Cinta Dibawah Sinar Rembulan - Bab 499 Aku dan Dia Memiliki Hubungan Permushunan

Aku menjadi agen rahasia ini supaya dapat membalaskan dendam ayahku, makanya aku tidak boleh begitu mudah menyerah. Hanya saja aku tidak dapat mengatakan perkataan ini kepada Govy.

Govy pun berkata, “Karena kamu tidak memiliki masalah, aku akan membawa ornag untuk menjemput nyonya Jessi. Hanya saja apakah kamu yakin ingin sepagi ini membawanya pergi? Jika kamu ingin bersamanya selama dua hari, aku juga akan membantumu untuk memberlakukannya.”

Aku sekilas melihat Jessi dan menetapkan diri untuk berkata, “Tidak perlu. Dia sekarang sejenak saja menetap di Harbin akan bertambah bahayanya. Aku tidak bisa demi kepentingan pribadiku, malah melibatkannya dalam bahaya dan tidak menjaganya. Makannya kamu segera kemari lah.”

Govy pun mengatakan baiklah dan kemudian mematikan teleponnya. Aku dan dia yang saling berhubungan menggunakan ponsel ini menerima pengawasan dari Negara, makannya walau aku tidak memberitahukannya tempat keberadaanku, dia pun juga akan mengetahuinya dan aku pun hanya cukup menunggu kedatangannya disini saja.

Aku pun memikirkannya dan meminta Vika meminjam ponselnya untuk menghubungi kakek Ergi supaya meminta dia menggantikanku sejenak untuk menjaga Jessi di Beijing sana. Dia pun menyetujuinya. Aku pun merasa bersalah ketika aku berpikir bahwa dia masih harus bekerja untukku dan tidak memiliki kebebasan dalam umurnya yang tua ini. Aku juga mengatakan bahwa aku akan membelikan rumah untuknya di Nanjin, dan membiarkan dia menikmati masa tuanya disana, tetapi sekarang aku malah hanya bisa membiarkannya tinggal di Beijing. Bahkan aku tidak tahu dia sedang mengalami kehidupan apa dan juga tempat yang dia tinggal.

Aku mengatakan dari lubuk hati terdalamku, “Maafkanku kakek tua. Selanjutnya, aku pasti akan menghormatimu dan juga menebusnya kepadamu.”

Kakek Ergi berkata dengan gembira, "Bocah ini, kakek ini tidak menginginkan apa-apa untuk membantumu. Yang kuinginkan adalah kamu dapat hidup dengan bahagia. Selama aku bisa membantumu, aku pun akan merasa sangat bahagia. Kamu tidak perlu merasa bersalah, dan jangan terlalu banyak mempertimbangkannya. Selama kamu dapat mempercayai dirimu sendiri dan berjuang untuk tujuanmu sudah cukup. Jika kamu beneran berpikir berutang denganku, maka kamu membantuku untuk menyelesaikan sebuah masalah saja. "

“Masalah apa?” aku pun penasaran menanya kepadanya.

Kakek Ergi berkata, “Kamu harus, harus hidup dengan baik dan jangan membiarkan ibumu sedih. Dia sekarang masih belum mengetahui kondisimu, tapi suatu saat dia pasti akan mengetahuinya. Jika saat itu tiba, kamu harus baik-baik saja, segala kepahitan juga akan berlalu dalam kesenangan. Namun, jika kamu mengalami kecelakaan, bagaimana bisa dia hidup, kan?”

Setelah mendengarkan perkataan ini, aku pun merasa sangat sedih. Aku pun teringat dengan ibuku yang kasihan itu dan berkata, “Tenanglah, aku akan selalu berusaha untuk hidup dengan baik. Tentu saja supaya kalian tidak lagi mencemaskanku. Aku bahkan tidak tega membuat kalian cemas.”

“Anak yang baik. Kamu boleh menyerahkan Jessi kepadaku untuk menjaganya. Aku pasti akan menjamin dia akan baik-baik saja. Selain itu, kualitas fisiknya juga akan meningkat,” Kakek Ergi pun menjaminkannya kepadaku.

Aku pun tersenyum dan berkata, “Aku percaya dengan kakek. Aku merasa tenang menyerahkan Jessi kepadamu.”

