Cinta Dibawah Sinar Rembulan - Bab 152 Bahaya

Ketika aku menyuruh Fuiz untuk pergi membersihkan mayat Claura, terlintas tatapan ketakutan di matanya, lalu dia bergegas keluar. Sekarang tubuhnya telah terluka oleh beberapa panah, sepertinya kami bekerja sama dengan baik malam ini, tetapi tidak hanya begitu, kami masih saja tidak bisa mengalahkannya. Aku menebak ini ketika ia mulai bertindak. Jadi lain kali, kami harus menyiapkan rencana yang lebih baik untuk menghadapinya.

Fuiz membawa Claura pergi, aku baru saja ingin berbicara dengan Aiko. Dia melihatku dengan pandangan aneh, berbalik dan meninggalkan ruangan. Aku sedang bertanya-tanya, kak Toba datang, ia berkata dengan tatapan mata takjub: " Alwi, kamu cukup ganas, Claura mati tanpa penyesalan. "

Pada saat ini, semua orang di dalam ruangan menatapku dengan pandangan mata takjub. Tiba-tiba aku mengerti itu. Saat ketika aku berakting dengan Claura menyebabkan mereka salah paham. Alasan mengapa Aiko mengabaikan ku, itu mungkin juga karena hal ini. Aku merasa serba salah seketika, aku juga tidak bisa menjelaskannya, aku takut aku akan mengatakan sesuatu yang salah, dan akan dimanfaatkan oleh seseorang, jadi aku berkata: "Ini hanya cara untuk menghukum wanita itu. Baiklah, ayo kita kembali, kak Toba, ayo pergi, pulang ke rumahmu untuk minum bir. "

Setelah berbicara, aku memandang ke Leo, dia mengangguk kepadaku, dan pergi denganku dan kak Toba. Sebelum pergi, aku berterima kasih kepada Reyvin. Dia tersenyum dan berkata: "Tidak masalah."

Melihat senyumnya yang lembut dan polos itu, aku merasa sesuatu yang sangat sulit untuk diungkapkan. Meskipun dia diperkenalkan oleh kakek Ergi, tetapi aku meragukannya, karena hanya dia yang pertama kali tahu identitasku dan Aiko, ia tahu kami datang ke Nanjing, jadi dia adalah orang yang berkemungkinan besar akan mengungkapkan rahasia kami di Nanjing.

Selain itu, ia juga lah yang menyewa rumah ini, bahkan Aiko dan aku baru tiba di sini malam ini, jadi kemungkinan untuk 'bos' di belakang Felicia untuk memasang kamera di sini sangat lah rendah, kecuali Reyvin adalah mata-matanya.

Namun, meskipun aku curiga bahwa Reyvin adalah pengkhianat, tetapi aku tidak meragukan kakek Ergi, karena aku tahu jika kakek Ergi bersekongkol dengannya, dia tidak akan bersungguh-sungguh mengajariku dan Aiko ilmu bela diri dan ilmu medis.

Aku terus berpikir ingin meninggalkan tempat ini, aku melihat Aiko berdiri di lantai bawah, sinar bulan sangat gelap, poninya ditiup oleh angin, memperlihatkan bekas lukanya yang tidak kecil itu, itu membuat ku merasa sangat sedih. Aku berjalan mendekat dan berkata: "Kakak, ayo kita pergi ke tempat kak Toba."

Aiko mengangguk, tatapan matanya tampak dingin dan asing, ia langsung naik ke mobil jeep Leo.

Kak Toba mengedipkan matanya pada ku, ia berbisik padaku dan mengatakan dia cemburu. aku melototinya, dan naik ke atas mobil bersamanya, Leo yang menjadi sopir kami berkata: "Alwi, Tuan Dony baru saja meneleponku, ia menyuruhku membawa kalian ke Spledid, apakah kalian ingin pergi? "

Aku melirik ke kursi belakang, Aiko yang sedang melihat ke luar jendela, pada saat ini, meskipun dia terlihat acuh tak acuh, tetapi jari-jarinya yang dipegang erat olehnya itu telah menunjukan perasaan hatinya yang sebentarnya, aku merasa ada suatu perasaan yang sulit untuk diungkapkan, aku berkata: "Pergilah."

Aku tahu bahwa Aiko memiliki perasaan yang mendalam pada Tuan Dony, bahkan walaupun kami sudah pernah melewati hal yang berbahaya bersama berkali-kali, dia masih tidak bisa melupakannya, kalau tidak dia tidak akan terus menjaga jarak denganku selama kamI bersama dalam satu tahun terakhir ini.

Menekan pikiran dihatiku, aku tahu sekarang bukan saatnya untuk berbicara tentang hal ini.

Kami akan segera tiba di Spledid, yang membuat aku tidak terduga adalah Leo tidak membawa kami ke kantor Tuan Dony, melainkan pergi ke kamar tempat tinggal Aiko dulunya.

