Cinta Dibawah Sinar Rembulan - Bab 236 Menyiapkan 'Hadiah Pertemuan'

Pekerjaan Beijing membuatku merasakan kesedihan sebagai orang biasa. Rasa itu lebih terasa dibanding saat di Nanjin. Saat di Nanjin, meskipun aku sudah sering menerima kesusahan dari lahir, tetapi aku masih bisa melihat harapan dari tempat yang tinggi. Tapi di Beijing, aku seperti mainan. Ibu kandungku berada dihadapanku, tapi tidak berani mengakuiku sebagai anaknya. Hal yang begitu kecil membuatku sungguh sedih.

meskipun sedih, tetapi aku sama sekali tidak inginmenyerah, karena aku menemukan alasan untuk tetap berusaha, yaitu membawa Ibuku bersamaku. Di waktu yang sama, aku juga ingin mengetahui apa yang terjadi pada Ayahku. Aku ingin tahu apakah ia sungguh menjual negara? Kalau iya, aku tidak merasa malu, karena aku sudah membayar kesalahannya. Kalau tidak, aku akan berusaha mencari keadilan untuknya, lalu aku ingin memberitahu semua orang, Ayahku adalah tentara yang baik.

Meskipun tidak bisa memastikan secara keseluruhan, tapi hatiku selalu percaya bahwa Ayahku itu tidak bersalah.

ku menghela nafas, lalu berjalan menuju kebawah gunung. Saat helikopter sedang terbang, Kakek Ergi meneriakiku. Aku segera menaikkan kepalaku dan hanya menemukan dirinya melemparkan tas punggung untukku. Aku mengambil tasnya dan bertanya apa isinya kepadanya. Ia bilang, “Kamu harus mulai dari awal, pastinya membutuhkan modal, bukan? Ini adalah semua barang yang kusiapkan untukmu. Semua barang didalam milikku, kamu pakailah. Sedangkan kamu tenanglah membiarkan aku menjaga Felicia. Aku akan membuatnya baik kembali, lalu aku menyuruhnya datang ke Nanjin untuk menemuimu, bagaimana?”

Mendengar nama Felicia, hatiku membaik. “Janji, Kakek.”

Kakek Ergi mengangguk, “Janji.”

Aku berlutut dan bersujud kepada Kakek. “Setelah ini, tidak tahu kapan lagi kita akan bertemu? Jagalah kesehatanmu, Kakek. Selain itu, aku tidak dapat membalas kebaikanmu.”

Mata Kakek Ergi memerah. “Hati-hati kamu. Nanjin yang sekarang bukanlah Nanjin yang kamu kenal. Kamu harus berwaspada.”

Aku bilang, “Baik.”

Setelah selesai mengatakan, saat aku berbalik badan dan pergi, aku melihat Jessi sekilas. Jessi memandangku dari jendela. Hatiku merasa sedih, tetapi aku tahan untuk tidak melihatnya dan pergi begitu saja.

Angin musim gugur menerpa, aku tiba-tiba teringat lagu yang kusukai, lalu aku menyanyikannya. “Aku tidak ingin orang yang tidak menginginkanku, aku tidak menyukai orang yang tidak menyukaiku. Matikan lampu, bahkan bayangan saja tidak ada. Sejak kapan? Siapa yang menyetujuinya? Pagi hari akan menyalahkan semua malam hari. Yang kita miliki tidak lebih banyak dari yang kita habiskan.”

Helikopter di belakangku sudah terbang dan angin dingin menerpa diriku. Akhrinya semuanya menghilang begitu saja. Aku berdiri di tempat dalam waktu yang cukup lama. Pelan-pelan aku membalikkan tubuhku sambil melihat helikopter yang pelan-pelan mengecil. “Bertemu lagi lain kali.” ucapku smabil tersenyum pahit.

Kira-kira jalan satu jam lebih, aku berhenti sebuah restoran dan memesan wonton. Aku mengeluarkan uang dari kantong. Uang ini aku ambil dari kantong tas yang diberikan Kakek Ergi. Selain sebuah kartu, tas ini masih ada beberapa lembar uang dan recehan. Aku tahu Kakek takut ini pertama kali aku kembali kesini, jadi uang makan saja tidak punya, jadi menyiapkan ini semua untukku.

Aku sangat sial, dikontrol bagai mainan. Cinta juga, kehidupanku juga. Tapi aku juga sangat beruntung, karena masih ada orang yang baik kepadaku di dunia ini.

Dengan cepat wontonnya sudah jadi. Aku baru saja makan beberapa suap dan langsung melihat dua orang dengan pakaian satpam duduk di meja samping. Sebenarnya aku tidak terlalu memperhatikannya, tapi aku mendengar mereka sedang membicarakan perebutan ruang rapat. Jika didengar lebih jelas lagi, ternyata mereka adalah satpam Sanny Club. Hanya saja hal-hal yang mereka bahas diketahui oleh diriku. Mereka sudah dibeli oleh Gunawan. Malam ini Gunawan akan membawa orang untuk merebut tempatnya Splendid dan mereka berdua akan menaruh obat dalam minuman satpam.

