Cinta Dibawah Sinar Rembulan - Bab 1096 Sempurna

Jessi mengatakan bahwa dia ingin pergi bersamaku melakukan tugas, tidak peduli seberapa bahayanya, meskipun bahkan akan mati, asalkan dia bersamaku maka tidak ada yang ditakutinya.

Pada saat ini ,seluruh darah di tubuhku merasa panas, aku memeluknya, aku merasa bahwa aku memeluk seluruh dunia, aku berkata dengan suara yang berat:”Jessi, aku mencintaimu, aku juga ingin bersamamu setiap saat, tapi, aku tidak bisa membawamu ke Jepang, kalau tidak jika benar-benar terjadi sesuatu maka aku akan menyesal seumur hidupku.”

Jessi mendorongku, di menatap mataku, dan berkata dengan keras kepala:”Bagaimana jika aku berkata bahwa aku tetap akan pergi?”

Aku berkata:”Aku tetap mengatakan bahwa aku tidak setuju.”

Jessi berkata:”Jika kamu tidak setuju maka kita akan putus.”

“Aku ... ... “ Aku sedikit tidak berdaya memandangnya, aku tidak menyangka bahwa suatu hari dia akan menggunakan kata-kata ini untuk mengancamku.

Aku baru akan mengatakan sesuatu, tapi Jessi berkata:”Kamu pikirkan baik-baik, aku adalah orang yang sangat serius, jika kamu mengatakan bahkan jika harus putus kamu juga tidak akan setuju, ketika kamu pulang, meskipun kamu melakukan apa pun, aku juga tidak akan berbaikan denganmu, aku tidak akan memaafkanmu meskipun bagaimanapun juga, lagipula kamu juga tidak membutuhkanku, aku pikir, mau maafkan atau tidak, atau pun tidak berada di sisimu, bagimu juga tidak ada bedanya kan?”

Aku menatap Jessi tanpa daya, tapi aku juga merasa bahagia, aku tahu dia bukan sedang bercanda, tapi aku tahu bahwa meski apa pun yang terjadi, dia sudah memutuskan akan menghadapi masalahnya bersamaku.

Aku mengangguk dan berkata tanpa daya:”Nona besar Jessi, apakah kamu biasanya keras kepala seperti ini?”

Jessi tersenyum dan mengedipkan matanya kepadaku, dia berkata:”Aku adalah orang bukan dewa, aku keras kepala di depan laki-lakiku, aku rasa ini juga bukan apa-apa kan?”

Aku mengangguk menyetujuinya dan berkata:”Betul, betul, betul, semua yang kamu katakan adalah benar, tapi, bisakah kamu pergi ke Jepang dan bisa tidak kamu ikut dalam tugas ini, tampaknya bukan sesuatu yang bisa aku putuskan, masalah ini harus meminta persetujuan paman Mark dan kepala atasan, jadi, kamu pikirkan dulu bagaimana untuk meyakinkan mereka.”

Jessi tersenyum senang dan bertanya:”Jadi, apakah kamu setuju?”

Aku bertanya tanpa daya:”Bisakah aku tidak menyetujuinya? Aku tidak bisa putus denganmu, aku juga tidak bisa mengatakan bahwa aku sudah tidak membutuhkanmu lagi kan?”

Jessi tersenyum dan memelukku dan berkata:”Aku tahu kamu akan tertekan dan khawatir, tapi aku jamin, aku tidak akan merepotkanmu, aku hanya ingin menemanimu di jalan terakhir yang paling sulit ini, aku percaya, ketika kita sudah melewati jalan sulit ini, jalan selanjutnya akan mudah untuk kita.”

Aku merasakan hatiku sangat hangat, aku memeluknya erat-erat, aku menutup mataku dan berkata dengan lembut:”Jessi, aku membutuhkanmu, aku membutuhkanmu sepanjang waktu, kamu adalah obat semangatku, aku pikir seumur hidup ini aku tidak akan bisa melepas ketagihan tentangmu.”

“Merinding.” Jessi tersenyum dan berkata.

Suasananya sangat bagus, pada saat ini, semua perkataan dan semua perbuatan hanya sia-sia saja, aku tidak ingin melakukan apa-apa, aku hanya memeluknya dengan tenang seperti ini.