Setelah pintu dibuka, kami berjalan masuk. Aku melihat Tuan Dony sedang duduk di atas sofa dan menyeduh teh, tidak melihatnya selama setahun, dia sudah agak kurusan. Ketenangan nya seakan lebih mendalam. Ketika orang melihatnya, mereka akan teringat pada pohon pinus tua di gunung Huang.

Melihat kami datang, Tuan Dony perlahan mengangkat matanya dan sedikit mengangguk padaku, ia berkata: "Duduklah."

Aku berjalan dan duduk, melihat Aiko berdiri di kejauhan, Tuan Dony tersenyum hangat padanya, dan berkata: "Aiko, kenapa kamu terbengong?"

Aiko memanggilnya "Tuan Dony", nada bicaranya stabil, tetapi suaranya sedikit bergetar, aku yang mendengarnya menjadi agak gugup.

Tatapan mata Aiko melihat ke sekitaran ruangan, aku juga mengikuti tatapannya. Aku melihat tataan ruangan persis sama ketika dia tinggal disini setahun yang lalu. Semua perabotan dan setiap detailnya sepertinya tidak berubah. Sepasang parang ganda nya yang seharusnya berada di tangan Fuiz, saat ini ditempatkan tepat di depan ambang jendela, keduanya sangat bersih, sangat tajam, sekali dilihat itu tampak dirawat dengan baik.

Aiko perlahan berjalan menuju ke parang gandanya. Aku tahu dia memiliki perasaan yang mendalam pada kedua parangnya itu, tetapi dia tidak bisa lagi memainkannya. Ini adalah penyesalan yang tidak bisa dia katakan dalam hatinya, dan itu juga penyesalan terdalam di hatiku. Aku selalu ingin menemukan dan memberikan set parang ganda itu padanya, tetapi tidak disangka Tuan Dony telah melakukannya.

Aku bertanya padanya: "Tuan Dony, bagaimana kamu bisa mendapatkan kedua parang ini?"

Tuan Dony berkata dengan datar: "Claura lah yang datang dan membawakannya untukku. Dia mengusulkan untuk menggunakan kedua parang ini untuk menggantikannya dengan Sanny Club, dan aku menyetujuinya."

Tidak disangka Claura bisa menginginkan Sanny Club, aku berpikir apakah itu karena Sanny Club adalah miliknya Aiko, jadi dia ingin memilikinya? Dilihat dari kepribadian gilanya Claura, dia benar-benar bisa melakukan itu.

Tunggu ... Jika Sanny Club menjadi milik Claura, maka kemana Dinggo ku dibawa pergi?

Aku bertanya pada Tuan Dony, dia tersenyum dan berkata: "Tenang lah, Dingo sudah aku lepaskan di tempat yang jauh dari keramaian dan ada yang memeliharanya. Jika kamu ingin melihatnya, aku nanti akan membawamu ke sana."

Setelah terdiam beberapa saat, dia mengatakan sesuatu yang membuatku khawatir. Dia berkata: "Tetapi pernah ada seseorang pergi ke Sanny Club untuk mencari nya. Sepertinya Claura pun mencarinya."

Ketika aku mendengar ini, aku terkejut, apakah identitas Dinggo sudah terbuka? Tetapi kenapa Claura mencarinya? Apa yang diketahui oleh Claura, dan dari mana dia mengetahui itu?

Pada saat ini, Tuan Dony meminta Leo untuk menceritakan tentang kejadian yang baru saja terjadi malam ini. Leo menceritakannya secara singkat, ketika mendengar aku membunuh Claura, terlihat keterkejutan di matanya Tuan Dony, dia menatapku dengan tatapan curiga, dia bertanya: "Apakah kamu benar-benar membunuhnya?"

Aku berkata: "Bagaimana mungkin? Tuan Dony, aku datang ke Nanjing untuk bangkit kembali, aku bukan datang untuk mengantarkan nyawaku. Bagaimana mungkin aku yang baru datang langsung membunuh Claura? Ingin membunuhnya, itu harus menunggu ku memiliki pijakan yang kuat di kota Nanjing."

Kak Toba berkata dengan sedikit terkejut: "Apa? Kamu tidak membunuh wanita itu?"

Setelah mengatakan itu, dia mengusap keringat dI telapak tangannya dan berkata dengan kesal: "Kamu membuatku cemas sepanjang jalan, aku ingin bertanya tetapi aku tidak berani."

Aku tertawa, mengeluarkan ponselku dan meletakkannya di atas meja, membiarkan Tuan Dony untuk melihatnya, dan kemudian memberitahunya tentang konflik antara aku dan Felicia, mengatakan rencanaku dan Claura malam ini padanya, tentu saja, aku juga mengatakan pengalamanku selama satu tahun ini. Ketika aku selesai mengatakannya, aku diam-diam melirik ke arah Aiko, sekarang dia sedang melihat ke kedua parang itu dengan pemikiran yang mendalam. Pada saat ini, segala sesuatu di luar sana sepertinya tidak ada hubungannya dengan dia.

