Cinta Dibawah Sinar Rembulan - Bab 1076 Budak Istri (2)

Tentu saja, aku bukanlah seorang lelaki yang baik, jadi tidak pernah terpikirkan olehku untuk meninggalkannya, dan juga karena hatiku yang playboy ini, aku tidak pantas untuk mengomentari kehidupan mereka. Hanya saja, aku tidak akan seperti Jay yang membohongi Nyonya Su!

Mungkin pandangan mataku mengganggu Nyonya Su, dia mengerutkan kening dan berkata : “Aku tahu kamu tidak memahamiku, aku juga tidak ingin menjelaskan lagi, aku hanya ingin memberitahumu, wanita ini bekerja di Panti Asuhan Bethani sebagai seorang guru, aku mencurigainya dia mengetahui sesuatu, mungkin juga dia memiliki hubungan dengan Bethani yang ada di luar negeri.”

Mendengar Nyonya Su berkata demikian, segera aku menganggukan kepala, dan berkata dengan serius : “Ada kemungkinan, jika demikian, maka aku akan menyuruh orang untuk pergi ke Panti Asuhan Bethani, berjaga-jaga agar wanita ini tidak kabur, dan juga……kemungkinan Jay bersembunyi di sana.”

Selesai berbicara, aku melihat Nyonya Su linglung, aku bertanya : “Nyonya Su, apalagi yang Anda ketahui?”

Nyonya Su menggelengkan kepala dan berkata : “Kamu juga tahu, dia menyembunyikan ini dengan rapat, apalagi yang bisa aku ketahui? Ini semua hal yang aku ketahui, aku tidak tahu apa ini bisa membantumu, kamu pikirkan saja sendiri.”

Aku mematikan pena perekam kemudian menganggukkan kepala, dan berkata : “Baik, aku mengerti, kalau begitu, Nyonya Su, apakah Anda mau ku antar pulang?”

Nyonya Su menggelengkan kepala dan berkata : “Tidak perlu repot-repot, kamu juga tahu, aku sekarang sedang diawasi dengan ketat, walaupun kamu ingin mengantarku, mereka pasti tidak akan mengizinkannya, lagipula, Felicia juga pasti sedang menunggumu.”

Aku menggaruk wajahku dan tersenyum kepadanya, kemudian berkata : “Kalau begitu, aku akan mengantarmu keluar.”

Nyonya Su berdiri dan berjalan keluar, aku membantunya, dia melirikku sekilas dan berkata : “Aku tahu kamu memiliki cinta yang dalam dengan Nona Besar Jessi, aku juga bukan orang yang menyuruhmu untuk melepaskan Nona Besar Jessi, aku hanya berharap kamu memberi sedikit tempat di hatimu untuk Felicia, banyak peduli dengannya, dia gadis yang baik, dia menderita seperti ini semua karena aku.”

Aku berkata : “Anda tenang saja, aku sudah memikirkannya dengan mantap, aku juga sudah bersumpah racun denganmu, dan Anda juga jangan terlalu menyalahkan diri sendiri, aku percaya meskipun dia telah mengetahui hal itu, dia pasti tidak akan menyalahkanmu, jadi Anda jangan merasa bersalah, selain itu, aku akan berusaha sebaik mungkin memohon dengan Atasan untuk mengembalikan kebebasan Anda dan Tuan Muda Govy.”

Seketika mata Nyonya Su memerah, dengan penuh kesedihan, dia berkata : “Govy anak yang baik, jika bukan kamu yang memberitahu aku tentang hal ini, aku selalu berpikir Jay yang memintanya untuk pergi, aku hanya berharap Govy menjaga Felicia dengan baik, aku terlalu naif, terlalu bodoh, aku tidak pernah menyangka, dia tega mencelakai anak kandungnya sendiri, jika dia mengatakan dia membenciku lebih awal, aku juga tidak akan bertebal muka untuk terus mengikutinya, membuat kedua anakku begitu menderita.”

Aku memandang Nyonya Su yang menahan rasa sakit hatinya, dia pasti sudah memikirkan dengan benar, makanya dia bisa begitu membenci Jay, bagaimanapun Govy tidak bersalah, bahkan seekor harimau pun tidak akan memakan anaknya sendiri, Jay benar-benar manusia yang sangat kejam.

Begitu kami keluar dari ruangan, para tentara itu sudah menunggu di sana, Nyonya Su berkata padaku : “Kamu naik saja, aku akan pergi.”

“Baik, Nyonya Su, jaga diri baik-baik ya.” Kataku peduli.

Nyonya Su berkata dengan datar : “Anak baik, kamu bisa memanggilku‘Bibi’.”

Aku menggaruk wajahku dan berkata dengan sungkan : “Aku ingin memanggilmu dengan sebutan itu, tapi aku takut akan menyinggungmu, aku sengaja agar lebih dekat saja denganmu.”

Akhirnya Nyonya Su mengeluarkan senyumnya.

Beberapa tentara itu mengingatkan dia waktunya untuk pergi, setelah melihat mereka pergi, aku pun menelpon Mark dan memberi rekaman itu padanya, dia berkata, dia sudah tahu apa yang harus dilakukan, barulah aku merasa lega dan menutup telpon, kemudian aku berjalan ke atas.

Setelah sampai di ruangan Felicia, aku melihat wajah Felicia yang lesu, meskipun matanya terpejam tapi tetap saja dia tidak bisa menyembunyikan kekhawatiran di dalam dirinya. Mendengar suara pintu terbuka, dia mengangkat matanya menatapku dengan tegang.

Aku tahu dia mencemaskan keadaan Nyonya Su, sambil tersenyum aku berkata padanya : “Kamu tidak perlu khawatir, Bibi baik-baik saja, dia sudah pulang.”

Felicia menghela nafas lega, kemudian dia menunjuk-nunjuk masker oksigennya.

Aku menggelengkan kepala dan berkata : “Tidak boleh, cepat sembuh ya, sayang.”

Aku berjalan dan duduk di dekatnya, dia melihat sikapku yang berubah terhadapnya, ada pancaran suka cita di matanya, dia menatapku dengan lekat, kemudian mengulurkan tangannya dengan malu, dan memandangku dengan sedih.

Aku tahu, dia sedang mengujiku apakah aku benar-benar memutuskan untuk menerimanya. Aku memegang tangannya, tangannya sangat dingin tapi begitu lembut, sama seperti dulu. Aku memegang tangannya kemudian mencium-cium tangannya, dan berkata : “Kak Felicia, aku perlu mengakui suatu hal padamu, ketika aku mengantarmu ke rumah sakit, dan mengatakan aku akan menikahimu, itu hanyalah cara yang nyaman untuk mengelabuimu.”

Felicia menatapku dengan panik, bergegas aku berkata : “Kamu jangan panik, aku belum selesai berbicara, tapi, aku akui di dalam hatiku selalu ada kamu, aku sengaja menjaga jarak denganmu, itu karena aku berusaha membuat diriku untuk melupakanmu dan juga menghilangkan rasa ragu-ragu yang ada di hatiku. Aku akui, aku lebih mencintai Jessi, karena kami berdua telah melewati banyak hal bersama, tapi, perasaanku kepada kalian berdua berbeda. Aku mencintai dia, tapi tidak mempengaruhi dirimu di hatiku.”

“Aku tahu, ini sangat memalukan, tapi karena aku telah memutuskan untuk melakukan hal ini, maka dari itu aku harus berbicara jujur padamu. Kak Felicia, hatiku ada kamu, sekarang aku juga ingin menjalani hidup ini bersamamu, tapi mungkin aku tidak bisa memberimu sebuah status, mungkin kamu akan menderita, mungkin terkadang kamu akan menerima hinaan, kamu tidak perlu menanggung semuanya, kamu bisa memukulku, memarahiku, membenciku, menggigitku, menyalahkanku, meminta kompensasi denganku untuk lebih mencintaimu, kamu tetap bisa menjadi putri kecil yang selalu dibanggakan.”

“Jika kamu bisa menerimanya, maka, kita bisa bersama, tapi jika kamu tidak bisa……”

Tidak perlu menunggu aku selesai berbicara, Felicia segera menggenggam tanganku dan menganggukkan kepalanya.

Aku membelai wajahnya, dan berkata dengan lembut : “Jangan sampai kamu memusingkan kepalamu.”

Dia tersenyum, saking bahagianya dia meneteskan air mata.

Aku berkata : “Terima kasih kamu tidak menolakku, kamu masih terus menungguku, terima kasih Kak Felicia, memilikimu merupakan hal yang paling beruntung di dalam hidupku. Mulai hari ini, jika kamu ingin menciumku, aku tidak akan menghindar lagi.”

Wajahnya memerah, dia mendorongku, aku tertawa, dan menyeka air matanya, dan berkata : “Cepatlah sembuh, mengerti?”

Felicia mengangguk, aku menemaninya sebentar, mengobrol dengannya, menunggu hingga dia tertidur, barulah aku meninggalkan rumah sakit.

Aku berpesan kepada Herdy Deng dan yang lainnya untuk tidak lupa makan, dan juga melapor kepadaku jika terjadi sesuatu, aku pun meninggalkan rumah sakit dan mengendarai mobil ke rumah Paman. Di tengah jalan, aku mampir ke sebuah toko bunga, aku membeli satu buket bunga anyelir dan satu buket bunga mawar, kemudian pergi ke toko perhiasan di sebelah, membeli tiga set perhiasan, kemudian melanjutkan perjalanan ke rumah Paman.

Begitu sampai di rumah Paman, aku mendengar suara tawa seorang anak kecil, segera aku berjalan masuk ke dalam villa tersebut dengan penuh semangat, di waktu yang bersamaan, Pamanku dan yang lainnya juga menyadari kedatanganku.

Begitu sampai di depan pintu, aku melihat Cecilia berlari dengan cepat, ketika dia melihatku kembali, dan dia masih mengenali aku, dengan penuh semangat dia melambaikan tangannya yang gemuk itu, dan memanggilku : “Ayah, Ayah sudah pulang! Ayah sudah pulang!”

Aku sebenarnya ingin memelukknya, tapi kedua tanganku sedang membawa barang, aku hanya bisa memandangnya dengan penuh penyesalan, dia bahkan tidak rewel, dan melontarkan pertanyaan lucu : “Ayah, bunga mawar, untukku?”

Tidak perlu menunggu jawaban dariku, Jessi mengambil bunga mawar itu dari tanganku dan sambil menatapku, kemudian memberinya kepada Cecilia, sambil tersenyum dia berkata : “Benar, bunga yang segar untuk perempuan yang cantik, Cecilia kami yang cantik akan tumbuh menjadi wanita yang cantik, tentu saja sangat cocok dengan buket bunga mawar ini.”

Aku mengangguk dengan cepat dan berkata : “Benar sekali.”

Cecilia tersenyum bahagia, tapi dia kemudian melihat bunga lain di tanganku, kemudian bertanya : “Terus yang itu?”

Aku tertawa, sambil memandangi Ibuku yang berjalan keluar dari dapur, dan berkata : “Bunga anyelier melambangkan cinta abadi kepada seorang ibu, menurut kamu, siapakah yang harus aku beri?”

Cecilia mengubah raut wajahnya dengan penuh keseriusan dia berpikir, dan berkata : “Aku tahu, berikan ke Nenek dan juga Ibu.”

Aku tertawa dan berkata : “Kalau untuk Ibu, kamu yang harus berikan, dan yang ini hanya untuk Nenek, mengerti?”

Cecilia mengangguk dan berkata dengan sopan : “Aku mengerti Ayah.”

Ketika Ibuku mendengar bunga ini untuk dirinya, dengan senyum bahagianya, dia berkata : “Ibu sudah sangat bahagia kamu bisa datang untuk mengunjungi Ibu, kenapa harus repot-repot membeli bunga segala?”

Aku berjalan ke arah Ibuku dan memberikan bunga ini kepadanya, sambil tersenyum berkata : “Jika tidak membelikan bunga untukmu, bagaimana bisa tahu kalau Anda lebih cantik dari bunga ini?”

Mendengar perkataanku ini, Ibuku tersenyum dan berkata : “Anak baik, mulutmu begitu manis.”

“Anak ini punya masa depan, mirip aku.” Celetuk Pamanku.

Ayah dari Ibuku juga tertawa, dan mengangguk, berkata : “Iya, waktu muda ada sedikit mirip, tapi setelah itu sudah tidak mirip dengan putraku lagi, untungnya wanita yang mencintainya bisa kembali.”

Pamanku menjambak rambutnya sendiri, dan berkata : “Ya Tuhan, Ayah, Anda sudah tua, apakah gigimu tidak ngilu membicarakan ini?”

Selesai dia berbicara kami semua tertawa.

Aku bertanya kepada Pamanku : “Di mana Bibi? Susah payah aku ke sini, jangan sampai kamu menyuruhnya bersembunyi? Istri jelek ini harus bertemu dengan mertua kan.”

Pamanku melayangkan sebuah tamparan di kepalaku, dan berkata : “Bocah sialan, kamu ini jelmaan apa.”

Semua orang tertawa, segera aku meminta pengampunan dan Pamanku berkata dengan penuh penyesalan : “Tapi kamu memang kurang beruntung, Bibimu kemarin sudah pulang, padahal dia sudah berencana hari ini kembali, tapi ada sedikit masalah di rumahnya, jadi setengah bulan lagi baru bisa kembali, jika waktu itu kamu masih di Huaxia, mungkin kamu akan bertemu dengannya, tapi aku tahu anak muda sepertimu mungkin tidak tahu pergi ke mana saat itu.”

Berbicara mengenai ini, semua raut wajah berubah menjadi sedih, aku melirik Pamanku seketika, memberinya isyarat untuk tidak membicarakan masalah yang tidak perlu. Pamanku akhirnya tahu dirinya banyak berbicara, dia menggaruk-garuk kepalanya dan berkata dengan sungkan : “Eh..kamu pasti sudah sangat lelah, ayo duduk dan beristirahatlah.”

“Iya, jangan berdiri saja.” Kata Ibuku spontan.

Aku berkata : “Di kardus belakang masih banyak barang.”

Pamanku berkata dengan enteng : “Tidak usah kamu urus, biarkan mereka yang mengangkatnya.”

Selesai dia berbicara, dua orang itu kemudian berjalan keluar mengambil barang itu, Ibuku berkata : “Oh iya, masakanku sepertinya sudah matang.”

Sambil berbicara dia bergegas berjalan ke dapur.

Aku melihat sekeliling, menyadari Aiko tidak ada di sini, aku memandang Jessi, dia berjalan ke arahku sambil memeluk Cecilia, dan berkata : “Dia ada di dapur.”

Seketika aku merasa sungkan, istriku memang sangat pintar, dia bahkan tahu apa yang sedang aku pikirkan.

Tapi, meskipun banyak hal yang ingin aku bicarakan dengan Aiko, tapi saat ini bukanlah waktu yang tepat, jadi aku tidak pergi mencarinya, melainkan bertanya kepada Pamanku, di mana Widya? Pamanku menunjuk ke lantai atas, dia berada di kamar atas, dia bertanya padaku apakah aku mau menjenguknya, aku berkata iya, dan dia mengantarku ke atas.

Ketika hendak ke atas, Jessi tiba-tiba berbicara dari belakang, dia berkata : “Alwi, kamu jangan lupa apa yang aku katakan padamu.”

Nada suaranya yang begitu santai, tapi aku tidak berani melawannya, dengan manut berkata : “Tenang saja istriku, kata-katamu selalu aku ingat dalam hatiku!”

Pamanku tertawa keras, dia berkata : “Kamu ini benar-benar ‘budak istri’.”

Novel Terkait

Step by Step

Step by Step

Leks
Karir
3 tahun yang lalu
The Revival of the King

The Revival of the King

Shinta
Peperangan
3 tahun yang lalu
Loving The Pain

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
4 tahun yang lalu
Mr. Ceo's Woman

Mr. Ceo's Woman

Rebecca Wang
Percintaan
3 tahun yang lalu
Mr CEO's Seducing His Wife

Mr CEO's Seducing His Wife

Lexis
Percintaan
3 tahun yang lalu
Air Mata Cinta

Air Mata Cinta

Bella Ciao
Keburu Nikah
4 tahun yang lalu
Someday Unexpected Love

Someday Unexpected Love

Alexander
Pernikahan
4 tahun yang lalu
My Only One

My Only One

Alice Song
Balas Dendam
5 tahun yang lalu