Cinta Dibawah Sinar Rembulan - Bab 701 tolong kamu lepaskan aku

Setengah jam kemudian, aku menerima sebuah kabar, bahwa tujuh orang itu sudah menyamarkan identitas mereka, dan sedang bersiap untuk pergi dengan pesawat. yang pada akhirnya ditangkap dan dihabisi oleh orang suruhan kota Beijing, mati enam orang, hanya tersisa satu orang yang bertahan, sedangkan yang memimpin penangkapan itu adalah teman lamaku, ayah Felicia, Jay.

Tak disangka Jay si orang penting ini, berpartisipasi langsung dalam operasi ini, bahkan yang lebih tak diduga lagi, Ia belum meninggalkan kota Nanjin, sebaliknya Ia membiarkan orang lain mengawal sandera itu kembali ke Beijing , sedangkan Ia sendiri tinggal di kota Nanjin, tidak tahu mengapa.

Walau bagaimanapun, operasi yang hampir saja merenggut nyawaku, krisis yang membuat semua orang gelisah dapat dibilang sudah terangkat, juga harus dikatakan bahwa pekerjaan yang dilakukan atasan sangat efesien, tentu saja, kalau tidak ada kami yang memberikan informasi, mereka tidak mungkin menyelesaikan misi secepat itu.

Malam hari ketika makan, aku berkata kepada Felicia : kak Felicia, paman sekarang ada di Nanjin, apa kakak tahu akan hal ini?”

Felicia mengerutkan alisnya, terkecuali berkata : ”tidak tahu, untuk apa Ia datang?

Seselesainya berbicara, Ia tiba-tiba tampak seperti tersenyum melihatku, lalu mulai tertawa sambil berkata : “adik kecil, kamu lihat aku tinggal disini, kamu tidak senang ya? Sehingga kamu diam-diam memanggil ayahku kemari? Kalau benar begitu, kakakmu ini akan sangat sakit hati lho.”

Seselesainya Felicia berbicara, aku merasa ada sebuah kaki yang menyelinap dari tulang keringku menuju bagian pahaku, aku kembali menatap Felicia, lalu tampak warna kemerahan dipipinya, sepasang matanya membawa kelembutan yang dapat menetes.

Aku tidak merubah nada suaraku dan mengesampingkan kaki itu, sambil tertawa berkata : ”kak Felicia sedang bicara apa? Apa aku orang yang seperti itu? Beliau datang untuk menyelesaikan sebuah misi, setelah menyelesaikan misi Ia tidak pergi, aku curiga sepertinya Ia sudah tahu keberadaanmu disini, jadi aku ingin lebih awal memberitahumu.”

Felicia mengangkat alisnya, menarik kakinya, pikirannya teralih lalu berkata : “mungkin beliau mempunyai misi lain.”

Melihat Felicia yang sepertinya tidak ingin membahasnya, aku juga tidak melanjutkan pembicaraan itu, hanya saja hatiku selalu berdebar-debar, selalu merasa akan ada masalah yang segera muncul, perlu diketahui sejak lahir aku mempunyai firasat yang tajam akan hal-hal buruk; biasanya saat aku merasa bahwa hal buruk akan segera terjadi, firasatku ini tidak mungkin salah, sehingga aku agak gelisah, apa mungkin sesuatu akan terjadi?

Setelah menyelesaikan makan malam, aku baru saja bersiap untuk kembali ke kamar, kemudian Felicia memegang erat-erat lenganku, berkata : “Alwi, hal yang kamu janjikan padaku itu, apa masih berlaku?”

Pada saat ini posisi kami berdua sangat dekat, dadanya menempel pada pundakku, sentuhannya membuat hatiku terasa seperti dialiri listrik, aku kemudian memposisikan badanku kearah lain dengan gerak-gerik tidak wajar, lalu bertanya : ”Maksudmu pergi menemanimu ke kuil jiwa itu?”

Felicia tersenyum manis, berkata : ”iya, rupanya kamu masih ingat, kudengar besok ada seorang guru besar yang datang untuk mengajar, aku ingin pergi menghadirinya, kamu temani aku ya.”

Aku dengan tidak enak hati berkata : ” Begini tidak baik, ayahmu ada disini, seandainya beliau melihat kita berdua sedang bersama, lalu salah paham ada sesuatu yang mencurigakan diantara kita itu tidak bagus, reputasiku tidak akan bermasalah, tapi kamu adalah seorang perempuan......”

Tidak menungguku selesai bicara, Felicia langsung memotong : ”aku tidak peduli!”

Responnya yang ekstrim, membuatku tercengang, ia juga tampak demikian, namun wajahnya sekejap berubah menjadi senyuman, lalu berkata : “dan lagi, memangnya kenapa kalau ayahku disini? Guru besar ini sangat hebat, jarang sekali keluar mengajar untuk umum, kalau dilewatkan, aku tidak tahu kapan akan bertemu dengannya lagi, apalagi, Nanjin adalah daerahmu, kalau ingin melarikan diri dari ayahku, bukanlah sesuatu yang sulit bagimu kan?”

