Cinta Dibawah Sinar Rembulan - Bab 602 Dia tidak jahat

Kobra mengatakan dia bersedia untuk pergi, tetapi sebelum pergi ingin melakukan sesuatu untuk Widya yaitu memasak semangkok bubur untuknya.

Begitu mendengar ini aku langsung berpikrian dia mempunyai niat buruk melalui bubur ini, pemikiran Sulistio berbeda denganku, dia berkata: “Orang ini penuh perasaan ya, mendengar nada berbicaranya aku merasa dia benaran menyukai Widya.

Aku tersenyum dan berkata: “Kamu bisa berpikir begitu, berarti aktingnya sangat bagus.”

“Berakting?” Sulistio terdiam, lalu mengerti dan berkata, “Kak Alwi, dia hanya berpura-pura penuh perhatian untuk memenangkan pertempuran ini, lalu mengambil kesempatan untuk…. Lalu bagaimana dengan Widya?”

Aku mengangguk, akting penuh perhatian seperti ini aku tidak pernah menunjukkan kepada Claura, tidak ada orang yang lebih mengetahui hal ini.

Begitu Sulistio mendengar ini, segera putar balik dan berkata: “Kalau begitu mari kita tonton pertunjukkannya.”

Aku berkata: “Jangan buru-buru, jika kita sekarang pergi ke sana, sebelum sampai di bawah rumahnya, pengawal gelapnya sudah melaporkan kepadanya.

Setelah mendengar ini Sulistio merasa masuk akal, mengangguk dan berkata: “Kamu benar, aku terlalu bersemangat dan terpana dengan kemenangan, lalu kita harus bagaimana? Bagaimana kalau aku menyetir ke sana dan kamu menyiapkannya sebentar?”

Aku tersenyum dan berkata: “Siap-siap? Tidak perlu, jika aku siap-siap dan mengganti pakaianku, malahan Widya yang teliti akan menyadari aku ada persiapan.”

Sulistio gelisah dan mengerutkan kening bertanya, lalu apa yang harus kita lakukan, aku tertawa berkata: “Tunggu saja.”

“Menunggu?” Sulistio masih tidak mengerti.

Aku mengangguk dan berkata: “Iya benar, menunggu, menunggu sampai Widya tidak bisa mempunyai kesempatan untuk menyerang baik, bahkan tidak bisa mengangkat telepon, aku baru akan ke sana, untuk sekarang….”

Sulistio bertanya: “Bagaimana dengan sekarang?”

Perlahan aku berkata: “Jika ingin memenangkan hati wanita harus mengetahui kepribadiannya terlebih dahulu, tahu apa yang dia butuhkan dan dia pedulikan, Widya tidak kekurangan uang dan kedudukan, yang dia butuhkan adalah perhatian dan kehangatan dari seseorang, meskipun dia tidak akan mengakuinya, tapi di dalam hatinya pasti membutuhkan perhatian.”

“Mengapa?” Sulistio mengerutkan kening, dan menunjukkan ekspresi yang sedang tidak mengerti, “Jika dia ingin diperhatikan, bukankah cukup menurunkan sikapnya saja? Dia tidak jelek dan mempunyai kemampuan, sangat mudah untuk mendapatkan cinta dari seseorang.”

“Tapi yang dia inginkan bukan yang berpura-pura peduli dengannya, yang dia inginkan adalah orang yang setia dan tulus dengannya, mendapatkan perhatian seseorang hanya karena kekuatannya, tetap saja kesepian, lagipula orang yang dia cintai sudah mati, dalam waktu singkat tidak ada yang bisa membuat hatinya tergerak.”

Setelah aku selesai berbicara, ada suara Widya dari telepon, dia berkata: “Baik, setelah memasak bubur, kamu pergi saja.”

Sulistio terkejut dan berkata: “Apa, dia menyetujuinya?”

Aku tidak terkejut karena inilah yang aku harapkan, aku berkata: “Aku pernah bilang, yang dia butuhkan adalah perhatian, Kobra sudah lama bersamanya, wajar saja lebih mengenal Widya daripada aku, maka dia berpura-pura penuh perhatian, membuat Widya menjadi lunak.”

Aku menghela napas dan berkata: “Inilah perbedaan wanita ini dengan Claura. Claura lebih buruk daripada dia ribuan kali lipat, jika itu adalah Claura sebelum Kobra selesai berbicara, mungkin dia sudah menembaknya, karena dia akan merasa disukai oleh orang seperti ini adalah penghinaan tapi Widya tidak akan melakukannya.”

Sulistio mengangguk setuju dan berkata: “ Jadi apa yang sebenarnya yang akan kita lakukan sekarang?”