Selain itu aku juga mengetahui bahwa setelah kepergianku, kekuasaan Nanjing menjadi sangat tenang. Tidak ada yang saling menyerang dan juga mengatakan bahwa semua ini karena Claura Tapi sekarang Claura sudah pergi, sudah lagi saatnya Gunawan memperlihatkan kekuasaannya.

Gunawan.

Mendengar namanya, dendam dalam hatiku terungkit kembali. Aku menarik nafasku dalam dan berpura-pura tidak mendengar apapun sambil makan. Setelah selesai makan wonton, aku berjalan menuju Splendid. Aku tidak memiliki telepon, untuk menemukan Dony, pergi langsung ke Splendid merupakan cara terbaik.

Dengan cepat, aku tiba di Splendid. Splendid masih belum buka. Aku pergi ke toko terdekat untuk membeli rokok, lalu menggunakannya.

Tidak berapa lama, Splendid sudah dibuka. Munculah seorang satpam sambil menguap. Aku segera maju ke depan dan ia kaget. Aku juga tahu sekarang penampilanku cukup menyeramkan. Sejak jatuh kedalam sungai, aku sama sekali tidak mandi atau mengganti pakaian dan langsung baring diatas sofa, juga tidak menutup mata. Sekarang pakaianku juga sangat berantakan, begitupula rambutku. Persis seperti pengemis.

Satpam mengerutkan dahinya, “Pergi kamu, orang gila darimana pula?”

Aku berkata dengan nada tenang. “Aku mencari Dony.”

Saat satpam mendengar aku ingin mencari Dony, ia langsung memasang wajah merendahkan. “Beberapa hari ini banyak orang yang mencari Pak Dony, tapi itu semua orang kaya. Kalau orang yang seperti dirimu, Pak Dony tidak akan ingin menemuimu.”

Aku jadi teringat ulang saat pertama kali kedatanganku ke Splendid. Ketua pelayan itu juga merendahkanku. Saat itu aku menipu mereka, sehingga aku berhasil bertemu dengan Dony. Setelah itu aku baru mengetahui bahwa Dony menungguku pergi menemuinya. Dalam waktu sekejap, sudah berlalu dua tahun. Ia sudah menjadi pemilik Keluarga Yun dan diriku masih tidak memiliki apapun.

”Mohon pak, beritahu Dony ‘Teman dulu datang bertemu’.” ucapku sopan.

Satpam menatapku sinis dan mendorongku. “Pergilah kamu. Aku sudah bilang kalau Pak Dony tidak akan ingin bertemu denganmu. Jika kamu ingin bekerja disini, carilah ketu pelayan kami. Kalau ingin mencari Pak Dony, kusarankan kamu cepat pergi lebih baik. Kamu jangan simpan niat jahat kepadanya, kalau tidak berwaspadalah nyawa kecilmu itu.”

Aku didorong olehnya, tetapi aku tetap berdiri disana dan tersenyum. Ia marah dan bertanya kepadaku apakah aku mau pergi atau tidak?

Lalu terdengar suara yang kukenal dari belakangku, bertanya kepada satpam apa yang terjadi?

Satpam dengan sopan berteriak, “Pak Leo sudah datang? Gini pak, orang ini dari pagi minta bertemu dengan Pak Dony. Aku lihat kelakuannya aneh dan berniat jahat, jadi ingin mengusirnya. Siapa tahu ia tetap berdiri disini seperti anjing.

Leo.

Aku tidak tahan dan tertawa. Leo yang berada dibelakang bertanya, “Maaf pak, Anda itu...”

Sebelum ia selesai bertanya, aku langsung berbalik memandang dirinya. Ia dengan kaget melihatku. “Kak Leo, sudah lama tidak bertemu.”

Leo dengan kaget menepuk bahu. “Kak Alwi, ini benar-benar kamu?”

Melihat teman dulu membuat hatiku membaik. Aku mengangguk dan berkata, “Iya, ini aku, Alwi sudah kembali.”

Satpam yang disamping melihat Leo baik kepadaku, langsung memandang berbeda diriku, lalu juga takut aku akan menyalahkannya. “Kak Alwi, aku bawa kamu bertemu dengan Dony. Dony beberapa saat ini sering mengingatmu dan ingin pergi menyembahyangimu.”

Sampai sini, ia tertawa kencang. “Lain kali tidak boleh bilang ‘menyembahyangi’, tidak baik. Kami semua mengira kamu sudah mati, ternyata kamu masih hidup dan kembali kesini. Sangat ‘drama’ sekali.”

Aku tertawa dan berkata, “Iya, aku juga merasa ini seperti drama. Bahkan aku tidak dapat keluar dari drama ini.”

Leo tidak mengerti maksudku dan mengira diriku mengeluh seperti biasa. “Kehidupanmu beberapa tahun ini terhitung baik, bukan?”

Mendengar pertanyaannya, seperti mendengar sebuah lelucon. Aku bertanya kepadanya darimana ia melihat aku hidup dengan baik. Ia bilang kulitku menjadi lebih gelap, tubuhku menjadi lebih kuat. Aku jad teringat perawatan yang teliti yang diberikan Jessi kepadaku. Seketika aku terdiam. Leo adalah orang yang hebat mengamati sikap seseorang, jadi ia langsung menutup mulutnya.

Kami dengan cepat tiba di lantai atas. Sedangkan Dony sama yang seperti kupikirkan, meskipun menjadi pemiliki Keluarga Yun, masih saja tinggal dirumah yang Aiko pernah tinggal.

Leo membawaku hingga pintu luar. Ia mengetuk pintunya dan terdengar suara Dony yang malas. “Pak Dony, kamu tebak siapa yang datang?”

“Teman baikku saja sudah tidak ada. Siapa lagi yang datang tidak akan membuatku bahagia.” ucap Dony dengan ada datar.

Ucapannya terdengar sangat sedih. Aku tiba-tiba merasa sedih dan dengan susah memasukki ruangannya. Aku melihat Dony sedang membelakangiku. Dekorasinya dan penampilan ruangannya yang masih sama, membuatku merasakan kepemilikan yang kuat. Aku tertawa sambil berkata, “Aku tidak tahu apakah aku beruntung membuat Anda senang atas kedatanganku?”

Disaat aku sedang berbicara, pergerakan Dony sudah berhenti. Ia menegakkan tubuhnya dan berbalik badan. Saat ia melihatku, ia melebarkan matanya dengan tidak percaya. Ia melihatku dari atas sampai bawah. “Dony, waktu itu kita pernah janji mau berusaha bersama. Aku tidak menjalankan janji kita.”

Dony tertawa dan berkata, “Mohon kamu jangan melupakan janji kita lagi.”

“Pasti.” Aku tertawa dan duduk diatas sofa. Dony juga terburu-buru duduk dan membuatkan teh untukku. “Sebenarnya apa yang terjadi?”

Aku menyimpan semua kata-kata didalam hati dan merasa sedih tidak bisa dikatakan kepada seseorang. Saat bertemu dengan Dony, aku langsung ingin menceritakan kepadanya. Setelah ia mendengarnya, membutuhkan waktu yang cukup lama, lalu bertanya, “Kamu dan Nona Jessi benar-benar putus?”

Aku dengan lelah menutup mataku. “Iya, karena kami berdua sudah ditakdirkan tidak berasal dari dunia yang sama. Saling melepaskan merupakan hal yang terbaik.”

Dony mengerutkan dahinya dan aku bercanda kepadanya. “Jangan-jangan karena ini kamu ingin meninggalkanku?”

Dony menggelengkan kepalanya. “Pastinya tidak. Hanya saja Alwi, aku ingin mengatakan sesuatu yang objektif. Aku merasa kalau Nona Jessi tidak membohongimu. Kurasa kamu harus memberikannya sebuah kesempatan.”

Aku berkata dengan sedikit lelah. “Kalau sudah memberi kesempatan untuk penjelasan bisa apa? Ia tetap saja membohongiku. Lagipula aku dan ia beda dunia, selamanya tidak akan bisa bersama. Jadi, meskipun kali ini hanya sebuah kesalahpahaman, biarlah itu tetap berlanjut. Kalau bukan kesalahpahaman, mendengar ulang lagi kenyataan, bukankah lebih menyakitkan?”

Baru saja Dony ingin mengatakan sesuatu, aku langsung merubah topiknya. “Oh iya, aku datang mencarimu karena ada masalah dengan Sanny Club.”

Dony bertanya kepadaku apa masalahnya, lalu aku memberitahu semua apa yang kudengar. Ia berkata dengan nada dingin. “Ku tak sangka kalau Gunawan ini sama sekali tidak bisa menahan. Kurasa benar juga, ia selalu ingin memperluaskan kekuasaannya dan selalu terhalang oleh Claudia, jadi tidak berani bergerak. Sekarang Claudia pergi ke Beijing menemani adikmu, ia pasti bisa menggunakan kesempatan ini untuk mempersatukan kekuasaan Nanjin. Kamu tenanglah, aku tidak akan membiarkannya.”

Aku berkata, “Aku siap menyelesaikan masalah ini. Aku sudah pulang, seharusnya memberikan hadiah pertemuan untuk Gunawan, bukan?”

Novel Terkait

Memori Yang Telah Dilupakan

Memori Yang Telah Dilupakan

Lauren
Cerpen
5 tahun yang lalu
Predestined

Predestined

Carly
CEO
5 tahun yang lalu
Chasing Your Heart

Chasing Your Heart

Yany
Dikasihi
4 tahun yang lalu
After Met You

After Met You

Amarda
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Balas Dendam Malah Cinta

Balas Dendam Malah Cinta

Sweeties
Motivasi
5 tahun yang lalu
Lelah Terhadap Cinta Ini

Lelah Terhadap Cinta Ini

Bella Cindy
Pernikahan
5 tahun yang lalu
Innocent Kid

Innocent Kid

Fella
Anak Lucu
4 tahun yang lalu
Spoiled Wife, Bad President

Spoiled Wife, Bad President

Sandra
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu