Cinta Dibawah Sinar Rembulan - Bab 202 Aku berhutang dengannya

Tidak tahu sudah berapa lama waktu berlalu, aku perlahan-lahan menjadi sadar kembal. Namun, tubuhku seakan-akan ditekan dengan batu. Badanku yang kaku sama sekali tidak dapat digerakkan. Aku ingin membuka mata, tapi kelopak mataku terasa sangat berat. Aku berpikir mungkinkah aku sekarang sedang berbaring di dalam peti ini, aku sudah meninggal dan arwahku sedang melayang keluar kah? Namun, tubuhku perlahan-lahan sudah mulai sadar kembali. Aku merasa bahwa tanganku sedikit demi sedikit dapat digerakkan, dan kelopak mataku juga tidak berat lagi. Disaat ini, aku membukakan mataku dan melihat sebuah warna putih.

Kamar ini terasa sangat familiar bagiku, karena semua kamar ruangan pasien berada disini. Tampaknya aku sangat beruntung dapat sekali lagi diselamatkan oleh orang lain, tapi aku tidak tahu siapa yang telah menyelamatkanku. Mungkinkah dia adalah orang yang sedang dicari bos yang berada dibelakangnya Felicia itu? Saat memikirkannya, aku malah sedikit berharap atas kemunculannya.

Sejujurnya, aku sebenarnya berani untuk meloncat kebawah. Juga karena aku ingin memaksak dia keluar, karena aku selalu merasa bahwa dia pasti sedang diam-diam menatapku dari belakang. Dibawah sadar, aku merasa bahwa dia tidak akan membuatku kena masalah. Namun, yang tidak diduga olehku adalah saat aku ditembak dan jatuh ketanah, mataku memandang ke darah segar yang sedang mengalir keluar. Aku merasa bahwa hembusan napasku semakin melemah, dan aku sepenuhnya mulai kehilangan harapan. Disaat itu, aku benar-benar mengira malaikat kematian sedang melambaikan tangannya kearahku. Kali ini, aku tidak akan bisa kabur dari pengejaran dia lagi.

“Sudah bangun?”

Tiba-tiba munculah suara dan membuatku terkejut. Aku langsung memutarkan kepalaku dan melihat sebuah wanita yang sedang berdiri di depan pintuku. Dia sedang memakai atasan kemeja putih, dan di bagian atas kemejanya diikat pita berwarna hijau. Bawahannya adalah celana straight pants yang sedang musim. Bagian bawah celananya sedikit digulung keatas, sehingga menunjukkan pergelangan kakinya yang putih itu dan kakinya memakai sepatu hak tinggi. Secara keseluruhan, orang ini terlihat sangat cemerlang dan cakap, bagaikan seperti bunga yang mekar pada bulan musim dingin, sangat terang dan mempesona.

Rambutnya yang hitam kilat itu dikepang menjadi satu. Kepangngan yang halus itu jatuh dari pundak ke bawah dada. Wajah kecil putih dengan garisan hitam membuatnya terlihat mulus dan mengkilap. Dia berdiri disana, fitur wajahnya yang indah bisa saja melebihi kecantikan dewi bulan.Sekali dia tersenyum, mata dan alisnya pun terlihat sangat indah.

Aku merasa bahwa saat ini hatiku benar-benar kembali berdetak lagi. Aku pun bergumam: “ Jessi? Benarkah itu kamu?”

“Betul, aku adalah Jessi.”

Empat kata ini, malahan membuatku yang berada di dalam dunia gelap menjadi berbunga-bunga.

Aku merasa mataku terasa sedikit panas. Aku ingin menyamarkan diriku dengan senyuman, tapi aku masih tidak dapat mengontrol emosiku, dan sesaat mataku meledak dengan tangisan. Sama sekali tidak terpikirkan olehku bahwa kali ini yang menyelamatkanku adalah Jessi. Aku pun terkejut, cemas dan ada perasaan yang tidak dapat ditahankan. Aku selalu bertekad untuk menjadi laki-laki yang pantas dengan Jessi. Tapi…… aku hanyalah seorang pecundang, dia lagi-lagi telah menyelamatkanku, dia lagi-lagi telah melihat sisiku yang paling memalukan.

Aku berpikir andaikan itu adalah wanita lain, aku khawatir dia akan menganggapku sebagai pria yang tidak berguna, dia akan menganggapku seperti sampah yang akan dibuang. Karena aku sendiri pun berpendapat bahwa aku sama sekali tidak memiliki nilai apapun. Seorang pria yang gagal untuk pertama kalinya, kamu dapat menganggap dia tidak berpengalaman, gagal untuk kedua kalinya, kamu boleh menganggap dia belum cukup dewasa, gagal untuk ketiga kalinya, bahkan untuk keempat kalinya?

