Cinta Dibawah Sinar Rembulan - Bab 242 Telepon Dari Wanita Asing

Aku ingin tahu apakah Chick dan orang yang membantuku itu memiliki hubungan, kalau ada, mungkin aku dapat melalui dia mencari orang itu, jika begitu, mungkin aku bisa mengetahui dengan jelas apa yang dialami ayahku tahun itu, dan hanya dengan mengetahui hal ini, aku baru bisa memeriksa kasus mengenai ayahku yang ‘mengkhianati negara’.

Sulistio berkata: “Aku tahu, hanya takut informasi mereka pernah diubah orang.”

“Diubah juga tidak apa, benar atau palsu, asalkan menemukan orang dari tempat itu dan bertanya pasti sudah tahu.” kataku.

Aku percaya informasi bisa dibuat-buat, namun ada hal yang susah untuk berubah, hanya dengan pergi menjenguk tempat tersebut, maka dapat dengan mudah membongkar kebohongan. Pastinya, kalau orang yang mengubah informasi ini bisa mengubah bahkan semua orang di tempat itu, maka aku pun tidak dapat berkata apapun, tapi kurasa hal ini tidak mungkin.

Sulistio berkata dia sudah mengerti, selanjutnya, dia membawaku ke hotel yang sudah di setujui dengan sahabat-sahabat. Setelah masuk, yang menarik perhatian aku adalah kemerahan sekelompok pria yang kuat. Terlihat Monica yang cantik bagai bunga, duduk di tengah sekumpulan lelaki. Walaupun hanya dengan mudah mengikat rambutnya bagai ekor kuda dan memakai gaun, dia tetap terlihat segar.

Melihatku, Monica terlihat terkejut, aku berjalan dan duduk disampingnya dan dengan tersenyum, aku berkata: “Kenapa? Masih merasa tidak dapat dipercaya?”

Monica masih dingin dan sombong seperti biasanya, ia berkata: “Iya. Aku kira mereka menipuku, tak sangka kamu benar masih hidup dan berenergi. Kurasa kehidupanmu sangat subur, Bos besar, kamu sudah menghutang gajiku untuk beberapa bulan, tolong kamu kompensasi, boleh?”

Dia mengulurkan telapak tangan yang putih dan lembut. Seperti sedang meminta hutang. Aku tersenyum dan mengeluarkan sebuah kartu bankn dari saku aku dan berkata: “Didalam ada 40 juta, aku hanya bisa memberimu sebanyak itu, sisanya dihutang dulu.”

Seperti tidak terpikir aku akan benaran memberinya uang, Monica sedikit termenung, baru akhirnya sadar. Mengulurkan kartu ke aku, ia berkata: “Sudahlah, kalau mau kasih, sebaiknya kasih seluruhnya, 40 juta ini kamu simpan dulu saja.”

Aku tentu tahu dia bukan merendahkan nilai uang yang sedikit itu, tapi karena dari awal memang tidak berencana meminta uang padaku. Dia tidak tahu apa yang aku alami, maka salah paham kalau aku pergi bersembunyi untuk bersenang-senang. Merasa aku memberikannya masalah untuk dia selesaikan, merasa tidak sudi, jadi sengaja mengatakan hal itu. Tapi orang yang perhatian dan teliti seperti dia, mendengar perkataanku pasti sudah tahu aku tidak hidup dengan baik, jadi tidak lagi marah.

Aku mengulurkan kartuku padanya, tersenyum: “Ambilah, ini semua aku tukar dengan nyawaku, pasti bersih, aku masih ada uang lain, tapi kakekku pinjamkan padaku, tidak boleh sembarang sentuh, yang itu tidak bisa kuberikan padamu dulu.”

Mendengar ini, muka Monica terlihat kesal, Sulistio tersenyum dan berkata: “Ambilah, ini adalah keikhlasan hati Bang Alwi.”

Monica mengambil kartu itu, dengan suara rendah mengatakan “Maaf”, dan aku berkata: “Yang seharusnya meminta maaf ialah aku.”

Selesai berbicara, aku melihat ke arah ruangan yang dipenuhi sahabat- sahabat, dan berkata: “Selama aku tidak ada, kalian sudah bersusah. Sekarang, aku sudah kembali, aku akan seperti yang kukatakan kepada kalian dulu, mulai dari awal, biar menang biar kalah, kecuali aku mati, aku tidak akan berhenti memanjat ke atas.

Selesai berbicara, aku mengangkat segelas anggur yang dituangkan Sulistio untukku, berdiri dan berkata: “Semuanya, aku bersulang kepada kalian semua.”

Semua orang berdiri, mengangkat gelas mereka dan berkata: “Bersulang.”

Sulistio dengan senang minum anggur dan berkata : “Semuanya, mari bersama bersulang untuk Bang Alwi, selamat atas kembalinya raja kami Bang Alwi.”

Aku berkata dengan tak berdaya: “Aku ini kembali dengan sangat kasihan.”

Sulistio berkata dengan serius: “Dalam mata kami, kamu adalah raja, jadi bagaimanapun cara kamu kembali, dengan berwibawa atau sendirian. Menurut kami, tetap saja raja telah kembali. Karena ada yang kembali, berarti raja juga kembali.”

“Karena ada yang kembali, berarti raja juga kembali.” Teriak yang lainnya.

Mendengar ini, aku merasa senang, untunglah, di Nanjing aku tidak hanya ada musuh, juga ada sekumpulan sahabat dan bawahan yang ingin mengikutiku.

Aku makan dan minum dengan senang, semuanya pun pergi dengan sendirinya, hanya sisa aku, Sulistio dan Monica. Karena merupakan satu-satunya wanita di kumpulan ini, ada beberapa orang bersulang dengan Monica, walaupun aku sudah membantunya minum banyak gelas, tapi emosinya yang kuat ini, menolak bantuanku dan akhirnya pun mabuk.

Melihat Monica yang tergeletak di atas meja, aku merasa sedikit sakit kepala, bertanya Sulistio apakah ia tahu rumah nya. Sulistio berkata ia tahu. Aku pun menggendong Monica, ingin menyuruh Sulistio mengantarkan kami pulang dengan mobil, tapi melihat dia berjalan dengan tidak stabil, aku memutuskan pemikiran ini, ditambah lagi aku sendiri juga mabuk, jadi aku langsung membukakan sebuah kamar untuk Monica di hotel sekitar. Aku dan Sulistio meninggalkan hotel dan mencari sebuah tempat karaoke untuk bernyanyi.

Kedua orang terus bermain hingga kembali sadar, kita baru berpisah.

Kembali di Splendid, tak disangka Donny Yun masih belum tidur, aku berkata: “Donny Yun, kenapa tidak beristirahat?”

Dony Yun menjawab: “Tidak bisa tidur.”

Aku duduk di hadapannya, tersenyum: “Tidak usah bilang pun tahu, kamu sedang mengkhawatirkanku kan.”

Dony Yun berkata: “Siang tadi ada mobil yang mengekori kalian?”

Aku menganggukkan kepala, sama sekali tidak heran dia mengetahui hal ini, karena akutahu dia mengantarkan orang untuk diam-diam melindungiku, walaupun kedua orang tidak sehebatku, tapi ini ialah maksud Dony Yun, hatiku berterima kasih.

Aku berkata: “Mungkin Yesen atau orang Johan.”

“Aku sudah periksa, memang orang Johan, tapi bukan orang yang disukai Johan, jadi, aku rasa aksi kali ini hanya sebuah peringatan. Kamu harus hati-hati akan aksi mereka selanjutnya.” Dony Yun berkata, mengerutkan alisnya dan menunjukkan kekhawatirannya.

Aku tersenyum dan berkata: “Tenanglah, aku tidak apa-apa. Oh ya, ada sesuatu yang ingin kukatakan.”

Dony Yun berkata: “Bilang saja, aku pasti akan berusaha sebisaku.”

Aku berkata: “Aku ingin kamu memeriksa jaringan hubungan Yesen diluar Nanjing. Tidak hanya yang berhubungan baik dengannya, juga mau yang berhubungan buruk dengannya, aku pikir kita perlu mendukung sekelompok atasan milik kita.”

Tidak perlu aku memperjelas, Dony Yun langsung memahami permintaanku, mengangguk dan berkata: “Aku sudah tahu, paling banyak tiga hari, aku akan memberimu informasi.”

“Tidak usah buru-buru. Aku di sini sudah ada barang yang dapat menghalangi Yesen.” kataku tersenyum.

Selesai berbicara, aku berdiri dan berkata: “Dony Yun, istirahatlah, kalau kamu sakit karena aku, Leo mereka pasti tidak akan memaafkanku.”

Dony Yun berdiri dengan perlahan-lahan dan berkata: “Kamu juga istirahatlah. Lalu, aku juga sudah menyebarkan kabar tentang kamu masih hidup dan berada di Nanjing. Tapi semoga Aiko mendapat kabar itu, dan kembali.”

Aku menghembuskan napas: “Semoga dia cepat kembali, atau tidak aku akan merasa tidak nyaman.”

Setelah kembali ke kamar, aku mandi dan berbaring diatas tempat tidur, sedang menghitung kapan aku harus mengajak si Chris pergi minum, HP ku berbunyi. Setelah diangkat, ialah nomor HP yang tidak diketahui, aku merasa curiga. Nomorku ialah nomor baru, hanya beberapa orang yang tahu, dan orang yang tahu pun, nomor mereka sudah aku simpan. Selain mereka seharusnya tidak ada yang akan meneleponku. Pikir sampai sini, hatiku merasa tidak nyaman, menekan tombol angkat telepon, aku tidak berbicara. Di ujung HP sana terdengar suara dingin seorang perempuan yang tidak dikenal: “Dalam waktu sepuluh menit, kalau kamu tidak sempat sampai ke hotel itu, tunggulah perempuan itu dinodai.”

Hati aku terasa berat, aku bertanya: “Kamu siapa?”

Dia menjawab dengan dingin: “Dengan kemampuanmu sekarang, kamu tidak layak mengetahui siapa aku.”

Selesai bicara dia memutuskan telepon, aku mengerutkan alisku, merenungkan ini ialah sebuah permainan, atau perempuan ini benar-benar ingin membantuku? Hanya saja bagaimanapun, aku tidak akan membiarkan Monica terluka. Aku memakai pakaianku. Membuka pintu dan berjalan keluar, mengetuk dan membuka pintu kamar Dony Yun, memberitahukan dia keadaan ini, dia langsung bilang: “Mari kita pergi bersama, aku akan menyuruh Leo membawa beberapa orang untuk membantu kita.”

Aku menganggukkan kepala, sudah sampai saat ini, aku juga tidak segan dengannya. Aku berkata Sulistio mereka sudah mabuk, sekarang mungkin sudah tertidur pulas, jadi hanya bisa menyusahkan dia. Dia membantu tanpa memerlukanku untuk banyak berkata, lalu bertanya aku mendapat informasi dari mana.

Aku memberitahu bahwa ada seorang perempuan tidak dikenal yang menelepon, Dony Yun mengerutkan alisnya dan merenung: “Kali ini jangan-jangan Claura lagi?”

Aku menggelengkan kepala, keluar dari Splendid dengannya, menaiki mobilnya, aku berkata: “Tidak, aku dan Claura sudah menyelesaikan kesalahpahaman diantara kita, kalau dia ingin membantuku, pasti dia akan bilang, dan bukan seperti sekarang ini. Tapi, walaupun perempuan tak dikenal itu menutupi suaranya sendiri, tapi aku merasa suaranya terdengar akrab.”

“Jessi?” Dony Yun berkata sambil mengendarai mobil.

Aku menggelengkan kepala, berkata: “Tidak, bagaimanapun dia menutup suaranya, aku pasti bisa mengenalnya. Lagipula kalau benar dia, takutnya dia tidak akan melaporkan padaku, hanya akan memberitahu pada Sulistio. Sebenarnya siapa? Suara ini sebenarnya mirip siapa?”

Aku berusaha berpikir, tapi bagaimanapun tidak terpikir. Ini berarti aku mengenal orang ini, tapi kami mungkin tidak pernah banyak berbicara.

Dony Yun saat ini sudah berkomunikasi dengan Leo mereka. Dia menginjak pedalnya sepanjang perjalanan, menerobos lampu merah, sampai akhirnya dalam waktu sepuluh menit sampai di hotel itu, aku berkata: “Dony Yun, Monica di kamar 208, mohon kamu masuk dari pintu depan, aku akan pergi ke belakang dan memanjat pipa ke atas.

Dony Yun mengangguk. Bergegas ke dalam hote, sedangkan aku berputar ke belakang, menemukan kamar 208 dan memanjat pipa dengan cepat. Saat aku memanjat hingga ke AC, yang menarik perhatian aku adalah Dony Yun yang sedang berkelahi dengan seorang pria, sedangkan Monica menggunakan selimut untuk menutup tubuhnya, kelihatan sangat takut.

Ternyata memang perempuan, walaupun dia biasanya sangat sombong, saat seperti ini juga memasang muka yang ketakutan.

Aku membuka jendela, dari luar lompat ke dalam, saat ini Dony Yun sudah menjatuhkan orang tersebut, dia mengikat kedua tangan orang tersebut, dan melihat Monica. Ia bertanya: “Sudah membuatmu terkejut, kamu baik-baik saja?”

Padahal Monica sedang gemetaran, setelah mendengar ucapan Dony Yun, baru mulai sadar, Ia menatap Dony Yun, dengan muka merah berkata: “Aku tidak apa, terima kasih.”

Melihat pandangan mata perempuan ini, aku termenung, melihat Dony Yun dengan pandangan ambigu, sayangnya Dony Yun sama sekali tidak bereaksi, malah menjawabnya: “Tidak usah berterima kasih padaku, aku membantumu atas nama Alwi.”

Ah, aku tiba-tiba baru mengerti Dony Yun terlihat sangat tampan, begini cocok dengan estetis perempuan muda ini, tapi masih belum ada pacar, sungguh dingin.

Aku meneteskan air mata untuk Monica di dalam hati aku dan berkata: “Monica yang berterima kasih padamu, untuk apa kamu mengaitkanku.”

Monica melototiku dengan tajam, dia berdiri dari tempat tidur, aku melihat pakaiannya selain sedikit berantakan di kerah, tempat lain baik-baik saja. Aku baru merasa tenang, baru mau bertanya dia mau buat apa, dia sudah memakai sepatu hak setinggi sembilan mili, sampai ke hadapan orang yang diikat di lantai, mengangkat kakinya dan dengan kejam menginjak kepala orang tersebut hingga ia berteriak kesakitan.

Aku mendengus dua kali, pantasan orang berkata lebih baik mengganggu penjahat daripada wanita.

Monica sambil menginjak orang itu, sambil marah: “Aku membiarkanmu menggangguku! Membiarkanmu menggangguku!”

Saat itu, aku melihat penampilan orang tersebut, sambil bertanya: “Tunggu, orang ini memakai pakaian yang sama denganku?”

Selesai berbicara, dari luar terdengar suara kaki yang tergesa-gesa.

Novel Terkait

Back To You

Back To You

CC Lenny
CEO
4 tahun yang lalu
Meet By Chance

Meet By Chance

Lena Tan
Percintaan
3 tahun yang lalu
Rahasia Istriku

Rahasia Istriku

Mahardika
Cerpen
4 tahun yang lalu
Love Is A War Zone

Love Is A War Zone

Qing Qing
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
The Great Guy

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Beautiful Love

Beautiful Love

Stefen Lee
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Excellent Love

Excellent Love

RYE
CEO
4 tahun yang lalu
Thick Wallet

Thick Wallet

Tessa
Serangan Balik
4 tahun yang lalu