“Aku sudah bilang, dia sekarang membutuhkan perhatian maka kita harus peduli padanya, kita pergi ke restoran terdekat, aku akan memasak beberapa sayur lagi untuknya.”

Sulistio mendengar ingin memasak lagi, menangis dan berkata: “Kak Alwi, keahlihanmu membujuk wanita sangat buruk, bahkan dua kali adalah memasak, tidak ada trik baru, mungkin dia akan berpikir kamu malas melakukan sesuatu untuknya.”

Aku tersenyum dan berkata: “Kamu tidak mengerti.”

Sulistio tidak berdaya berkata: “Baik, baik, aku tidak mengerti, tidak mengerti, aku akan membawa kamu ke sana, oke?”

Tidak lama kami menemukan sebuah restoran, setelah memasak beberapa sayur, kami kembali ke komunitas, pada saat itu, ada suara dari penyadap lagi, dia berkata: “Aku sudah selesai memasak bubur, Kak Widya, aku akan membawakannya untukmu.”

Widya tidak mengatakan apa-apa, mungkin melihat Kobra saat ini, keinginan untuk mengusirnya mungkin terguncang.”

Aku menyuruh Sulistio mempercepat, tidak lama kemudian aku mendengar suara makan bubur, lalu Kobra bertanya apakah buburnya enak, Widya menjawab tidak menyangka buburnya lumayan enak, lalu dia mengatakan dia tidak benar-benar ingin mengusirnya dan dia juga tidak berdaya.

Sepertinya meskipun Widya menjadi ragu, tapi perkataanku tetap membuat dia yakin dengan keputusanya, bagaimanapun Kobra memang masalah besar.

Pada saat ini, Kobra memulai aktingnya menjadi orang yang penuh perhatian lagi dia berkata: “Aku tahu, aku tahu, aku juga sudah memikirkannya, aku sekarang orang yang tidak berguna, tidak hanya tidak mempunyai kemampuan untuk melindungimu, tapi juga bisa merepotkanmu, lebih baik pergi, dengan begini aku tidak akan membebani Kak Widya lagi.”

Widya menghela napas dan berkata: “Kamu jangan menyalahkanku, bagaimanapun aku merawat begitu banyak saudara, jika karena kamu membuat mereka semua dalam masalah, semuanya tidak akan hidup dengan baik, lagipula kamu juga tahu bagaimana keadaanku, aku seorang wanita, jika ingin berada di Nanjin harus memiliki pijakan Alwi dan Dony Yun, aku harus membuat keputusan jadi aku akan memberikan uang sebagai kompensasi padamu.”

Sulistio berkata: “Sepertinya apa yang Kak Alwi katakan benar, Widya yang terlihat dingin, tapi sebenarnya baik hati, jika bukan karena Nichkhun Yang dia pasti bisa hidup lebih baik, juga tidak akan mengandalkanmu, tapi aku tidak mengerti, kenapa dia begitu mencintai Nichkhun Yang? Meskipun aku tidak pernah berhubungan dengan orang itu tapi aku pernah mendengar pria itu suka bermain ke tempat hiburan, kadang-kadang membawa satu wanita, kadang-kadang membawa dua wanita atau lebih, kehidupan pribadinya sangat kacau.”

Setelah itu, dia berkata: “Apakah benar laki-laki tidak jahat dan perempuan tidak akan cinta?”

Aku berkata: “Bukan, tapi karena kita tidak bisa mengendalikan sesuatu, apapun yang Nichkhun Yang lakukan, tapi tidak memberitahukan padanya betapa gilanya dia, tapi menipunya dan berusaha membuat gambar seorang pria yang membuatnya tergila-gila, pada saat itu Nanjin adalah daerah keluarga Yang, siapa yang berani memberitahu tentang Nichkhun Yang kepada Widya? Seiring berjalannya waktu, dia benar-benar tertipu seperti orang bodoh.”

Ketika kami berbicara, di penyadap, Kobra juga sedang berbicara, Kobra memberitahu banyak hal kepada Widya saat mereka pertama kali bertemu, aku baru tahu pria ini banyak membantu Widya, tapi karena nyawa pria ini diselamatkan oleh Widya.

Aku melihat waktu, dan bertanya-tanya mengapa Widya masih tidak merespon? Mungkinkah estimasiku salah? Pada saat ini, kami sudah sampai didepan pintu komunitas, masih tidak ada respon dari Widya, lalu aku mempertimbangkan apakah akan pergi ke tempatnya.

Pada saat ini, aku mendengar Widya berkata: “Kenapa aku merasa tidak nyaman?”