Semakin dipikitkan, aku semakin merasa malu. Aku bahkan tidak berani untuk pergi bertemu dengan Jessi, karena aku merasa bersalah terhadapnya pertemuan selama setengah tahun ini, dan malu dengan janji palsu yang telah kuberikan kepadanya.

Jessi perlahan-lahan berjalan kehadapanku, melihatku dan mengedipkan matanya. Dia dengan sedikit nakal berkata: “ Untuk apa menangis? Yang pertama kali berdiri di depanmu saat kamu baru menyadarkan diri adalah aku, bukanlah para wanita penggemarmu itu, makannya kamu sangat kecewa kah?”

Setelah mendengarkannya, wajahku tiba-tiba berubah menjadi merah, aku pun berkata: “Bukan…… ini adalah tangisan kegembiraan. Tidak boleh kah aku merasa bahagia dengan dewi yang tiba-tiba turun dari langit dan sedang berdiri didepanku?”

Saat Jessi mendengarkannya, dia mengangkat alis matanya, sepasang matanya berubah menjadi licik dan berkata: “ Yakinkah ini karena kamu bahagia melainkan bukan karena kamu merasa malu, karena aku aku telah melihat sisi dilemamu ini?

Saat aku mendengar kata ini, semua penyamaranku sejenak telah terbongkar. Melihat wanita cerdas yang satu ini, aku pun mulai merasa frustrasi.

Aku pun berpura-pura dan dengan santai berkata: “Mengapa kamu sangat pintar? Tidak tahukah kamu bahwa pria lebih suka dengan wanita yang bodoh? Kamu yang seperti ini dapat menakutkan orang-orang.”

Jessi tiba-tiba mengangkat tangannya dan mengelus kepalaku. Tangannya terasa hangat sehingga membuatku sejenak terdiam. Aku melihatnya, dia sedang berdiri di depanku dengan pandangan lembut dan berkata: “Di depanku, kamu tidak perlu berpura-pura menjadi kuat. Aku lebih memilih kamu untuk tidak menyembunyikan perasaanmu.”

Setelah mendengarkan perkataan ini, mulutku pun jatuh kebawah. Aku perlahan-lahan menundukkan kepalaku, dengan frustrasi berkata: “Maaf, aku lagi-lagi telah mengecewakanmu.”

Jessi mengambil sebangku kursi dan duduk. Dia melihatku dan berkata: “Aku tidak menyalahkanmu, jadi kamu tidak perlu berminta maad kepadaku. Dan sekarang yang terpenting adalah untuk menyimpulkan kembali pengalaman kegagalanmu.”

Aku ingin berkata bahwa Jessi adalah wanita terbaik di dunia yang pandai menyembuhkan luka orang-orang. Tidak peduli betapa sakitnya hatiku ini, dia pun dapat menyembuhkanku dengan dua-tiga katanya.

Aku menganggukkan kepalaku dan memikirkan kembali ke masalah yang terjadi di Nan Jing dan berkata: “Aku mungkin terlalu menyombongkan diriku. kewaspadaanku tiba-tiba menjadi longgar karena sebelumnya beberapa saat hidupku selalu berjalan dengan lancer.”

Sebelum aku menaik derajatku di dunia ini, aku hanyalah seorang pecundang dan orang yang hina demi melanjutkan kelansungan hidupku. Karena aku sama sekali tidak pernah merasakan pernah menguasai semua situasi, makannya saat aku menggenggam banyak kekuasaan di tanganku, saat kartu bank ku angkanya sangat banyak, aku pun mulai meninggikan diri sendiri, berpikir bahwa aku dapat menangani situasi tersebut dan ditambah dengan bantuan orang-orang berkuasa seperti Govy. Aku berpikir bahwa diriku dapat berjalan lurus di Nan Jin, tapi aku lupa bahwa aku juga memiliki kelemahan.

Seorang pria yang selalu memiliki kelemahan tidak dapat berjalan lurus kecuali dia benar-benar memiliki kemampuan untuk menguasai dunia ini. Membiarkan orang-orang mengetahui kelemahannya, tapi tidak dapat menggemparkan hatinya.

Jessi menganggukkan kepalanya dan berkata: “Baguslah kamu mengetahuinya. Sebuah pepatah berkata, ‘kemalangan adalah dasar dari berkah; berkah adalah dasar dari kemalangan’ . Ini layak mengajarkan kita bahwa kita seharusnya ‘hidup dengan damai sambil memikirkan bahayanya’, semua ini sungguh masuk akal. Alwi, kamu masih sangat mudah. Jika kegagalanmu kali ini dapat membuatmu mengingat perkataan dari kalimat ini, kekalahanmu tidak terhitung rugi.”

Setelah beberapa jeda, dia berkata: “Tentu saja, aku pun bertanggung jawab atas kegagalanmu yang kali ini. Aku sebenarnya ingin Govy untuk membantumu, tapi tidak terpikirkan olehku bahwa itu semakin mengintensipkan hati terdalammu dan membuatmu jatuh ke dalam medan ini.

Aku pun menggelengkan kepalaku dan berkata: “ Bagaimana mungkin bisa? Aku tidak menyalahkanmu. Kamu sebenarnya melakukannya demi kebaikanku, aku sangat jelas mengetahuinya dan sangat berterima kasih kepadamu. Bagaimana mungkin aku tanpa sadar pergi menyalahkanmu?”

Jessi tersenyum memandangku. Dia berdiri, pergi menuangkan segelas air dan menyodorkannya kepadaku. Aku mengucapkan terima kasih dan dalam sekali teguk menghabiskan minumannya, dimana membuatku terasa seperti telah hidup kembali.

Setelah selesai meminumkannya, Jessi bertanya apakah aku masih ingin minum lagi. Aku menggelengkan kepalaku, merasakan kehangatan dari kelembutannya dan berkata: “Terima kasih, tapi, bagaimana caranya kamu menyelamatkan aku? Aku ingat bahwa aku telah ditembak mengenai jantungku.”

Pandangan mata Jessi sedikit mendingin, dia mengerutkan alisnya dan berkata: “Aku mengatakannya pun kamu juga tidak akan mempercayainya. Malahan, aku menerima sebuah pesan dari orang asing dan pergi untuk menjemputmu. Disaat itu, kamu dibawa seperti sebuah mayat dan dimasukkan ke mobil oleh anak buahnya Gunawan yang sudah siap untuk membuangmu ke hutan belantara. Aku dalam setengah perjalanan menghentikkan mobil itu dan membawamu sampai ke sini.”

Aku berkata bahwa Gunawan adalah orang yang sangat berhati-hati. Mengapa dia tidak memeriksanya dengan teliti? Juga tidak melihat bahwa aku sungguh-sungguh telah meninggal atau tidak, masih dengan sekali napas membuangku keluar.

Jessi dengan ringan berkata: “kamu kira jika bukan karena dia tidak memastikan kamu sudah meninggal, dia, si Gunawan akan dengan tenang memberimu ke tangan anak buahnya untuk membereskanmu? Walaupun dia dapat melakukannya, Johan pun juga tidak akan melakukannya.”

Aku dengan bingung menanyakan Jessi maksud dari perkataannya. Mungkinkah aku benar-benar telah meninggal? Namun bagaimana caranya aku bisa hidup sekarang?

Jessi tiba-tiba terlihat misterius berkata: “Itu karena aku menggunakan sihir untuk membangkitkan mayatmu.”

Aku dengan tidak percaya memandangnya dan berkata: “Benaran kah?”

Dia tertawa kecil dan berkata: “Tentu saja ini bohongan. Hanya kamulah si bocah yang masih mempercayai hal-hal seperti hantu dan dewa."

Aku tidak menyangka bahwa dewi Jessi juga bisa bercanda seperti ini. Aku ingin menangis tanpa air mata dan berkata: “Jessi, apakah keluargamu tahu bahwa kamu sungguh lucu? Dan satu lagi, aku bukanlah seorang bocah. Jangan lupa bahwa umurku dan umurmu itu sama.”

Jessi tersenyum dan berkata: “Aku bilang kamu ini seorang bocah, maka kamu ini adalah bocah.”

Aku sungguh-sungguh telah dibuat kalah olehnya, tidak memiliki cara lain dan berkata: “Baiklah, baiklah, yang terpenting dewi Jessi senang. Jadi cepat beritahulah aku, bagaimana aku bisa ‘hidup kembali dari kematian’?”

Jessi dengan pelan berkata: “Didalam dunia medis, terdapat sebuah obat yang dapat membuat detak jantung seseorang berhenti sejenak, sedikitpun tidak memiliki tanda-tanda kehidupan. Jika dikatakan terus-terang adalah kematian bohongan, dan di dalam tubuhmu adalah obat seperti ini. Untuk tambahannya, peluru tersebut tidak mengenai jantungmu,tapi meleset, makannya kamu saat itu hanya kehilangan banyak darah dan pingsan. Tapi karena efek dari obat itu, bisa dikatakan bahwa mereka mengira kamu telah meninggal dunia. Saat aku buru-buru kemari, pas sekali aku menyelamatkanmu. Pada saat itu, efek obatmu pun sudah selesai. Namun, begitu serius tahap pingsannya, bisa juga dikatakan bahwa kamu telah berjalan kembali dari pintu kematian.”

Setelah mendengarkannya, aku pun sangat terjekut dan berkata: “Jadi maksudmu adalah si penembak sama sekali tidak membunuhku. Tidak hanya itu, dia mungkin saja menyuntikkan obat pura-pura meninggal ke dalam tubuhku, membuatku lolos dari pemeriksaan Gunawan, makannya aku berhasil kabur dari ajang kematianku dan diselamatkan olehmu?”

Jessi menganggukkan kepalanya, bisa dikatakan seperti demikianlah artinya.

Aku tidak dapat mempercayainya dan berkata: “Jika benar demikian, mengapa orang-orang ku tidak berani membantuku dan melakukan hal demikian?”

Jessi setengah mengerutkan alisnya, tersenyum kearahku dan bertanya: “ Kamu pikir siapa yang mungkin dapat menyelamatkanmu, tapi juga tidak berani berterus terang menyelamatkanmu?”

Aku tidak tahu mengapa, senyumannya mangarah ke rambutku. Aku pun terdiam sejenak, sebuah wajah dingin terlintas di benakku, aku pun dengan hati-hati bertanya: “Mungkinkah itu…… Claura?”

Jessi menganggukkan kepalanya dan berkata: “Tidak salah lagi, itu dia. Aku merasa dialah yang memberitahuku untuk pergi menjemputmu. Bisa juga dikatakan, dia ingin menyelamatkanmu, namun dia juga takut dengan Gunawan, makannya dia dapat memikirkan cara yang bodoh ini. Dia sebenarnya juga tidak yakin apakah kamu dapat hidup dan hanya dapat bertaruhan.”

Setelah mendengarkannya, dalam waktu lama hatiku tidak dapat merasa tenang. Bagaimana mungkin aku tidak berkepikiran bahwa Claura telah melakukan banyak hal di belakangku, tapi kita jelas-jelas masih saling memiliki dendam. Mengapa dia rela melakukan hal ini demi diriku?

Jessi terlihat seakan-akan dapat membaca pikiranku dan berkata: “ Cinta dan dendam seorang wanita itu sungguh tidak masuk akal. Dia dalam satu detik mungkin ingin membunuhmu, dalam detik selanjutnya dapat dengan mudah hatinya digerakkan olehmu, dan ingin dengan sungguh-sungguh mencintaimu. Makannya, kamu tidak perlu menggali terlalu dalam. Kamu hanya perlu tahu apa yang terlah dilakukan wanita ini untukmu dan bagaimana kamu memperlakukan wanita ini sudah cukup.”

Aku menarik napas dan berkata: “ Aku berhutang nyawaku dengannya. Apa yang telah diperbuat olehnya tidak sebanding dengan kebaikkannya kepadaku, makannya aku berhutang banyak dengannya.”

Saat memikirkannya, aku tiba-tiba merasa khawatir kepadanya. Aku berpikir Gunawan tidak mungkin tidak tahu permainan yang telah di mainkkannya di dalam kamar pasien. Aku sungguh takut bahwa dia akan menyalahkannya. Walaupun dia adalah putri kandungnya, andaikan dia marah,ada kemungkinan untuk menindaskannya bukan?

Jessi saat ini lagi-lagi berkata: “Aku lupa memberitahumu, Felicia mereka orang mengira bahwa kamu telah meninggal dunia. Dan pemakamanmu telah dilaksanakan setegah bulan yang lalu.”:

Novel Terkait

Wahai Hati

Wahai Hati

JavAlius
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Si Menantu Dokter

Si Menantu Dokter

Hendy Zhang
Menantu
4 tahun yang lalu
 Istri Pengkhianat

Istri Pengkhianat

Subardi
18+
4 tahun yang lalu
Lelaki Greget

Lelaki Greget

Rudy Gold
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Don't say goodbye

Don't say goodbye

Dessy Putri
Percintaan
5 tahun yang lalu
Sang Pendosa

Sang Pendosa

Doni
Adventure
5 tahun yang lalu
The Comeback of My Ex-Wife

The Comeback of My Ex-Wife

Alina Queens
CEO
4 tahun yang lalu
My Lady Boss

My Lady Boss

George
Dimanja
4 tahun yang lalu