Aku menghela napas dalam hati, dan tidak tahu apakah Aiko mendengarkan perkataanku atau tidak.

Pada saat ini, kak Toba menambahkan perkataanku: "Namun, apakah kamu dan Claura benar-benar tidak melakukannya? Tetapi suara wanita itu sepertinya tidak dibuat-buat sama sekali."

Aku berkata dengan marah: "Kalau begitu dia memiliki kemampuan akting yang tinggi, aku tidak menyukainya. Mengapa aku harus melakukannya dengannya?"

Aku sengaja berkata dengan keras, karena takut Aiko tidak mendengarnya. Pada saat ini, kak Toba tiba-tiba tertawa terkikik, aku tahu bahwa dia sengaja memberi ku kesempatan untuk membuktikan bahwa aku tidak bersalah, aku berterima kasih padanya tetapi aku juga tidak berdaya.

Tuan Dony melirik ke Aiko dan berkata dengan datar: "Jadi, kamu menyuruh Claura untuk 'berpura-pura mati', pertama untuk menyelamatkan nyawa Felicia, dan yang kedua, kamu ingin melihat apa yang akan dilakuakn 'Bos' itu selanjutnya bukan? "

Aku mengangguk dan berkata: "Iya, sesuai denga kesepakatan ku dengan Claura, dia akan berpura-pura mati selama beberapa hari, dan Gunawan akan keluar untuk mencari masalah denganku. Kami akan bergabung bersama untuk melakukan pertunjukan, lihat apa yang akan terjadi pada akhir nya nanti. Apakah bos itu akan keluar menunjukan dirinya atau sesuai dengan apa yang bos itu inginkan, menggali keluar orang yang membantu ku setahun yang lalu. "

Tuan Dony berkata dengan penuh makna: "Aku khawatir itu tidak sesederhana kelihatannya."

Aku mengangkat bahu. Sebenarnya aku juga tahu bahwa melepaskan Claura sama seperti membiarkan harimau kembali kesarangnya, dan rencana ku juga tidak akan dengan begitu mudah nya tercapai, terutama Gunawan, dia pasti tidak akan berakting dengan ku, dia mungkin akan benar-benar menginginkan nyawaku, bagaimanapun, kami berdua adalah musuh bebuyutan.

Tetapi aku tidak punya pilihan. Bahkan jika apa yang aku lakukan hari ini hanya akan membawakan masalah yang tak berkesudahan untukku, nyawa Felicia, aku tidak bisa mengabaikannya, bahkan jika dia sedang menipu ku, aku juga tidak akan membiarkan sedikitpun kesalahan terjadi.

Aku bertanya kepada Tuan muda ketiga tentang perubahan di kota Nanjing selama satu tahun terakhir ini. Situasi yang ia katakan mirip dengan apa yang aku dengar dari Reyvin. Dia juga mengatakan dia akan membawaku menemui Sulistio, ia mengatakan pasukan di bawah tangan Sulistio adalah dipersiapkan untuk ku.

Ketika menyebutkan tentang Sulistio, aku teringat akan Jessi, aku bertanya pada Tuan muda ketiga apakah dia punya beritanya? Tuan muda ketiga menggelengkan kepalanya, dan aku juga tidak bertanya lebih banyak lagi, aku memikirkan tentang apa yang dia katakan ketika dia pergi waktu itu, tidak tahu apakah dia sudah bertunangan atau belum? Memikirkan kemungkinan ini, aku merasa sedikit tertekan dan seperti sulit untuk bernapas.

Setelah melihat waktu, aku berkata: "Tuan Dony, ini sudah larut, anda beristirahat lah lebih awal, aku sudah harus kembali ke hotel."

Ketika Aiko mendengar ku sudah mau pergi, ia menarik tatapan matanya, ia berjalan kearah ku dan berkata: "Ayo pergi."

Tuan muda ketiga memandang Aiko, tetapi ia tidak mengatakan apa-apa.

Setelah meninggalkan Splendid, kami berpisah dengan kak Toba dan kembali ke Hotel Hilton.

Aku membuka pintu perlahan-lahan, dan berjalan masuk, terdengar suara hembusan angin, kemudian, tubuhku terbanting dan terjatuh ke bawah, pada saat yang sama, pisau di tangan Aiko juga sudah dilemparkannya ke suatu arah.

Novel Terkait

Love And Pain, Me And Her

Love And Pain, Me And Her

Judika Denada
Karir
4 tahun yang lalu
Step by Step

Step by Step

Leks
Karir
4 tahun yang lalu
Penyucian Pernikahan

Penyucian Pernikahan

Glen Valora
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Love And War

Love And War

Jane
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Rahasia Seorang Menantu

Rahasia Seorang Menantu

Mike
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
Cinta Tapi Diam-Diam

Cinta Tapi Diam-Diam

Rossie
Cerpen
5 tahun yang lalu
My Goddes

My Goddes

Riski saputro
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku CEO Misterius

Ternyata Suamiku CEO Misterius

Vinta
Bodoh
4 tahun yang lalu