Tunggu sebentar, dia berkata: “Kamu pergi saja, aku ingin kembali ke kamar untuk beristirahat.”

“Cepat, cepat.” Aku berkata pada Sulistio.

Sulistio mengangguk, dengan cepat menginjak pedal gas, lalu tidak lama kami sampai ke rumah Widya, terdengar teriakan marah Widya dalam penyadap, dia mengusir Kobra.

Kobra berkata: “Kak Widya, sebenarnya aku tidak ingin melakukan ini padamu, tapi kamu yang memaksaku, aku sangat baik padamu, melayanimu dengan tulus, aku mencarikan begitu banyak bawahan untukmu, tapi kamu sekarang memperlakukanku seperti ini, apa kamu tidak merasa bersalah padaku?”

Widya berkata dengan emosi: “Kobra, jika kamu berani menyentuhku, kamu tidak akan bisa keluar dari Nanjin.”

Kobra tertawa dan berkata: “Tunggu aku menyentuhmu, kamu berlutut dan memanggil kakak dan meminta sekali lagi, kamu tidak akan mengatakan kata-kata ini.”

Setelah Kobra selesai bicara, aku mendengar suara perjuangan, aku turun dari mobil, membawa nasi dan bergegas ke atas, setelah sampai di koridor aku mempercepat kecepatanku, meskipun aku menggunakan cara yang kotor untuk melawan Widya, tapi aku sudah tidak membencinya lagi, jika dia benar-benar ternodai, aku akan merasa sangat bersalah.

Aku mengetuk pintu rumah Widya, tidak ada suara gerakan dari dalam, aku berpikir Kobra mendengar ada orang datang dan tidak berani membuka pintunya, juga tidak membiarkan Widya bersuara, setelah beberapa saat, dia berkata dengan waspada: “Siapa itu?”

Aku mencubit hidung dan berkata: “Hallo, Zhongtong Express.”

“Tunggu.” Kata Kobra, aku mendengar langkah kaki, diam-diam aku menaiki tangga, dan menutupi wajahku dengan kotak makan siang.

Kobra membuka pintu dengan waspada, dan aku segera melemparkan kotak makan siang panas kepadanya, mencegahnya menutup pintu, sup dan sayuran panas semuanya tumpah ke wajahnya, dia berteriak kesakitan, aku membuka pintu dan menendang wajahnya, aku menendangnya masuk ke dalam kamar, lalu terjatuh ke lantai, aku bergegas masuk dan melihat ke arah sofa.

Melihat di sofa, Widya meringkuk tidak nyaman, wajahnya merah, tubuhnya terpelintir bersama, pakaiannya tertarik, memperlihatkan kakinya yang putih panjang, dia terlihat sangat menawan, bahkan jika itu aku tidak tahan menelan ludah.

Aku berkata kepada Kobra: “Tidak menyangka kamu begitu jahat dan ganas.”

Setelah itu, aku mendekatinya dan menendang wajahnya, lalu menginjak lututnya, sebelumnya aku pernah melukai satu lututnya, dan sekarang aku menginjaknya membuat dia berteriak kesakitan, lalu aku meninju pelipisnya, aku memperhatikan kekuatanku, jadi dia hanyalah pingsan dan tidak mati.

Aku menemukan ikat pinggang dan mengikatnya, lalu mengambil mantel untuk menutupi tubuh Widya, menggendongnya, dia sangat ringan, menggendongnya seperti menggendong awan.

Ketika aku hendak membawa Widya pergi, dia berkata: “Berikan pistolmu.”

Aku berkata: “Kamu yakin ingin melakukan ini?”

“Berikan padaku! “Widya berkata dengan dingin.

Aku mengeluarkan pistol dan dia memegang pistol, menarik pelatuknya dengan sekuat tenaga, dan menembakkan ke dada Kobra, dalam keadaan pingsan Kobra gemetar lalu mati.

Pistol jatuh ke lantai, Widya berdebar, melihatku dan berkata dengan lemah: “Jika aku masih bisa menembak, tembakan kedua akan mengenai dahimu.”

Novel Terkait

Wahai Hati

Wahai Hati

JavAlius
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Hello! My 100 Days Wife

Hello! My 100 Days Wife

Gwen
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Renita
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Love and Trouble

Love and Trouble

Mimi Xu
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Cinta Tak Biasa

Cinta Tak Biasa

Susanti
Cerpen
5 tahun yang lalu
Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
4 tahun yang lalu
Love And Pain, Me And Her

Love And Pain, Me And Her

Judika Denada
Karir
4 tahun yang lalu
Hei Gadis jangan Lari

Hei Gadis jangan Lari

Sandrako
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu