Cinta Dibawah Sinar Rembulan - Bab 15 Berkuasa

Felicia bertanya kenapa yang disini adalah aku si tak berguna, aku tidak marah karena sudah terbiasa, dan tampak jelas nada bicaranya tidak seperti Claura yang begitu merendahkan, dia hanya mengikuti Claura memberiku julukan itu.

Pikiran ku berputar dengan cepat hingga terpikir sebuah siasat untuk mendapatkan dua keuntungan, tetapi aku tetap tidak melakukannya.

Aku sangat ingin memberitahu Felicia agar dia lebih patuh, tidak melawan, aku juga tidak akan menyentuhnya, jadi kita harus bersama memikirkan solusi untuk keluar dari sini.

Tetapi aku dengan cepat menolak ide ini, karea aku tebak diruangan ini pasti ada kamera pengintai, Bang Badui tidak mungkin membiarkan ku begitu saja, dia pasti sedah mengamatiku.

Teringat sampai sini, aku hanya bisa menyerbu, kebetulan saat ini juga Felicia juga sedang berusaha untuk duduk, dia dengan membuka mulutnya yang sexy, tampak seperti ingin meminta tolong.

Jadi aku dengan sekuat tenaga mendorongnya, lalu karena gerakan ku sangat cepat, jadi badanku langsung terdorong ke badannya.

Aku dengan tangan menahan lehernya, sambil memberikan kode dari tatapan mata jika dia mengulah, aku akan membunuhnya.

Felicia tidak seperti Claura yang terlihat kuat, seketika dia langsung terbingung lalu dengan cepat menggelengkan kepalanya terhadapku mengatakan bahwa dia akan diam-diam.

Aku menekannya sambil merasakan tubuhnya yang lentur, membuat sekujur tubuh ku merasa kepanasan, dan semangat yang muncul karena insting. Kemudian masih ada reaksi yang muncul karena fokus pada paha Felicia

Aku menggigit lidahku untuk menenangkan diri. Lalu dengan sekuat tenaga menggendong Felicia, dan membiarkannya dalam pelukanku.

Dia mengira aku mau menelanya, dia memulai untuk melawan lagi, kemudian aku pura-pura seperti sedang saling berpukulan dengannya. Dan jelas jika Felicia sudah termakan obat, karena badan dia sangat lentur, lalu dengan cepatnya aku membawanya ke kamar mandi.

Aku sengaja berbuat begitu karena aku merasa kamar mandi adalah yang tempat paling aman, dan tidak mungkin ada kamera pengintai.

Setelah masuk kekamar mandi, aku tiba-tiba langsung menangkapnya dan menutup mulutnya dengan tanganku, kemudian memberikan tanda untuk diam.

Felicia adalah wanita yang pandai, dia mengerti ada yang mau kukatakan, ditambah lagi dia merasa sedikit ketakutan, jadi dia pun tidak melawan, melainkan mengedipkan matanya yang besar menunggu aku mengatakannya.

Jadi akupun mengetik diponsel dan memperlihatkannya, aku berkata: "Aku tidak ingin tubuhmu, aku juga dipaksa dan diutus oleh bos Badui kemari, dia mau aku menidurimu, dan merekam video, jika aku tidak melakukannya, dia akan membunuhku. Diruangan itu pasti ada kamera pengintai, jadi aku menarikmu ke kamar mandi untuk menjelaskan padamu.

Felicia dengan tatapan meragukan melihatku, dia tampak seperti tidak percaya, aku lanjut mengetik: Apa aku perlu membohongi mu? Jika memang aku ingin menidurimu, aku sudah melepaskan bajumu saat kamu membuat gaya sexy tadi.

Wajahnya menjadi merah yang tampak sangat mempesona membuatku tidak tahan untuk menjilat bibirku sendiri.

Dia dengan cepat berketik menanyakan: Jadi kita harus bagaimana? Apa aku perlu memanggil polisi?

