Cinta Dibawah Sinar Rembulan - Bab 276 Jadilah Ratuku

“Karena engkau telah datang, keluarlah! Janganlah bersembunyi lagi”

Setelah aku selesai berkata demikian, ada sebuah bayangan orang yang keluar dari belakang pohon besar. Sinar rembulan yang lembut, bayangan pepohonan yang berbintik-bintik, orang itu berdiri di bawah pohon terlihat wajahnya yang cantik yang membuat orang yang melihatnya terpana. Dia berpakaian setelan olahraga yang memperlihatkan lekukan badan yang begitu indah. Dia berdiri tegak di depanku, memandangku dengan pandangan yang tegas tanpa ada sedikitpun kecemasan dan bertatap mata denganku, kemudian bertanya,”Apakah kamu mau membunuhku?”

Sebatang bunga mawar berduri ini, tak lain adalah Claura yang harusnya sudah meninggalkan Nanjin.

Aku ingin merokok, tapi aku takut meninggalkan jejak. Aku pun menaruh batang rokok yang baru saja aku keluarkan di sela daun telingaku. Sambil melihat Claura secara keseluruhan, aku berkata,”Kapan kamu pergi.”

Claura termenung sejenak, sambil mengerutkan kening berkata,”Kamu tidak takut aku bakal membocorkan peristiwa yang terjadi malam ini?”

Dia sangat pintar, jadi dia dapat dengan mudah mengerti apa yang aku maksud. Dia tahu bahwa aku tidak akan menyelidik lebih dalam mengenai dia yang mengintip. Tetapi,aku masih tetap tidak bisa melihat dia masih berada di Nanjin. Maksud dar perkataanku ada dua maksud. Yang pertama adalah perpisahan dan yang satunya lagi adalah sebuah perintah.

Aku malah bertanya balik padanya,”Apakah kamu ada meninggalkan bukti?”

Claura menggeleng kepalanya. Aku sambil tersenyum berkata,”Kalau begitu, silahkan dengan senang hati kamu membicarakannya ke orang luar. Aku malah ingin melihat, siapa yang bakal percaya dengan omonganmu itu. Lagipula, aku merasa kamu tidak akan membocorkannya.”

Claura dengan dingin tertawa dan berkata,”Mengapa kamu sebegitu yakin dengan hal itu? Kamu masih mengganggap aku itu Claura yang seperti dulu? Aku beritahu padamu, aku akan menangkapp segala kesempatan untuk menghancurkanmu! Jadi, kalau kamu tidak ingin dihancurkan olehku, sebaiknya kamu mencari cara untuk menanganiku, tidak usah berkata hal-hal yang sok bijak padaku!”

Aku tidak berkata apa-apa, tapi Aiko yang di sampingku segera berjalan menuju Claura. Aku ingin berteriak untuk memberhentikannya, tapi Donny Yun malah menahan lenganku dengan maksud agar aku tidak ikut campur dalam hal ini. Aku meghela napas di dalam hati, hanya memandangi Aiko yang ingin memukul Claura. Claura dengan sigap menghindar ke samping, tapi dia tidak bisa menghindar gerakan dari Aiko. Dengan cepat, Aiko menangkap lengan Claura dan menolaknya di pohon. Aiko dengan satu tangan menahan Claura dan tangan satunya lagi mencari benda yang ada di tubuh Claura. Yang ditemukan adalah sebuah telepon selular dan juga sebuah pisau kecil.

Aiko melempar telepon selular dan pisau kecil itu ke aku dengan maksud agar aku memeriksanya. Aku mengambil telepon selularnya dan mencari tahu isi dalamnya, namun aku tidak menemukan sesuatu di dalam sana. Lalu aku memeriksa pisau kecil itu dan tidak menemukan apapun juga di dalam sana. Setelah memastikan bahwa aku tidak mendapatkan sesuatu di dalam sana, Aiko baru melepaskan Claura dan berkata,”Claura, kamu dengar perkataanku saat ini! Kebaikanmu kepada Lidia itu hanyalah sebuah balasanmu untuk kejahatan yang sudah kamu perbuat kepada Alwi! Kamu dan Alwi sejak awal memang bukan orang di jalan yang sama. Dan juga mengenai Ayah kandungmu, dia memang berutang nyawa pada Alwi. Memangnya kamu punya alasan apa untuk membalaskan dendamnya? Aku beritahu kepadamu, jika aku mengetahui bahwa kamu ingin berbuat sesuatu yang mencelakai Alwi, aku setiap saat akan mengincar nyawamu.”

