Cinta Dibawah Sinar Rembulan - Bab 909 Identitas Fox Terbongkar

Armour bilang kita akan kembali ke Invincible Empire setelah aku membunuh Richi.

Sepertinya Matthew sudah merencanakan semuanya. Aku berkata, “Aku tahu. Tuan muda tunggu saja beritaku.”

Malam hari itu, pukul sebelas lebih, aku mengikuti malam yang hening menuju Keluarga Park. Dengan kemampuanku, ingin menghindari pengawal dan kamera Keluarga Park. Memasukki rumah Keluarga Park tanpa seseorang menyadarinya merupakan hal termudah.

Saat ini lampu Keluarga Park masih trang, sepertinya masalah Zenit cukup membuat semua anggota Keluarga Park pusing, siapapun tidak bisa tertidur nyenyak. Aku masuk dari jendela belakang dan langsung berpanjat ke balkon kamar Richi. Aku lihat Richi sedang terbaring di ranjang menonton televisi. Wajahnya sama sekali tidak menunjukkan kesedihan, sepertinya masalah Zenit tidak membuatnya sedih.

Anak dari hasil dua orang bajingan memanglah berbeda. Zenit dan istrinya kedua bedebah itu, juga menghasilkan anak yang begitu tak berhati.

Aku membuka jendela dan masuk kedalam. Richi tiba-tiba memutar balik kepalanya. Setelah melihat diriku, sehingga wajahnya penuh ketakutan. Ia baru saja mau berteriak, aku langsung berlari kearahnya dan mencekik lehernya keras. Ia seperti seekot ayam mati yang memiring kepalanya kesamping, sambil membawa tatapan mata yang ketakutan.

Aku menaruh Richi kembali di ranjang dan memutar balik tubuhnya, serta membalutkan selimut di tubuhnya. Aku juga mematikan televisi dan lampu, untuk membuat Richi terlihat tidur. Aku kembali melalui jalan awal. Setelah keluar, aku menghubungi Armour. Ia menyuruhku naik taksi ke sebuah tempat. Ia bilang disana juga ada helikopter. Mereka sudah di dalam helikopter.

Aku naik mobil menuju lokasi. Setelah naik mobil, aku menggunakan telepon Alan untuk mengirim pesan singkat kepadanya, memberitahu aku akan pergi, teleponnya tidak akan dibawa pergi. Tapi kalau aku datang ke negara kimchi lagi, aku akan berkontak dengannyalagi. Selain itu, aku akan mengirim enam ratus juta untuknya, sebagai bayaran selama ini.

Selanjutnya, meskipun aku pergi, tapi orangku akan membantu Alan untuk memenangkan kepercayaan Micho dan bekerja di perusahaan Keluarga Park. Setelah lain kali aku datang ke negara kimchi, aku berharap ia bisa menjadi orang yang memberi informasi kepadaku.

Setelah mengirim pesan singkat, aku menghubungi Jessi. Beberapa hari ini, aku tidak ada waktu untuk menghubunginya, bertanya bagaimana keadaannya disana. Sebenarnya hatiku terus khawatir, takutnya terbocor masalah aku membunuh Denis. Atasan akan menghitung masalah ini padanya.

Panggilanku sudah mau terhubungi. Aku takut adanya jebakan, jadi aku memilih diam. Di sebrang sana, aku mendengar Jessi berkata, “Berani-beraninya kamu.”

Aku terdiam.

Aku tidak tahan, lalu tertawa. Harus diketahui nada ia mengatakan kode kepadaku terdengar sangat kocak. Jessi juga ikut tertawa setelah mendengar suara tawaku. Ia berkata, “Beberapa hari ini kamu baik-baik saja kan?”

Aku bilang, “Aku tidak apa-apa, ini bersiap untuk kembali ke Invincible Empire. Sekarang aku paling khawatir kepadamu, aku takut kematian Denis akan membawa masalah untukmu.”

Jessi mendehem pelan dan berkata, “Ia mati dengan tidak puas, apalagi kondisi malam itu terburu-buru. Orang kalian memiliki kemampuan yang lebih baik dari bayangan kita, jadi pertarungan kita juga tidak berjalan begitu lancar. Dibawah kondisi seperti ini, Denis kehilangan nyawa juga sudah diperkirakan.”

Aku tertawa dengan tak berdaya dan bertanya, “Apakah atasan akn percaya dengan alasan seperti ini?”

Jessi membalas dengan percaya diri, “Tidak percaya? Mereka bisa mencari bukti kalau mereka tidak percaya. Mereka juga tidak berani asal berbicara kalau tidak menemukan bukti, apalagi kamu adalah pembantu terbesar di Hua Xia. Siapa yang berani melawanmu dengan masalah ini? Kalau gitu, biarkan anaknya yang jadi mata-mata di Invincible Empire.”