Aku memeluknya sebentar, Jessi tiba-tiba berkata:”Sayurku!”

Setelah mengatakan itu, dia buru-buru mendorongku, kemudian membuka pancinya, dia mulai membalik masakanannya, pada saat yang sama dia berkata kepadaku:”Lihatlah buburnya.”

“Oh.” Aku tersenyum sambil berjalan ke arah panci bubur, tetapi mataku menatap Jessi yang dengan serius melihat masakannya, dia sangat sempurna, berkelas, kuat, dingin semuanya sangat sempurna, tapi yang paling aku suka adalah ketika melihatnya memakai apron dan rambut yang dikuncir kuda, dan penampilannya yang berada di dapur, apakah itu memotong sayur atau memasak, apakah itu mencuci sayur atau menanak nasi, bahkan jika dia sekarang berubah menjadi wanita biasa dan berbau asap, dia juga tetap memiliki daya tarik yang luar biasa bagiku.

Mungkin karena masa kecilku yang tidak beruntung, ketika aku berada dalam kemiskinanan, aku selalu teringat bayangan saat ibu angkatku sedang sibuk di dapur, meskipun saat itu kami sangat susah, hanya ada dua buah ubi jalar panggang di panci, tapi aku masih merasa bahwa wajahnya yang sedang berasap itu paling lembut dan penuh perhatian, jadi aku sejak awal sangat menyukai wanita yang suka masak, Aiko juga, Felicia juga, begitu juga dengan Jessi, sifat mereka berbeda jauh, satunya dingin, satunya sangat lembut, satunya selalu berubah-ubah, tapi mereka semua memiliki satu persamaan yaitu mereka suka masak, mereka suka memasak untukku, dan setiap kali aku melihat mereka sibuk di dapur, aku tidak dapat menahan perasaan senang di hatiku.

Jessi mengeluarkan makanannya, dia memasak sangat banyak, dia mengemasinya di dalam dua termos, aku melihatnya sebentar, lauk dan buburnya sudah jadi, makanannya sangat ringan, dan rasanya membuat nyaman, bisa dilihat bahwa Jessi memasaknya dengan serius.

Aku memasukkan buburnya ke dalam termos dan bertanya:”Kamu tidak meninggalkan makanannya untuk kita berdua, mungkinkah kamu berencana untuk makan bersama Kak Felicia di rumah sakit bersamaku?”

Jessi berkata:”Tepat, kamu pergi ke rumah sakit dan temanin dia makan, aku akan pergi bertemu atasan dan ayahku, seperti yang kamu katakan, jika aku ingin pergi maka aku harus meminta persetujuan mereka, tentu aku harus pergi meminta persetujuan mereka dulu.”

Aku mengernyitkan keningku dan berkata:”Tidak makan?”

Jessi tersenyum dan berkata:”Aku tidak lapar, sudah beres, kamu cepat pergi ke rumah sakit, aku juga akan segera berangkat.”

Melihatnya sangat cemas, maka aku juga tidak menghentikannya, tapi aku berpikir, aku yakin dia kemungkinan besar tidak akan mendapatkan persetujuannya, aku pikir paman Mark tidak akan membiarkan dia mengambil risiko lagi, adapun tentang atasan itu, dia adalah orang yang sangat berprinsip, bagaimana dia akan membiarkan Jessi mundur jika dia ingin mundur dan tidak mundur jika dia tidak ingin mundur kan?

Jadi, meskipun aku menyetujui Jessi, tapi menurutku, tidak mungkin dia akan pergi ke Jepang bersamaku.

Dengan begini, aku berpisah dengan Jessi di lantai bawah, aku menyetir ke rumah sakit, ketika aku kembali ke kamar, aku melihat Govy masih berada di situ. Melihatku yang hanya datang seorang diri, Felicia bertanya dengan penasaran:”Di mana Jessi?””

Aku tersenyum dan berkata:”Dia punya sesuatu yang harus dilakukan, maka dia menyuruhku datang, oh ya, dia sudah memasak dan menyuruhku datang untuk menemanimu makan.”

Sambil berkata aku melihat ke arah Govy dan aku bertanya:”Kak Govy, kita makan bersama ya? Jessi memasak banyak.

