga ikut menangis. tidak ada yang tidak terharu ketika melihat malaikat kecil ini.

aku mencium aroma susu pada tubuhnya dengan kuat dan memeluk Aiko dengan erat sambil menahan air mata. kami saling bertatapan dan aku melihat air mata sudah memenuhi mata Aiko. Sejak mengetahui kebencian di antara kami, perasaannya terhadapku menjadi begitu datar, tetapi tatapan menangis seperti itu membuatnya orang merasakan kesedihan yang dia rasakan.

aku menatapnya dan berkata dengan lembut :" kak, aku tidak bisa membalas semua kesalahan ayah kepadamu, namun aku berharap setelah kepergianku, kamu bisa melepaskan semua kebenciaan ini. baik kepada kedua kakekku maupun ibuku. aku berharap kamu memberi mereka kesempatan untuk perhatian kepada kamu dan anak kita. oke?"

Aiko pun berkata dengan sedih :" kamu tahu jelas.... kalau disaat ini aku tidak berkata hal 'buruk' ..... kamu sangat egois...."

" maaf..." kataku dengan sedih.

dia menggelengkan kepala dan berkata :" aku rela kamu tetap egois seperti ini. dengan begitu, aku bisa melupakan semua kerinduanku kepadamu dan tidak akan sakit hati seperti ini."

aku tidak tahu harus berkata apa dan aku yang dulunya lihat menggombal itu hanya seperti orang bisu sekarang.

disaat ini, polisi pengawal pun berkata :" waktu sudah tidak banyak lagi. Alwi, cepatlah."

aku sangat berperasaan baik kepada polisi pengawal ini karena dia sangat baik denganku. aku berterimakasih atas peringatannya dan aku menatap Dony dan mereka pun menatapku. aku merasa kalau mereka ingin melakukan hal yang berbahaya disini, namun aku menghampiri mereka dan menggelengkan kepala.

mereka menatapku dan tidak berbicara. tatapan mereka dipenuhi aura tegas dan aku seketika tertawa sambil berkata :" apakah kalian tahu? kehadiran kalian membuatku bisa pergi dengan tenang. aku menyerahkan seluruh keluargaku kepada kalian. Dony, Nody.... kalian tidak akan mengecewakanku kan?"

kekuatan mereka seperti hilang seketika dan hanya menatapku dengan tak berdaya. tidak lama kemudian, Dony pun berkata :" apa yang dikatakan Aiko benar. kamu sangatlah egois, Alwi."

polisi pengawal disampingku menatap Dony kebingungan. dia merasa penasaran kenapa aku menyerahkan keluarga ku kepada Dony dan Dony malah menyalahkanku. mereka pastilah tidak mengerti. kalau aku tidak berkata seperti itu, demi aku, Dony mungkin akan melakukan hal yang sering terjadi didalam novel, yaitu merebut tahanan. meskipun ini bukan didalam penjara, namun mereka mungkin akan beraksi ditempat ini.

namun ketika aku berkata seperti itu, mereka akan merasa kalau mereka punya tanggung jawab dan tidak akan berani melakukan itu lagi. ini lebih baik dibandingkan menyerahkan aiko dan putriku kepada ibuku. karena itu akan membuat ibuku terbebani.

aku tersenyum kepada Nody dan berkata :" aku bisa pergi dengan tenang dan egois karena aku memiliki kalian."

setelah mengatakan itu, aku tidak berkata apa apa lagi dan menatap mereka lalu pergi.

disaat ini, aku merasakan kalau polisi pengawalku merasa lega. mungkin dia merasa kalau Dony dan mereka akan melakukan hal diluar dugaan.

setelah masuk kedalam mobil, aku bertanya pada polisi pengawal itu :" apakah ada rokok?"

dia mengangguk dan menghidupkan sebatang rokok untukku. aku pun menghisapnya dan berkata :" terimakasih."

dia menggelengkan kepala dan selain dia, tidak ada yang begitu baik dengan pamanku. semuanya bermusuhan dengan pamanku. namun bagiku, aku tidak lagi menghiraukan bagaimana cara mereka menatapku. orang yang akan mati bagaimana mungkin masih menghiraukan bagaimana cara orang menatapnya. sekarang aku merasa kalau oksigen juga sangat berharga dan aku langsung menarik oksigen itu dengan cepat.