Seketika aku senang. Bajingan yang memiliki jabatan tinggi dan kekuasaan tinggi, bagaimana mungkin merelakan anaknya untuk datang ke Invincible Empire yang berbahaya?

Aku menghela nafas dan berkata, “Aku tidak takut mereka tahu aku yang membunuh Denis dan tidak takut dihukum. Aku hanya takut mereka bisa menyusahkanmu karena ini. Kalau kamu baik-baik saja itu bagus.”

Jessi membalasku kembut, “Tenang saja. Aku akan menunggumu kembali disini dengan baik.”

“Baik, ketemu saat itu.” ujarku tak rela.

Jessi berdehem pelan, aku mengatakan sampai jumpa, lalu aku menunggu ia mematikan panggilan, tapi ia tidak melakukannya. Aku berkata dengan lembut, “Matikanlah.”

Sedangkan Jessi berkata, “Kamu dulu.”

Aku bilang, “Tidak, kamu dulu.”

Jessi tertawa pelan dan berkata, “Kalau gitu, aku dengar lagi.”

“Dengar apa?”

Jessi terdiam sesaat, lalu berkata dengan serius. “Mendengar suara nafasmu, suara jantungmu, suara keramaian di tempat kamu berada, suara angin yang menerpa, suara mobil yang berlalu, suara langkah kakikmu, suara masa depanku.”

Ucapan Jessi seperti permen yang terbalut madu, pelan-pelan mencair di hatiku. Hanya saja permen ini sedikit sama, sehingga terasa asam saat merasakan manisnya.

Asam.

Benar, sangatlah asam.

Wanita yang kucintai menganggapku sebagai masa depannya. Tetapi kapan aku bisa memberinya keluarga yang tenang? Aku selalu mengatakan pada diriku sendiri untuk semangat, agar cepat kembali ke sampingnya. Tapi janji ini tidak pernah terkabulkan sejak aku berusia dua lima tahun hingga aku yang tiga puluh tahun sekarang. Kadang aku merasa diriku tak berguna, membuat wanita yang kucintai menunggu begitu lama.

Aku memegang teleponku dan berkata, “Jessi, aku nyanyikan lagu untukmu?”

Suara tawa Jessi bagai aliran air yang terdengar disamping telingaku. Ia bilang, “Baik. Aku paling suka mendengarmu menyanyi.”

Aku membersihkan tenggorokanku dan bernyanti dengan serius. “Sayangku tiap hari terus mematahkan tangkai pohon. Kamu disana, terus menatapiku di tepi sungai sebuah desa. Sayangku tiap hari terus mematahkan tangkai pohon. Kamu disana, diam-diam menungguku di tepi sungai.”

......

“Pelanggan toko terlalu banyak. Apakah ada rumput? Kudaku agak kurus. Dunia tanpa batasnya, wajah yang terlihat kesepian, aku yang merindukan kampungku. Rindu dititip ke kacang merah, melayang tak berdaya dalam keramaian. Hati sangatlah terluka. Sayangku sedang menungguku di Jiangnan, tanpa banyak mengeluh. Sayangku tiap hari terus mematahkan tangkai pohon. Kamu disana, diam-diam menungguku di tepi sungai.”

”Sayang, aku banyak berhutang kepadamu, kepadamu...”

Di sebrang sana terdengar suara isak. Aku berkata dengan merasa bersalah. “Maafkan aku, padahal ingin membuatmu senang, tapi kamu menangis.”

“Bagaimana kamu tahu aku menangis karena sedih?” ujar Jessi dengan tertawa pelan. “Alwi, cepatlah pulang nikahi aku.”

“Baik.”

Betapa kita berdua tak rela, tapi aku dan Jessi juga memutuskan panggilan, lalu aku merusak telepon dan kartu teleponnya. Tak lama kemudian, aku tiba di lokasi tujuan. Aku membereskan perasaanku, seperti tidak terjadi apapun dan naik ke helikopter. Saat ini Armour sedang terduduk santai di pesawat, sambil menggoyangkan gelas anggurnya dan memandangku senang.

Aku berkata, “Tuan muda, misi berhasil.”

Armour mengangguk kepalanya dan berkata dengan puas. “Alwi, kamu memang tidak pernah membuatku kecewa.”

Setelah itu, ia berkata ke samping, “Ayo berangkat.”

Helikopter dengan cepat dinyalakan. Armour menyuruhku duduk. Aku duduk disebrangnya, ia menuangkan anggur untukku. “Alwi, aku bersulang untukmu. Setiap kali saat aku bertemu dengan sesuatu yang berbahaya, kamu selalu membantuku. Aku sungguh berterima kasih.”