Aku penasaran berkata : ”Sejak kapan kamu beragama Buddha?”

Felicia berkata : ”Hal ini tidak perlu kamu khawatirkan, ini adalah urusanku, aku hanya bertanya satu hal, kamu sebenarnya jadi tidak menemaniku?

Aku berkata : “kamu sudah berkata seperti itu, kalau tidak menemanimu, aku akan terlihat sangat jahat, pas sekali, aku juga ingin pergi menyembah Buddha untuk mengusir kesialan.”

Sambil berbicara, aku menatap penuh arti pada Nody yang berdiri tidak jauh dariku, Ia berkata : ”Aku dan Monica juga akan ikut, membersihkan aura buruk di badan.”

Felicia tampak mengetahui bahwa aku akan menarik rombongan, Ia tidak peduli, sebaliknya tersenyum berkata : ”kalau begitu aku istirahat dulu ya, oh ya, Alwi, malam ini jangan lupa pergi ke kamarku ya.”

Saat Felicia mengatakan kalimat tersebut, Ia sengaja mendekatiku dengan sangat dekat, berjinjit lalu mendekat ke telingaku, aromanya tercium harum bunga anggrek, membuat tubuhku lemas dan mati rasa, berdiri disana tidak berani bergerak, Felicia yang mengetahui reaksiku tampaknya sangat puas, bibirnya tersenyum, seperti rubah, tiba-tiba membuat orang terpesona.

Felicia kemudian berbalik pergi, melihat bayangan punggungnya, aku tidak mempunyai pilihan lain.

Setelah mandi, aku mulai membolak-balik dokumen yang Wita wang kirim padaku, didalamnya terdapat laporan keuangan dan rencana bisnis untuk kerjasama, untuk hal-hal seperti ini aku tidak ahli, hanya dapat melihat sekilas, lalu mengirim dokumen itu kepada Monika agar laporanku dikoreksinya, ada tidaknya masalah, apa sudah cukup komprehensif.

Tidak lama, telepon dari Felicia masuk, Ia bertanya mengapa aku belum pergi, walaupun sebenarnya aku tidak ingin pergi, namun memikirkan luka yang ada padanya, kemudian berpikir jika Monika yang kusuruh untuk pergi menemuinya, dapat dibayangkan bahwa suasana hatinya akan berubah buruk, sehingga aku hanya bisa mengambil obat salep dan pergi menghampirinya.

Setelah memasuki ruangan, aku langsung disambut dengan samar-samar aroma wewangian, tak disangka ini adalah aroma parfum kesukaan Jessi, aku curiga dan mengangkat kepalaku, dan melihat Felicia hanya memakai baju tidur model terusan berwarna merah dan sedang membaringkan diri diatas kasur, Ia berbaring menghadap pintu masuk, dua betis ramping berdiri di sana, berayun lembut, dan luka di kakinya tampak jauh lebih baik.

Melihat aku masuk, Ia meletakkan naskah didepannya, dan pemandangan gunung salju dihadapanku dipecah oleh seprai, dan Ia sama sekali tidak mengetahui hal ini, sebelah tangannya memegang pipinya, dan sambil tersenyum manis Ia berkata : ”Adik kecil, akhirnya kamu datang, aku kira kamu sudah tidak peduli lagi padaku, cepat kemari dan oleskan obat pada lukaku, Oh dan, cepat pijit pinggangku, pinggangku sore ini sakit sekali. “

Rupanya aku masih mempunyai sedikit pemikiran menawan , mendengar Ia mengatakan pinggangnya sakit, aku tidak memerdulikan apapun, bergegas mendekatinya dan bertanya : ”pinggangnya sakit sekali? Kenapa tadi tidak bilang ? ”

Felicia mengerucutkan bibirnya berkata : ”aku hanya tidak ingin terlihat lemah”

Melihat wajah Felicia yang cerah dan cantik, mencium aroma parfum yang paling Jessi sukai, hatiku terasa sakit. Aku tidak tahu mengapa Felicia tiba-tiba merubah parfumnya menjadi parfum yang Jessi sangat suka pakai, pada momen ini, aku bahkan merasa takut, aku takut Felicia akan menjadi Claura yang berikutnya.

Nun jauh di ingatanku, Claura sering merias dirinya seperti Jessi dan muncul dihadapanku, juga pernah memakai parfum ini, aku benar-benar takut......

Hanya saja, ketika melihat sepasang mata Felicia yang jernih dan berkaca-kaca, aku memberitahu diri sendiri, tidak mungkin, kak Felicia tidak mungkin begitu bingung, sikap Claura berubah seperti itu, karena keadaan jiwanya yang tidak sehat, Felicia tidak sama.....Ia tidak sama......

Felicia melihatku yang terus menatapnya, wajahnya terasa agak panas, mungkin tatapanku membuatnya salah paham, Ia tiba-tiba meraih leherku, lalu menarikku kearah ranjang, tanpa kusadari aku sudah terbaring diatas ranjang, hidungku dengan hidungnya bersentuhan, kamar itu dalam sekejap terasa hangat, aku menatap Felicia, Ia yang tersenyum manis bagai bunga juga menatapku, berkata : ”adik kecil, kamu sekarang sedang melakukan apa? ”

Aku berkata : “Kak Felicia, sepertinya kamu yang lebih dulu mencekik leherku.”

Felicia mulai tertawa dengan cantik, berkata : ”Apalagi kalau bukan karena tatapanmu yang barusan, membuatku berpikir maksudmu padaku? Jadi, untuk memuaskanmu, aku langsung memberimu kesempatan untuk meniduriku.”

Nafasnya menyambut wajahku, terasa familier, bagai digoda dewi SuMei, membuatku tidak dapat menahan diri, merangsang respons insting tubuhku, Tepat ketika Ia hendak menciumku, aku menghalangi bibir merahnya dengan tanganku, matanya cantiknya dipenuhi rasa kaget, bertanya : “Pengecut, kenapa? Takut kehilangan Jessi karena ini?”

Tentunya aku tahu bahwa ini adalah suatu metode yang radikal, namun aku tetap tenang dan mengangguk-anggukkan kepala, berkata : ”Betul, takut, jadi Kak Felicia, tolong kamu lepaskan aku.”

Aku mengatakannya sambil tersenyum, Felicia juga mendorongku sambil tersenyum, Ia kembali berbaring, dengan malas berkata : ”Aku mengagetkanmu ya, kamu tidak mungkin benar-benar mengira aku menyukaimu kan? Sebenarnya aku hanya mengujimu demi Jessi, kalau barusan kamu benar-benar menciumku, aku akan memberitahu Jessi, kamu bukanlah orang baik-baik, jangan sampai teman baikku kamu racuni, untungnya kamu bisa menahan godaan. Baiklah, oleskan obatnya padaku.”

Sambil berbicara Felicia memejamkan mata, menenggelamkan wajahnya dengan selimut, aku tidak tahu harus berkata apa, hanya mengoleskan obat dalam diam, setelah itu, memijit pinggangnya sebentar, pada momen ini, badannya mulai bergetar-getar, hatiku agak gelisah, aku kemudian bertanya : ”Kak Felicia, apa tenagaku terlalu besar, membuatmu sakit, hingga menangis?”

Felicia menjawab dengan santai : “aku, hah, tenaga seperti ini aku masih bisa tahan, aku hanya merasa gatal, lanjutkan saja, jangan pedulikan aku.”

Bagaimana bisa aku tidak mendengar suara serak isak tangis yang sangat terdengar dalam ucapannya, hanya saja Ia tidak ingin bilang, dan aku juga tidak ingin mengungkapnya.

Hanya begitu saja, setelah aku memijit pinggangnya, aku meninggalkan kamarnya, ketika aku sudah berada dikamarku, mengingat kejadian barusan, aku tak kuasa menghela napas dalam-dalam.

Lagi-lagi malam kesendirian yang ditemani insomnia, keesokannya pada pagi hari, Monika memberiku beberapa dokumen, aku menerimanya dan melihatnya sekilas, adalah dokumen yang kemarin kukirim padanya lewat komputer, tak disangka pagi hari ini Ia sudah siap mencetakkannya untukku, Ia tersenyum berkata : ”kamu sudah boleh menyimpan laporanmu, karena mereka disusun dengan sangat rapi, dan sangat bagus, aku hanya bisa mengatakan padamu, Alwi, kamu benar-benar seorang pembelajar mandiri yang jenius. “

Aku tersenyum berkata : ”Terimakasih banyak atas pujian yang berlebihan dari kakak ipar.”

Pada momen ini, Felicia keluar dari kamar, melihat tanganku yang memegang dokumen, dan melihat aku yang berpakaian seperti orang dunia barat, Ia bertanya : ”Kamu mau pergi kerja? “

Aku berucap datar : “Iya, hanya pergi sebentar, mengurus sesuatu, sehabis rapat pagi aku akan kembali, setelah kembali, aku akan menemanimu pergi ke Kuil Jiwa.”

Felicia sambil tersenyum manis berkata : ”Baiklah, aku akan menunggumu.”

Novel Terkait

Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu
4 tahun yang lalu
My Superhero

My Superhero

Jessi
Kejam
4 tahun yang lalu
Beautiful Love

Beautiful Love

Stefen Lee
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Doctor Stranger

Doctor Stranger

Kevin Wong
Serangan Balik
3 tahun yang lalu
Hei Gadis jangan Lari

Hei Gadis jangan Lari

Sandrako
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Marriage Journey

Marriage Journey

Hyon Song
Percintaan
3 tahun yang lalu
Cintaku Pada Presdir

Cintaku Pada Presdir

Ningsi
Romantis
3 tahun yang lalu
The Revival of the King

The Revival of the King

Shinta
Peperangan
3 tahun yang lalu