Setelah selesai berkata, Aiko pun berbalik dan kembali ke sampingku. Claura mengigit bibirnya, mukanya berubah menjadi merah, pandangan yang penuh kebencian ditujukan kepada Aiko. Kemudian dia berkata sesuatu yang tidak aku sangka,”Aiko, apa yang kamu pamerkan dari perkataanmu tadi? Apa yang aku lalui sekarang , suatu saat akan kamu lalui juga, bukan?”

Aku mengerutkan kening sebentar dan melihat wajah Aiko yang sudah pucat. Aku pun dengan pelan menepuk tangannya dan berkata,”Tidak usah perdulikan dia.”

Selesai berkata, Aku menyuruh mereka naik ke mobil dulu dan menungguku disana. Aiko dengan pandangannya yang bingung menatapku sekilas dan kemudian berbalik meninggalkanku. Sulistio menyuruhku untuk berhati-hati dengan Claura kemudian pergi juga. Setelah mereka semua pergi, aku dengan pelan berjalan ke depan Claura dan mengembalikan telepon seluler dan pisau kecil,”Claura, ini barangmu.”

Claura dengan wajah tanpa ekspresi mengambil kembali barangnya. Hari ini dia memakai sepatu tanpa hak, sehingga aku lebih tinggi dari dia dan memandangnya dari pandangan yang tinggi dan berkata,”Bagaimanapun, aku sangat berterima kasih dengan semua yang kamu lakukan untuk Lidia. Meskipun kamu dan aku ditakdirkan untuk menjadi musuh. Selamat jalan, semoga di tempat baru kamu bertemu dengan orang yang baru.”

Setelah itu, aku berbalik untuk pergi. Tetapi di saat ini juga, aku merasakan aura pembunuhan yang sangat kuat. Aku segera mengelak ke kiri dan ke kanan menghindari Claura. Kemudian aku pun menangkap pergelangan Claura dan dengan kuat menekannya , pisau kecilnya pun jatuh ke bawah. Aku melihat dia dan dia menatapku sambil berkata,”Kamu sudah lihat kan? Kalau kamu melepaskanku tidak akan aman. Aku ingin membunuhmu, sangat ingin membunuhmu.”

Di detik ini juga, pandangan mata Claura memancarkan aura putus asa. Hatiku tiba-tiba merasa sakit kemudian menghela napas. Lalu, aku memeluknya, mengelus kepalanya dan berkata,”Aku tahu kamu membenciku, tapi aku juga tahu kalau kamu mencintaiku. Aku tahu kamu tadi bukan benar-benar ingin membunuhku. Ini hanyalah caramu agar aku menanganimu, mau membuatku untuk melenyapkan perasaanmu padaku yang tersisa sedikit itu ataupun membuatmu menetap di Nanjin dan gila sendiri dengan perasaan suka dukamu yang membuat dirimu sendiri semakin menderita, membuatmu hanya dapat melihatku secara diam-diam. Tapi, aku tidak sanggup melakukannya, Claura. Aku hany bisa mengucapkan ‘sampai jumpa’ padamu dan berharap saat berjumpa lagi, aku tidak melihat adanya bayanganku pada dirimu. Aku berharap ada senyuman di wajahmu.”

Aku pun melepaskan pelukanku pada Claura. Aku melihat ekspresinya seperti kehilangan arwah. Aku tidak mengatakan apapun, berbalik dan melangkah dengan langkah yang besar.

Di belakang ada Claura yang menderita dan kesal sambil berteriak,”Alwi, kamu benar-benar tidak membujukku untuk tinggal? Jika kamu tidak membujukku, aku akan melakukan sesuatu yang membuatmu menderita. Apakah kamu yakin… yakin ingin melepaskan aku untuk pergi? Alwi… mengapa kamu begitu tega? Kamu sebenarnya tahu jika kamu mengatakan bahwa aku mencintaiku, mungkin aku bisa melepaskan semua kebencian dihatiku. Tapi mengapa… mengapa…..”

Aku berdiri di salah satu anak tangga, aku tidak menoleh dan berkata,”Karena aku tahu, kamu selamanya tidak akan bisa melepaskan dendam atas kematian ayahmu, begitu juga denganku. Jadi, kita berdua tidak ada sedikitpun kemungkinan untuk bersama.”

Setelah mengatakan itu, aku segera turun gunung menuju mobil Sulistio dan berkata,”Ayo, pergi.”

Sulistio segera menjalankan mobilnya, diikuti dengan mobil Donny Yun dari belakang. Aiko mengulurkan tangannya untuk mengambil daun yang ada di rambutku dan berkata,”Kamu membiarkan dia pergi hanya karena kamu tidak sanggup untuk melukainya. Sayangnya, dia mungkin tidak mengerti.”

Aku melihat ke arah cermin yang menghadap ke belakang, melihat makam yang kini kian jauh. Aku dengan pelan berkata,”Dia mengerti ataupun tidak itu tidak masalah, aku hanya berharap tidak ada penyesalan di hati.”

Setelah mendengar jawabanku, Aiko tidak mengatakan apapun lagi dan aku segera menelepon ke Chris. Telepon hanya terhubung sebentar dan aku segera mematikannya. Ini adalah isyaratku kepada Chris. Dengan cepat, dari pihak polisi ada yang datang untuk membawa pergi jasad Johan. Mulai detik ini hingga seterusnya, tidak akan ada lagi Tuan Muda Keluarga Ye yang akan bertingkah.”

Nody dengan pelan berkata,”Ayah anak Keluarga Ye sedang mengalami hal terpuruk. Kekuatan keluarga Ye sepertinya juga mengalami kerugian yang besar. Tapi Chris malah sangat bersemangat, dia juga sangat gigih. Jika tidak ada pikiran lain dari atasan, pasti akan membiarkan dia menduduki posisi pertama .”

Sulistio berkata,”Ini bukankah hal yang sangat baik? Orang itu sekarang sangat mendengarkan Kak Alwi. Jika ia menduduki posisi pertama, maka seluruh Nanjin ini akan mendengarkan kata-kata Kak Alwi kan?”

Aku mengedipkan mataku dan berkata,” Chris tidak boleh menduduki posisi itu.

Sulistio merasa heran dan bertanya kepadaku mengapa demikian?

Nody berkata,”Apa yang Alwi katakana itu benar, Chris tidak boleh naik ke posisi itu. Karena meskipun dia takut pada Alwi, tapi mungkin saja dia selalu menantikan kematian Alwi. Di saat kondisi seperti itu, apakah kamu berpikir dia akan dengan tulus membantu Alwi? Takutnya dia di belakang merencanakan sesuatu untuk melukai Alwi dengan bersekongkol dengan Salim sialan itu.”

Aku mengangguk dan berkata,”Chris pasti akan berpikir seperti itu. Jika tidak, disaat ia memberikan semua bukti padaku, dia akan sekaligus memberikan bukti kejahatan Salim yang membuktikan bahwa Salim dan Johan itu bersekongkol. Tapi dia tidak, dia hanya memberikan bukti kejahatan Johan padaku. Itu membuktikan apa? Ini membuktikan bahwa Chris menghapus percakapan diantara dia dan Salim dengan bersih.”

Sulistio dengan penasaran bertanya,”Mengapa sangat yakin kalau itu sudah dihapus? Mengapa bukan merasa kalau Salim sama sekali tidak pergi mencari Chris?”

Aku dengan tenang berkata,”Aku sudah menyuruh Kak Mondy untuk mengutus orang mengikutinya. Di hari itu, dia bertemu dengan Johan dan juga Salim. Apakah kamu merasa Salim tidak akan berbicara sepatah kata pun? Chris ini, aku sudah pernah memberikan satu kesempatan padanya. Jika ia tidak menolak kesempatan ini, maka aku akan membuat dia bertanggung jawab atas pilihannya sendiri.”

Sulistio menanyakan seprti apa rencanaku. Aku mengatakan bahwa ini tidak terburu-buru, biarkan Chris bahagia dulu sementara waktu. Tunggu tindakannya selanjutnya, maka di saat itu adalah hari kiamat baginya.”

Setelah selesai berkata, aku melihat jam dan berkata kepada Sulistio,”Oh ya, Sulistio, bagaimana dengan tugas yang aku berikan padamu kemaren malam?”

Sulistio dengan senang berkata,”Aku mengerjakannya dengan sangat baik.Kak Alwi, apakah kamu ingin pergi ke sana sekarang?”

Aku menganggukan kepala dan berkata,” Ya, sekarang pergi. Aku telepon Donny Yun dulu, bertanya apakah dia mau pulang untuk beristirahat atau ikut dengan kita untuk meramaikan.”

“Baiklah.”

Aku pun menelepon Donny Yun, mengatakan kepadanya bahwa kami ingin pergi ke Sanny Club dan bertanya apakah dia berminat untuk ikutserta. Dia mengatakan bahwa dia ikut. Kami pun segera mengarahkan ke perjalanan menuju Sanny Club. Di perjalanan, kami berpapasan dengan beberapa mobil polisi. Aku berpikir bahwa polisi ini selamanya tidak akan pernah berpikir bahwa aku yang sebagai pembunuh dapat duduk di mobil ini dan berpapasan dengan mobil mereka.

Aku sepertinya sudah berubah. Dulu kalau membunuh satu orang, hatiku tidak akan tenang. Aku akan takut bahwa hal ini akan diketahuan dan masuk ke penjara. Tapi sekarang aku sama sekali tidak memikirkannya, seperi tidak takut apa yang akan datang menghampiriku. Karena aku yakin tidak akan terjadi apapun pada diriku sendiri pada akhirnya.

Setengah jam kemudian, kami telah tiba di Sanny Club.

Aiko dengan heran bertanya,”Mengapa Sannt Club kelihatannya sangat sepi? Begitu pagi sudah tutup ya?”

Aku tertawa kepadanya dan berkata,” Benar, aku ingin ketenangan. Jadi aku meliburkannya hari ini. Ayoklah, Kak, kita masuk untuk melihat-lihat.”

Aiko mengganggukkan kepalanya, aku menarik dan berkata,”Aku masih ingat saat aku dan Kak Toba pertama kali datang ke sini mencarimu kamu memakai setelan Baju Shanghai dan duduk menikmati anggur merah disana. Pemandangan hari itu masih terbayang di kepalaku. Aku yang di saat itu tidak mengharapkanmu untuk menyukaiku. Aku merasa hanya dengan menjadi pengikut kecilmu saja sudah merasa bahagia. Tapi setelah waktu berlalu, siapa yang tahu bahwa aku akan menggandeng tanganmu dan datang ke tempat ini lagi. Hidup ini memang penuh dengan kejutan.”

Aiko tersenyum tipis dan berkata,” Itu benar, aku yang disat itu juga tidak berpikir akan jatuh hati padamu karena kamu yang disaat itu benar-benar sangat payah.”

Aku tahu bahwa dia hanya bercanda sehingga aku tidak kuasa menahan tawa. Sambil mengelus hidung aku berkata,”Aku yang disaat itu memang benar sangat payah, tapi aku yang sekarang dengan keyakinan penuh berkata padamu. Kak, aku akan melindungi dirimu selamanya, tolong jangan pernah meninggalkan aku ya. Jadilah wanitaku, ratu dalam hidupku, ok?”

Novel Terkait

Villain's Giving Up

Villain's Giving Up

Axe Ashcielly
Romantis
4 tahun yang lalu
The Great Guy

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
4 tahun yang lalu
My Cute Wife

My Cute Wife

Dessy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Eternal Love

Eternal Love

Regina Wang
CEO
4 tahun yang lalu
Istri kontrakku

Istri kontrakku

Rasudin
Perkotaan
4 tahun yang lalu
My Charming Lady Boss

My Charming Lady Boss

Andika
Perkotaan
5 tahun yang lalu
Love and Trouble

Love and Trouble

Mimi Xu
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Memori Yang Telah Dilupakan

Memori Yang Telah Dilupakan

Lauren
Cerpen
5 tahun yang lalu