namun aku tersedak dan airmataku pun mulai menetes, tidak tahu apakah aroma rokok ini terlalu kuat atau karena aku sudah lama tidak merokok. aku duduk disana dan berkata :" akhirnya aku merasakan apa itu 'pedas pada mata', asap rokok ini terlalu menusuk."

hening, tidak ada yang menjawabku. aku tahu kalau mereka tidak ingin berbicara dengan penjahat sepertiku. dimata mereka, aku adalah seorang penjahat dan berbicara dengan penjahat bukankah akan menurunkan harga diri mereka?

aku menghisap rokok itu dan berkata :" aku merupakan seorang pembawa sial sejak kecil. ayah angkatku mati karena ingin melindungiku. ibu angkatku juga bunuh diri. pada akhirnya, adikku yang kasihan itu juga mati bersama suaminya karena aku. apakah kalian tahu? dia sangatlah rendah hati, suka senyum dan dia kelihatan sangat cantik ketika tersenyum. ketika kalian menatapnya, kalian akan merasa kalau didunia ini tidak akan ada hari hujan lagi."

" namun dia sudah mati dan dibunuh hidup hidup. aku masih tidak bisa melupakan kata 'abang' yang diteriakinya sebelum dia meninggal. hal yang lebih tidak berguna adalah aku tidak bisa melindunginya ketika dia hidup, bahkan ketika dia mati, aku juga tidak bisa melindungi mayatnya...."

" dan juga sahabatku, Jondi. dia dan adiknya bunuh diri karena aku. menurut kalian, apakah aku memiliki dosa yang berat dan merupakan seorang pembawa sial? namun ini masih belum cukup. seorang teman perangku, dia sangat baik denganku dan sangat mempercayaiku. ketika kami didalam pasukan, kami sangat baik bahkan kami bisa saling meminjamkan celana kami. dia bahkan membunuh orang lain demi aku. yang bisa aku lakukan adalah melakukan hal yang membuatku berkemungkinan diusir dari pasukan. hal itu adalah menghajar orang yang mencelakainya. hanya saja, teman baikku itu diikuti oleh orang lain karena aku. pada akhirnya.... dia pun meninggal...."

" menurut kalian, apakah aku adalah pembawa sial? untung saja Tuhan punya mata dan akan memusnahkan pembawa sial seperti diriku. sangat baik...."

setelah mengatakan itu, rokok pun tersisa satu hisapan lagi. aku membuang puntung rokok itu dilantai dan memijaknya dengan kuat. aku memejamkan mataku dan tidak berbicara lagi. ada seseorang yang bertanya dengan pelan :" menurut kalian, apakah dia sudah gila? dia bahkan mengatakan sangat baik padahal dia sudah akan mati?"

seorang yang lainnya berkata :" mungkin saja dia gila. namun, yang dikatakan bocah ini benar. orang seperti dirinya juga tidak bisa kabur dari Tuhan. tatap lah langit itu, siapa yang bisa lepas darinya? dia mati dengan tidak adil."

.................

setelah kembali ke penjara, waktu makan pun tiba. di China ada sebuah budaya yang baik, yaitu sebelum seseorang dihukum mati, maka dia akan diberi makanan yang berlimpah. aku pun menyantap semua makanan itu karena aku tidak ingin menjadi hantu kelaparan nantinya. setelah aku menelan semua makanan itu, aku pun mendengar kalau ada orang yang berkata sudah tiba waktunya.

lalu ada orang yang menyuruhku untuk membersihkan diri dan mengganti pakaian penjara yang baru. setelah itu, kepalaku pun ditutup dan aku mulai berjalan ke tempat eksekusi.

Novel Terkait

My Goddes

My Goddes

Riski saputro
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Sederhana Cinta

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
5 tahun yang lalu
Unlimited Love

Unlimited Love

Ester Goh
CEO
4 tahun yang lalu
Satan's CEO  Gentle Mask

Satan's CEO Gentle Mask

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
Love In Sunset

Love In Sunset

Elina
Dikasihi
5 tahun yang lalu
You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu
Uangku Ya Milikku

Uangku Ya Milikku

Raditya Dika
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Terpikat Sang Playboy

Terpikat Sang Playboy

Suxi
Balas Dendam
5 tahun yang lalu