Aku mengetik: Kamu ingin aku mati? Diluar pasti ada utusan dari Bang Badui yang sedang menjaga, kita pura-pura melakukan hal itu, dan merekam video, kita memalsukan dulu baru menolong mu keluar.

Felicia dengan sibuk memeluk dadanya, lalu dengan ketakutan melihatku, bertanya: "Kamu beneran ingin aku tidur denganmu? Aku tidak akan setuju!

Felicia yang tampak menawan itu sangat menggoda orang, aku mengalihkan pandangan lanjut mengetik: Bukan, kita hanya berpura-pura saja, kita merekam sebuah video pemalsuan untuk meloloskan diri.

Seketika dia mengerti, tapi dia masih sedikit meragukan, aku melototinya sambil menunjuk arah luar, yang berarti jika dia tidak setuju, maka kita semua akan mati.

Akhirnya dia menyetujuinya, jadi kita tiba-tiba menjadi saling menarik, aku membuka kemeja putihnya, hingga semua kancing terbuka.

Terakhit aku menarik rambutnya, mengeluarkan ponsel untuk merekam.

Tingkat akting Felicia sangat hebat, dia mulai menjerit meminta tolong, dan aku pura-pura tidak mendengarnya.

Aku dengan sadis menahan kepalanya ditoilet, lalu membuka baju sendiri dan menyerangnya.

Kemudian aku menyerangnya terus menerus, awalanya dia masih melawan, tetapi perlahan dia menjadi menerima, lalu terdengar suara desahan yang lembut, sungguh sangat menggoda.

Aku perlahan mulai tergoda, tetapi aku harus menahan diriku untuk berpura-pura saja, dan tidak memasukinya.

Sudut rekaman aku sangat baik, membuat kita terlihat seperti sedang melakukannya, padahal sebenarnya itu hanyalah akting.

Kita terus menerus berakting selama 30an menit, terakhir Felicia tergeletak diatas toilet, aku harus mengakui bahwa aktingnya sangat bagus, dia masih bergetar sebentar diatas toilet hingga membuatku hampir tidak bisa menahan diri.

Setelah selesai, kita langsung membereskan baju kita, lalu aku membawanya keluar dari toilet.

Felicia dengan suara ringan terus menerus menangis, tidak tahu memang aktingnya yang hebat atau karena memang dia tersiksa karena aku. Tetapi dilihat dari gayanya, laki-laki sesadis apapun tetap bisa luluh padanya.

Aku membantu dia berdiri lalu berjalan keluar kamar.

Barusan berencana pergi, tiba-tiba datanglah seseorang dari lorong, dan itu adalah Eddy.

Aku tahu kedatangan dia pasti diutus oleh Bang Badui, dan seperti yang ku prediksi, dia tidak akan membiarkan kita pergi dengan begitu mudah, dia pasti haru memeriksa hasil ini. Dan orang yang diutusnya kemari adalah Eddy, jadi Bang Badui ini memang sangat licik. Karena dia memberikan masalah ini kepada Eddy, berarti dia percaya dengannya, tetapi kemungkinan sebelumnya dia mengusir Eddy itu hanya dibuat buat saja, makanya Eddy bisa secepat ini balik kerja.

Eddy langsung datang kesisiku, dia langsung mengetik: Sudah siap belum, mana videonya?

Kemudian aku memberinya video yang kurekam, senyuman diwajahnya terlihat sangat licik dan seakan-akan dia sedang menonton film.

Aku mengambil balik ponsel menyuruhnya pergi.

Dia melambaikan tangannya menyuruh ku pergi, jadi aku membantu Felicia lalu lanjut berjalan.

Tapi aku tidak pernah berpikir bahwa Eddy langsung datang memukul kepalaku, sambil berkata: "Dasar berengsek, kamu berencana membawa wanita ini pergi setelah melakukannya. Enak saja, aku belum melakukannya."

Setelah itu, dia langsung merebut Felicia, lalu menariknya kedalam ruangan lagi.

Obat dalam tubuh Felicia belum habis, jadi dia tidak sempat melawan langsung didorong Eddy ketempat tidur.

Suara Felicia sedikit serak, dia mendorong Eddy sambil menjerit: "Lepaskan aku, jauhkan tangan kotormu, jangan sentuh aku."

Eddy langsung senyum dan berkata: "Kenapa pura-pura polos saat dengan ku. Tadi barusan saja ditidurin, sekarang malah melawan? Kenapa aku tidak bisa meniduri mu tapi orang cacat itu boleh? Apakah kamu disakitin olehnya?"

Yang dikatakan Eddy sungguh kotor, hingga membuat Felicia sangat ingin mengigitnya.

Dia melihat tangannya Eddy yang sudah mau melepas branya, aku memberanikan diri untuk maju dan menolongnya. Ini tidak ada hubungannya agar dia percaya padaku, aku hanya tidak sanggup melihat seorang wanita yang dibully.

Kebetulan disampingnya ada alat pemadam api, jadi aku dengan kuat membawa alat itu masuk kedalam ruangan.

Saat itu aku sudah sangat marah, apalagi teringat Eddy memukulku, aku dengan sadis memukul kepalanya dengan alat pemadam api itu.

Terdengar sebuah suara pong, kepala Eddy tiba-tiba berdarah dan mengalir keluar.

Eddy menoleh kepalanya melihat ku dengan tatapan tidak percaya.

Dia barusan membuka mulutnya ingin berbicara, tetapi dia langsung pingsan kembali.

Aku ketakutan hingga terdiam, pikiran ku kosong, dan aku merasa mungkin ini akan memakan maut karena pukulan ini lebih kuat daripada pukulan Bang Badui kemarin.

Aku terbengong ditempat dengan tatapan kosong, Felicia yang dengan cepat bangun dari tempat tidur, langsung menarik tanganku dan berlari kabur.

Kali ini aku baru sadar, dan berlari dengannya.

Tidak memakan waktu lama, akhirnya kita sampai dijalan raya, Felicia memanggil taxi dan memberitahu alamat kemudian meninggalkan tempat ini.

Perasaan ku sangat ketakutan dan tidak tenang saat berada didalam mobil.

Felicia lebih cepat tenang daripada diriku, dia langsung menghubungi 120, aku hanya bisa berdoa agar tidak ada kejadian yang memakan maut.

Dengan cepat kita sampai dialamat Felicia, ini adalah sebuah apartemen tunggal, ini adalah tempat tinggal Felicia, aku yang sudah mulai tenang dengan kebingungan mengantarnya masuk kedalam rumah.

Mungkin karena ingin berterima kasih padaku karena sudah menolongnya, dia memintaku untuk tinggal sebentar dirumahnya dan memberiku segelas air.

Aku masih sedikit pusing, lalu dengan bodohnya duduk disofa rumahnya.

Aku meminum seteguk air, Felicia memberiku melihat ponselnya, katanya: Aku selalu merasa kamu adalah orang yang tidak berguna, tidak disangka kamu lumayan tangguh.

Aku tetap belum sadar kembali, tanganku juga bergetar saat memegang gelas.

Dia dengan cepat lanjut mengetikkan: Kamu lumayan hebat, tadi di hotel sudah menahan 30menit. Walaupun itu hanya pura-pura, tapi kita tetap ada bersentuhan, jika saja itu pria lain, pasti tidak akan tahan lagi.

Novel Terkait

Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
3 tahun yang lalu
Wanita Yang Terbaik

Wanita Yang Terbaik

Tudi Sakti
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Hei Gadis jangan Lari

Hei Gadis jangan Lari

Sandrako
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
My Beautiful Teacher

My Beautiful Teacher

Haikal Chandra
Adventure
3 tahun yang lalu
Thick Wallet

Thick Wallet

Tessa
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
Asisten Bos Cantik

Asisten Bos Cantik

Boris Drey
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Baby, You are so cute

Baby, You are so cute

Callie Wang
Romantis
3 tahun yang lalu
Unplanned Marriage

Unplanned Marriage

Margery
Percintaan
4 tahun yang lalu