Aku mengangkat gelasnya dan berkata, “Tuan muda, melindungi Anda memanglah pekerjaanku. Anda tidak perlu berterima kasih kepadaku.”

Armour tertawa bersulang denganku, lalu minum seteguk, begitupula denganku. Aku melihat sekeliling dan bertanya dengan penasaran, “Dimanakah Fox?”

Senyuman Armour tiba-tiba menghilang. Ia berkata, “Kamu akan tahu dimana orang itu setelah tiba di Invincible Empire.”

Hatiku merasa tidak tenang melihat senyuman licik yang terpasang di wajah Armour. Jangan-jangan Armour menemukan sesuatu. Apakah Fox ditangkap? Aku coba-coba bertanya, “Ada apa? Apakah ia memiliki misi juga?”

Armour berkata, “Misi? Ia selamanya tidak akan memiliki misi.”

Hatiku merasa makin tidak tenang. Apa maksud dari ucapan Armour? Aku tahu jelas bahwa identitas Fox sudah ketahuan. Tapi bagaimana bisa? Padahal aku sudah mengingatnya setiap kali, agar ia jangan menghubungi orang-orang tim dan juga harus menahan diri, untuk melindungi identitasnya, kalau tidak, aku mungkin tidak akan menolongnya demi menolong diriku. Aku tidak berharap ia terjadi sesuatu.

Meskipun Fox terlihat sangat kasar, tapi pikirannya sangat teliti. Ia mengerti keadaanku, jadi tidak mungkin mencari masalah untukku. Ia selalu waspada terhadap kata-katanya dan mengikuti jejakku, bisa dikatakan tidak pernah melanggar maksudku. Tapi bagaimana mungkin identitasnya bocor?

Hal yang membuatku tidak tenang adalah apakah identitasku juga terbongkar karena Fox? Kalau begitu, mengapa Armour masih bertindak seperti itu kepadaku? Jangan-jangan ia sedang membawaku pulang dengan menenangkan perasaanku, hingga ia bisa menjaminku tidak kabur setelah tiba disana?

Kalau sesuai dengan tebakanku, bukankah aku cari mati untuk kembali ke Invincible Empire? Aku semakin tidak tenang semakin kupikir dan kebetulan aku juga tidak boleh menunjukkan perasaan ini. Rasanya sangat tidak nyaman!

Aku berpura-pura mengernyitkan dahi merasa sayang. Aku berkata, “Tuan muda, apakah ia membuat Anda kesal? Anak itu kurang bisa dalam berbicara dan keras kepala. Tapi seharusnya ia setia kepada Anda. Apakah Anda lupa lengannya pernah terluka demi menolong Anda malam itu?”

Armour mendengus pelan dan berkata, “Semua itu ia berpura-pura.”

Hatiku mencelos, tak mengerti mengapa Armour begitu pasti bahwa Fox adalah pengkhianat. Tapi aku tahu kalau membantu Fox lagi, maka Armour akan mencurigaiku, lebih baik pura-pura percaya dengan pikirannya. Tunggu tiba di Invincible Empira, aku bisa menolong Fox keluar seperti saat menolong Jessi.

Hatiku sedang merencanakan, tapi aku berkata dengan santai, “Aku tak sangka ia adalah pengkhianat, kalau gitu, aku tidak akan menolongnya hari itu.”

Aku berkata dengan rasa menyesal. “Tuan muda, masalah ini salahku, salah aku tidak bisa mengenal orang. Tunggu tiba nanti, aku akan menerima hukumanmu.”

Armour berkata, “Tidak perlu, kamu sudah melakukan misi dengan baik. Kali ini balik ada hadiah untukmu.”

Aku tidak memerlukan hadiah. Sekarang aku khawatir bagaimana dengan keadaan Fox dan bagaimana identitasnya bocor?

Novel Terkait

Harmless Lie

Harmless Lie

Baige
CEO
4 tahun yang lalu
Siswi Yang Lembut

Siswi Yang Lembut

Purn. Kenzi Kusyadi
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Istri kontrakku

Istri kontrakku

Rasudin
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Gue Jadi Kaya

Gue Jadi Kaya

Faya Saitama
Karir
3 tahun yang lalu
Unlimited Love

Unlimited Love

Ester Goh
CEO
4 tahun yang lalu
Diamond Lover

Diamond Lover

Lena
Kejam
3 tahun yang lalu
Hei Gadis jangan Lari

Hei Gadis jangan Lari

Sandrako
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
My Perfect Lady

My Perfect Lady

Alicia
Misteri
4 tahun yang lalu