Setelah selesai mengatakannya, aku membalikkan kepalaku dan melihat kearah Jessi. Hatiku pun terasa tidak rela. Jika diperbolehkan, aku juga ingin bersamanya tinggal di sini, menjaganya hingga dia terbangun. Tapi aku tidak bisa, aku pun harus mempertimbangkan demi dia.

Setelah aku mematikan teleponnya, aku pun datang ke sisinya Jessi, dengan lembut membelai pipinya, menciuman di dahinya, dan berkata: "Terima kasih. Jessi, kamu telah membiarkan semua orang yang meragukanmu dan yang menentang pendapatmu untuk menyetujuimu, membantumu berbicara. Kamu sungguh baik, saking baiknya membuatku malu atas keburukanku. Tapi aku berpikir bahwa sekarang belum terlambat bagiku untuk mengertinya. Jika kamu masih ingin mengujiku, tidak keberatan dengan keraguanku dan perasaan yang pernah kumiliki, maka aku akan mengejarmu dari awal. Dari awal membukakan hatimu, memberikan hatiku dan mengambil kembali hatimu. "

Govy pun baru sampai satu jam kemudian dan pada saat ini lagi sudah agak terang. Setelah dia kemari, melihat sekilas Jessi yang masih dalam koma dan menyodorkan dokumen resmi kepadaku. Aku pun mengambil dokumen tersebut dan melihatnya. Kemudian menyerahkan kepada Govy suatu barang supaya dia menjaganya dan aku pun merasa tenang.

Govy pun berkata, “Aku sekarang akan membawa nyonya Jessi kembali ke rumah. Alwi, apakah ada sesuatu yang ingin kau katakana kepadanya, aku bisa menyalurkannya untukmu.”

Aku dengan lembut berkata, “Tidak perlu. Dia akan mengerti tujuanku kok.”

Karena dia tentu adalah Jessi.

Govy pun mengangguk kepalanya dan membiarkan orang untuk memindahkan Jessi ke dalam mobil. Orang yang dibawanya adalah kelompok pengobatan profesional, makannya Jessi diserahkan kepada mereka. Aku pun tidak memiliki kecemasan sedikitpun. Melihat mobil tersebut telah melaju jauhg, aku yang berdiri disana menyalakan rokokku dan perasaanku menjadi berat. Aku pun kembali ke rumahnya Vika dan melihat Aiko yang sedang duduk di atas sofa bertanya, “Apakah Jessi masih belum terbangun ketika dibawa pergi?”

Aku pun berkata iya dan dia berkata, “Jessi pasti akan baik-baik saja. Dia juga lebih tegar dibanding siapapun.”

Aku mengangguk kepalaku karena aku mempercayainya. Aku sekilas melihat lukanya Jessi dan bertanya, “Apakah lukamu masih sakit?”

Aiko menggelengkan kepalanya dan berkata, “Tidak sakit lagi. Luka kecil ini kamu tidak perlu memperhatikannya.”

Ketika Vika mendengar perkataan ini, dia pun sedikit terkejut dan berkata, “Dua peluru yang mengenai kakimu masih termasuk luka kecil? Kak Aiko, kamu sungguh sangat berani. Jika itu aku, bukan lagi takut dengan sakitnya, melainkan takut dengan bekas luka yang akan ditinggalkan.”

Vika dan kita bukanlah orang yang berasal dari dunia yang sama. Tidak ada salahnya mengatakan perkataan yang ini, aku yang mendengarkannya malah merasa sedih atas Aiko, karena dia sebenarnya bisa menjalani kehidupan yang sangat berbeda, tetapi dia malah menempuh jalan yang berlumur dengan darah.

Aiko dengan lembut berkata, “Aku sudah biasa.”

Setelah dia selesai mengatakannya, dia melihatku dan berkata, “Aku juga seharusnya pergi. Cecilia kemungkinan akan membuat keributan ketika setiap hari tidak melihatku.”

Aku tahu bahwa dia pasti sedang memikirkan Cecilia. Banyak ibu yang tidak rela berpisah dengan anak-anak mereka bahkan untuk sedetik pun, terutama mereka yang baru saja menjadi ibu. Bahkan jika mereka tahu bahwa anak-anak mereka baik-baik saja, tapi mereka pasti tidak akan merasa tenang jika mereka tidak berada di sisi mereka, tidak melihat dengan mereka dengan mata kepala sendiri. Ini pun membuatku teringat pada ibuku. Saat itu dia baru saja melahirkan dan masih tidak merasakan kebahagiaan, dia pun ingin mencekik mati aku dan memberikan Alwi palsu kepada orang lain. Aku pun hanya dapat berpura-pura sudah mati. Betapa sakitnya dia saat itu, bukan?

Ketika memikirkannya, aku pun berkata kepada Aiko, “Aku akan mengantarkanmu pulang.”

Aiko pun menggelengkan kepalanya dan berkata tidak perlu. Aku pun berkata, “Tidak apa-apa, aku tidak akan terbongkar. Selain itu, aku juga ingin sekali lagi melihat Cecilia dan sekali lagi memeluknya. Apakah kamu bahkan tidak puas dengan permintaan kecil ayah yang ini, kah? "

Ketika mendengarkannya, Aiko pun tidak lagi menolakku. Dia pun berkata baiklah. Pada saat ini, Vika bertanya apakah aku masih ingin membeli obat herbal? Aku pun berkata tidak perlu dan aku bisa membelinya sendiri. Kemudian, aku memintanya untuk meminjamkan ponselnya dan membawa Aiko ke dalam mobil yang dipinjam itu. Aku pun bertanya pada Aiko di mana dia tinggal. Dia bilang bahwa dia ada di sebuah hotel kecil dekat dengan Lanting Xu. Aku pun mengendarai mobil menghadap jalan itu.

Dalam perjalanan, aku pun berbicara banyak dengan Aiko. Dari percakapan tersebut, aku mengetahui bahwa saat itu semua orang telah menyembunyikan dari dia, tetapi dia masih yakin bahwa aku adalah Alwi. Terakhirnya, si Jessi yang telah memberitahukannya, dan mengatakan bahwa ini dilakukan supaya mencegah Alwi palsu dari menipu putri kami dengan permukaan yang terlihat manis, dan juga untuk mencegahnya supaya dia tidak terluka oleh Alwi palsu. Setelah itu, dia berada dalam perlindungannya Nody dan tetap berada di Hangzhou Child Care.

Dan Jessi pun ketika terdapat waktu akan pergi menjenguknya di Hangzhou dan mempersiapkan semua barang yang diperlukan untuk bayinya. Selain itu, dia bahkan mempekerjakan suster untuknya. Kemudian, karena dia terlalu banyak berpikir dan sulit untuk melahirkan, Jessi pun pada malam hari mengundang dokter ginekolog yang terkenal di Beijing untuk melahirkan bayinya, dan bahkan sebulan setelah kelahirannya, dia sering datang kemari untuk membantunya menjaga bayinya. Hasilnya, mereka berdua pun menjadi teman yang sangat baik。

Aku sungguh berterima kasih atas kerja keras dan penderitaan Aiko untuk anakku, dan lebih bersyukur atas perhatian dan dedikasi Jessi untuk anak ini dan Aiko.

Selama percakapan tersebut, aku mengantar Aiko ke hotel kecil yang dikatakannya itu. Setelah aku menggendong Aiko ke kamarnya, membukakan pintu, aku pun melihat seorang wanita setengah baya dan seorang gadis yang sedang duduk di sana dan berbincang. Cecilia sedang tertidur dengan tenang di atas ranjang. Ketika mereka melihatku, mereka pun segera menunjukkan kewaspadaan mereka, hingga sampai mereka melihat Aiko yang sedang digenndong di punggungku. Mereka baru menyingkirkan kewaspadaan mereka dan wanita paruh baya itu berkata: "Nyonya Aiko, apa yang sebenarnya terjadi ini?"

Aiko dengan lembut berkata, “Tidak apa-apa. Aku menerima sedikit luka, jadi jangan menghiraukannya. Apakah semalam Cecilia membuat keributan?”

Wanita paruh baya itu segera berkata, “Tidak, dia sangat penurut.”

"Apakah dia makan tepat waktu?" Aiko bertanya dengan lembut. Dia terhuyung-huyung berjalan ke ranjang dan duduk di sebelah sisinya Cecilia. Dia dengan lembut membelai dahinya dan berkata dengan pelan, " Cecilia, ibu sudah pulang."

Anak yang beberapa bulan ini malah tampak cerdas. Dia pun menghadapkan kepalanya ke dalam pelukannya Aiko. Dia terlihat sangat imut.

Aiko membiarkan mereka berdua untuk pergi duluan. Setelah menunggu mereka berjalan pergi, Aiko menggendong Cecilia, aku pun berjalan kesana dan mengambil Cecilia dari rangkulannya. Bulu mata bocah ini bergerak. Aku tidak tahu apakah karena kami yang telah mengganggu tidurnya, dia terlihat tidak bahagia, cemberut dan akhirnya masih juga tertidur dengan pulas.

Aku dengan pelan menepok pantatnya dan memeluknya. Hatiku yang membeku terasa semuanya telah mencair. Aku dengan suara rendah berkata, “Cecilia, kamu cepetan tumbuh besar ya. Dengan begitu, ayah bisa mendengar kamu memanggil ‘ayah’.”

Siapa yang akan tahu bahwa Aiko malah berkata dengan pelan, “Dia seumur hidupnya hanya dapat memanggilmu paman.”

Hatiku pun menjadi muram. Aku melihat Aiko dan melihat dia juga sedang melihatku. Matanya terlihat memiliki banyak pikiran dan berkata, “Kamu harus memikirkannya demi aku dan Jessi. Jika Cecilia sudah besar dan tahu bahwa ayahnya sendiri adalah suami teman ibunya, apa yang akan dia pikirkan? Selain itu kamu jangan lupa, bahwa ketika kamu memanggilku ‘kakak’, hubungan kami bagaimana pun tidak akan berubah walaupun dengan anak ini.”

Setelah mendengarkan perkataan ini, hatiku pun terasa sangat rumit. Namun, aku sedikit pun tidak membantah perkataannya karena aku tahu yang diucapkannya benar. Aku melihat dia dan berbicara dengan serius, “Aku menerima pengaturan yang begini, tetapi tolong kamu jangan menghalangi rasa sayangku kepada anak ini dan menghalangi tugasku untuk menjaga kalian, ibu dan anak ini. Selain itu, masalah mengenai ayahmu dan ayahku… aku sebelumnya tidak berani mengatakannya, tapi sekarang aku sangat ingin menanyakanmu, apakah kamu masih akan bertahan dan meneruskan balas dendammu?”

Perkataanku jelas telah menyentuh perasaan Aiko yang telah disembunyikannya. Dia pun menundukkan kepalanya tidak mengatakan apa-apa, lalu baru berkata, "Aku pun tidak tahu bagaimana aku harus menjawabmu, tetapi setidaknya sebelum putriku berusia satu tahun, aku tidak akan melakukan hal yang dapat membahayakannya dalam masa pertumbuhannya."

Jawaban yang tidak pasti dan tidak dapat disangkal ini membuat hariku menjadi muram. Aku tahu bahwa maksudnya adalah balas dendamnya tidak akan hilang dari hatinya. Aku tidak dapat menahan diri dan berkata, "Bisakah kamu memberitahuku siapa sasaranmu itu?"

Aiko sedikit mengerutkan alisnya dan berkata, “Kamu harus tahu bahwa mengenai masalah ini, kami berdua adalah musuh. Aku merasa bahwa kamu sebaiknya jangan menanyakan apa-apa kepadaku, karena aku tidak akan memberi tahu kamu."

Satu kalimat ini bisa dikatakan telah membuat hubungan kami yang tidak mudah untuk didekatkan menjadi jauh lagi.

Aikp tampat masih takut bahwa aku belum cukup sedih dan berkata: "Satu lagi, ingatlah satu hal ini, alasan mengapa aku bersedia membiarkan putriku melihatmu, dan aku sekarang bersedia berbicara denganmu dengan tenang, semuanya demi menaruh mukanya Jessi. Aku tidak akan menyerah untuk membalaskan dendam ayahku, karena tidak ada seorang pun di dunia ini yang dapat memperdebatkan kematiannya selain aku. "

Novel Terkait

Pejuang Hati

Pejuang Hati

Marry Su
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Mi Amor

Mi Amor

Takashi
CEO
5 tahun yang lalu
Because You, My CEO

Because You, My CEO

Mecy
Menikah
5 tahun yang lalu
You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu
The Break-up Guru

The Break-up Guru

Jose
18+
4 tahun yang lalu
Demanding Husband

Demanding Husband

Marshall
CEO
4 tahun yang lalu
Asisten Wanita Ndeso

Asisten Wanita Ndeso

Audy Marshanda
CEO
4 tahun yang lalu
Kembali Dari Kematian

Kembali Dari Kematian

Yeon Kyeong
Terlahir Kembali
4 tahun yang lalu