Govy menggelengkan kepalanya dan berkata:”Aku tidak akan makan, aku sudah berjanji kepada ibuku untuk menemaninya makan malam, aku harus pulang sekarang, kamu juga sudah datang, kamu temani Felicia baik-baik.”

“Baiklah.” Aku mengangguk dan menata meja makannya, aku mengaturkan posisi yang enak untuk Felicia, kemudian mulai makan.

Govy membelai rambut Felicia dengan penuh kasih sayang, dia berkata:”Felicia, tunggu kakak pulang dari tugas maka kakak akan membantu kamu untuk menyiapkan barang-barang pernikahanmu dan aku akan membiarkanmu masuk ke rumah Alwi dengan megah.”

Tanganku bergetar dan aku hampir saja menumpahkan buburnya, muka Felicia mendadak memerah, dia berkata dengan manja:”Kakak, kamu cepat pulang ke rumah temani ibu.”

Govy tersenyum dan berkata:”Adikku sudah malu ya.”

Setelah dia mengatakannya, dia pergi dengan lega.

Setelah dia pergi, aku mengambilkan buburnya untuk Felicia, aku mengambilkan sendok dan sumpit untuknya, aku berkata dengan lembut:”Hati-hati panas.”

Felicia tersenyum menatapku, aku juga mengambilkan semangkuk bubur untuk diriku sendiri, aku bertanya:”Buat apa kamu melihatku, cepat makan.”

Felicia mengedipkan matanya kepadaku, dia berkata dengan manja:”Kamu terlihat lebih enak dibanding makanannya.”

Dulu ketika dia mengatakan ini, aku akan menjadi rapuh, sekarang hatiku juga merasa bergetar, aku menunduk dan berkata:”Cepat makan, rawat dirimu dulu baru memikirkan yang lainnya.”

Felicia terkikik, aku menyuapinya satu suap makanan, dia membuka mulutnya dengan bahagia, sambil makan sambil menatapku, dan bertanya:”Adik kecil, kamu jujur padaku, apakah kamu terkejut dengan kata-kata kakakku barusan?”

Aku melihatnya dan berkata:”Sebenarnya bukan takut juga, hanya saja kamu juga tahu ... ... hubungan kita masih tidak direstui Huaxia maupun dunia, hukum juga, jadi ... ... aku ditakdirkan hanya bisa melakukan sekali pernikahan dan satu surat kawin dengan salah satu di antara kalian ... ...”

Aku tidak enak mengatakan hal selanjutnya, felicia begitu pintar, dia pasti tahu dengan apa yang ingin aku katakan. Dia tersenyum dan berkata:”Kamu ingin mengadakan pesta pernikahan dengan Jessi dan mendapatkan akta kawin bersamanya kan?”

Aku mengangguk, karena sekarang kami sudah bersama maka aku harus jujur dengannya, aku berkata:”Aku tahu ini tidak adil untukmu Kak Felicia, tapi ... ...”

Felicia hanya tersenyum, tapi dia tidak kecewa, dia berkata:”Adik kecil, kamu jangan merasa ada beban di hatimu, kamu juga jangan merasa bahwa bersalah kepadaku, aku sudah sangat senang karena kamu bersedia membiarkan aku berada di sisimu, sejujurnya, jika aku meminta lebih banyak lagi, aku akan meremehkan diriku sendiri dan aku akan merasa bahwa aku adalah wanita yang tidak tahu puas.”

Berbicara sampai di sini, dia memberiku sesuap makanan, ketika dia melihatku memakannya, dia sangat senang dan tersenyum sangat cerah, aku merasa bahwa ada banyak bintang-bintang kecil di matanya yang indah itu.

Aku melihat ekspresinya, aku tahu bahwa dia tidak berbohong, tetapi dia merasa puas dari lubuk hatinya, aku lalu berkata “gadis bodoh”, dia tersenyum semakin cerah lagi, dia mengulurkan satu tangannya, aku melihat tangan putihnya yang kecil, aku memegang tangannya, dan dia memegang tanganku erat-erat dan berkata:”Sebenarnya aku selalu tahu bahwa, Jessi bersikap lebih baik kepadamu daripada aku, dia lebih pantas bersamamu, aku tidak pantas berebut dengannya, jadi ketika aku mendengar bahwa dia ingin berbagi dirimu kepadaku, aku benar-benar sangat senang, dan aku juga lebih yakin bahwa di dunia ini dia lebih cocok denganmu.”

“Jadi, kamu harus memberinya sebuah pesta pernikahan yang besar, kamu juga harus memperlakukannya dengan baik, sedangkan aku, asalkan kamu tidak menolak kebaikanku kepadamu, dan bersedia aku untuk bersamamu, bahkan jika kamu datang menemaniku sewaktu kamu baru mengingatkanku juga tidak apa-apa.”

Aku melihat Felicia, dia berkata dengan santai, tapi hatiku merasa berat, aku tahu, dia dulu juga seorang gadis yang manja, tapi dia sangat mencintaiku, meskipun tidak peduli berapa lama waktu berlalu, dia tetap tidak berubah mencintaiku.

Ada kalanya aku berpikir, jika waktu itu aku bersikap lebih kejam kepadanya dan melukainya lebih dalam, bukankah hari ini dia tidak terjerumus lebih dalam lagi, tapi aku agak beruntung, aku beruntung karena telah baik kepadanya sehingga dia tidak menyerah, dan berakhir dengan kebahagiaan buat kami.

Felicia melihatku yang tidak berbicara, dia mendadak merasa cemas dan bertanya:”Apakah kamu tidak bersedia?”

Melihat wajahnya yang masih bahagia, hanya karena aku tidak menjawabnya, dia menjadi bingung, hatiku segera menjadi tidak tega, aku menggelengkan kepalaku dan mengetuk dahinya dan berkata dengan pelan:”Bagaimana mungkin? Aku hanya ingin melihat baik-baik, kenapa wanita yang ada di depanku ini begitu bodoh? Tetapi anehnya, meskipun dia sangat bodoh, tapi aku menyukainya dan membuat orang merindukannya.”

Felicia tersenyum malu-malu dan berkata:”Benarkah?”

Aku berkata:”Benar.”

Felicia sangat senang, dia melepaskan tanganku dan berkata:”Cepat makan. Oh ya, kamu tidak perlu khawatir dengan pihak kakakku, maksudnya tadi bukan berarti menyuruhmu memberiku sebuah pernikahan, dia hanya berpikir, meskipun tidak ada perayaan, aku mengikutimu, ini berarti aku sudah menikah, dia adalah kakakku, tentu saja dia akan menyiapkan barang pernikahannya untukku,”

Aku meggelengkan kepalaku:”Kalau begitu kamu bantu aku untuk memberitahu kak Govy, aku tidak memerlukan barang-barang itu, asalkan dia tidak menyalahkanku karena berbuat begitu kepadamu itu sudah cukup.”

Felicia mengedipkan matanya dan berkata sambil menggelengkan kepalanya:”Aku tidak mau, aku menikahimu, tentu saja aku harus membelamu dan kakakku biarin saja.”

Aku tertawa tanpa daya dan berkata:”Nakal, jika kakak Govy tahu kamu berpikir seperti itu, bukankah dia akan sangat sedih?”

Felicia mengeluarkan lidahnya, dan aku berkata:”Cepat makan, setelah makan aku masih harus mengurus masalah lainnya.”

Felicia bertanya penuh rasa ingin tahu:”Kakakku mengatakan bahwa kamu akan pergi melakukan tugas di luar bersamanya, apakah itu tugas yang sangat berbahaya?”

Tampaknya Govy tidak memberitahunya apa yang akan kita lakukan, aku pikir juga begitu, jika dia tahu kami akan pergi menangkap Jay, dia pasti akan sangat sedih, Govy tidak ingin dia bersedih, jadi dia menanggung semuanya sendiri, aku tentu saja tidak akan membongkarnya, aku tersenyum dan berkata:”Tidak berbahaya, itu adalah tugas kecil yang sederhana, atasan demi memberi kakakmu sebuah kesempatan untuk bisa tinggal di tentara jadi mengatur tugas kecil ini.”

Felicia mengangguk dan berkata:”Kalau begitu aku akan tenang.”

Aku berkata:”Jangan khawatir, kami akan segera kembali, kamu rawat dirimu baik-baik, tunggu aku pulang dengan patuh, tahu tidak?”

“Tahu.” Felicia berkata dengan patuh.

Aku tersenyum, aku merasa bahwa hubungan kami tidak pernah sealami ini, dulu sewaktu kami masih saling mencintai, karena kami saling curiga, kami jarang memberikan hati kami sepenuhnya, tetapi sekarang benar-benar sudah sempurna.

Aku sambil memikirkan ini sambil makan. Ketika sudah kenyang, ada perawat yang datang menjaganya, aku melihat waktunya, aku mengatakan kepadanya bahwa aku harus kembali, dan aku mengobrol sebentar dengannya dan kemudian aku pergi meninggalkan kamar rumah sakit.

Begitu keluar dari kamar, Nando datang, aku bertanya:”Apakah kamu sudah memilih saudara yang aku suruh kamu pilih?”

“Aku sudah memilihnya, Kak Alwi tenang saja, semua itu adalah yang terbaik.”

Aku mengangguk, aku yakin dengan pekerjaannya, aku berkata:”Mari pergi.”

Setelah kami keluar dari rumah sakit dan naik ke mobil aku berkata:”Ayo jalan, kita pulang ke rumah, aku harus pergi menemui Jinkang.”

Aku sudah mengatakan bahwa aku akan menjelaskan semuanya kepada Jinkang dan aku tidak akan melanggar janjiku.

Nando segera menyalakan mobilnya, pada saat ini, ponselku berbunyi, aku mengambil dan melihatnya, itu adalah telepon dari Mark, aku pikir mungkin karena usulan Jessi sehingga membuatnya sangat tidak puas denganku, jadi sekarang dia akan memarahiku.

Aku menekan tombol jawabnya, aku berkata dengan hormat:”Paman Mark.”

Suara Mark terengah-engah datang dari ponsel, dia berkata dengan marah:”Bocah busuk, aku kasih tahu kamu, jika terjadi apa-apa dengan Jessi di Jepang, aku tidak akan membiarkanmu.”

Aku tertegun dan bertanya:”Tidak ... ... Paman Mark ... ... maksudmu adalah kamu dan atasan setuju membiarkan Jessi ikut denganku ke Jepang?”

Mark berkata dengan marah:”Omong kosong! Jika tidak setuju, kenapa aku masih meneleponmu?”

Aku berkata dengan muram:”Kenapa kamu menyetujuinya? Bagaimana kamu bisa menyetujuinya? Kenapa kamu tidak menghalanginya?”

Mark:” ... ... “

Dia terdiam seejenak dan berkata dengan marah:”Alwi, kamu bajingan, sekarang kamu menyalahkanku ya? Jika Jessi mau mendengarkan kata-kataku maka dia sudah lama putus denganmu!”

Aku dengan muram bertanya:”Kamu ... ... kenapa kamu tidak punya kekuasaan seorang ayah sama sekali?”

Mark berkata dengan marah:”Sial, bocah busuk, kamu jangan pura-pura di depanku, aku beritahu kamu, lindungi putriku baik-baik! Kalau tidak, saat kamu kembali, aku akan melumpuhkanmu!”

Sepertinya masalah Jessi ikut pergi bersamaku ke Jepang sudah diputuskan, tetapi kenapa aku begitu bodoh, aku pikir ada yang bisa mengubah keputusan yang sudah diputuskannya? Tapi, karena tidak ada orang yang bisa menghalanginya maka aku akan melindunginya dengan baik-baik, aku tidak akan membiarkan siapa pun untuk menyakitinya!

Memikirkan hal ini, aku berkata dengan sungguh-sungguh:”Paman Mark, kamu tenang dan serahkan Jessi kepadaku.”

Jalan ini, bagaimanapun juga kami harus menjalani bersama-sama.

Novel Terkait

Istri ke-7

Istri ke-7

Sweety Girl
Percintaan
4 tahun yang lalu
Someday Unexpected Love

Someday Unexpected Love

Alexander
Pernikahan
4 tahun yang lalu
The Serpent King Affection

The Serpent King Affection

Lexy
Misteri
4 tahun yang lalu
My Perfect Lady

My Perfect Lady

Alicia
Misteri
4 tahun yang lalu
Pernikahan Tak Sempurna

Pernikahan Tak Sempurna

Azalea_
Percintaan
3 tahun yang lalu
Adore You

Adore You

Elina
Percintaan
4 tahun yang lalu
Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Unplanned Marriage

Unplanned Marriage

Margery
Percintaan
4 tahun yang lalu