Cinta Dibawah Sinar Rembulan - Bab 749 Tunggu Aku (1)

Aku bilang wanita yang kusukai, siapapun tidak akan bisa merebutnya.

Kata-kataku memang terdengar sangat sombong, tapi tatapan Joko dan David menunjukkan kasihan kepadaku. Aku tahu mereka tidak merasa diriku bisa merebut Jessi. Ini tidak bisa disalahkan kepada mereka, bukan mereka merendahkanku, tetapi memang perbedaanku dan Vicky terlalu jauh.

Dan pasti ada satu hal yang terpenting, yaitu Keluarga Hu ingin segera memberitahu pernikahan Vicky dan Jessi secara umum, memberitahu bahwa Jessi sudah meyerah padaku. Jadi di mata semua orang, aku hanyalah orang bodoh yang berusaha mempertahankan hubungan ini dan semakin tidak memandang baik hubungan ini.

Aku hanya bisa tersenyum dan tidak menjelaskan semua ini kepada Joko mereka. Meskipun hubungan kita sangat baik, tapi tidak sebaik hingga harus saling berbagi rahasia. Hubungan ‘rahasia’antara aku dan Jessi, juga hanya Dony mereka yang mengetahuinya. Untuk yang lain, aku juga tidak berencana untuk memberitahu.

Joko terbatuk dan berkata,“Alwi, ada beberapa masalah tidak perlu dipaksakan, sebenarnya menyerah juga toleransi bagi diri sendiri, bukan? Kamu akan menemukan yang lebih baik, yang lebih banyak, yang lebih cocok untuk kamu pilih.

Aku hanya tertawa dan berkata, “Tapi aku hanya menginginkannya. Maupun ada yang lebih baik, yang lebih banyak, yang lebih cocok untukku, tapi hatiku hanya terpenuhi olehnya. Wanita yang lebih baik, yang lebih banyak, yang lebih cocok untukku hanyalah peran pendukung. Aku ingin mencari pasangan untuk hidup selamanya, yang menjadi peran utama wanita dalam drama kehidupanku ini. Dan Jessi, satu-satunya peran utama wanita bagiku.”

Seketika ruang tamu menjadi sangat hening. Aku memandang kearah Joko, ia mengguncangkan tubuhnya dan menyentuh tubuhnya yang merinding. Ia bilang, “Alwi, mohon lain kali beritahu dulu kepadaku sebelum kamu ingin mengatakan ucapan yang begitu menggelikan, agar aku bisa menambah satu pakaian lagi.”

Aku menyentuh hidungku canggung dan berkata, “Baik. Tapi Kak Joko, kamu sudah berumur tiga puluh tahun dan belum menikah? Apakah karena mulutmu terlalu bodoh dan tidak bisa mengatakan hal-hal yang manis?”

David mengangguk kepalanya dan berkata, “Kurasa benar alasannya! Joko, cepatlah kamu belajar dengan Alwi untuk membujuk wanita dan bawakan menantu pulang. Aku ingin sekali memiliki cucu!”

Joko memandangku kesal. Suasana hatiku seketika senang, siapa yang menyuruhnya untuk mengataiku. Hei, kamu yang masih lajang saja, berani menertawaiku. Aku akan membalas dendam kepadamu.

Setelah berbincang kemudian, aku melirik waktu dan bangun berkata, “Aku masih ada kerjaan, sampai sini saja ya kita berbicara. Paman David, kalau ada waktu senggang, aku akan datang lagi menjenguk Anda. Lain kali, aku akan menyiapkan hadiah untuk membayar kedatangan tiba-tiba hari ini.”

David terkekeh dan berkata, “Jangan sungkan denganku, Alwi. Sudahlah, kamu pergi lanjut kerja. Joko, antar Alwi keluar.”

Joko berdiri, aku sibuk mengatakan, “Tidak perlu, aku tahu jalan pulang kok. Kak Joko temani Paman David saja minum. Aku pergi dulu.”

Joko juga tidak sungkan denganku dan berkata, “Baiklah, hati-hati dijalan. Hubungi aku kalau ada sesuatu.”

“Baik.”

……

Sejak keluar dari Keluarga Chu, aku hanya merasakan kesegaran. Beberapa hari ini aku selalu sibuk mengurus masalah orang-orang licik. Meskipun beberapa saat aku hanya bertanggung jawab untuk memerintah didalam hotel, tapi itu lebih melelahkan. Semua hal sudah terencana malam ini, sehingga aku bisa menghela nafas.

Aku baru menyadari bulan sangat bulat saat memandang langit malam hari. Aku teringat wajah Cecilia yang bulat dan putih, hingga hatiku tiba-tiba melembut. Aku sangat merindukkan anakku. Ia sudah bisa memanggil Ayah, tapi entah apakah ia bisa memanggilku lagi saat pertemuan selanjutnya.

Kalau dihitung-hitung, Cecilia sebulan lagi sudah mau setahun.

Aku terdiam, tidak sangka setahun berlalu lagi begitu saja.

Samuel berdiri disampingku dan mengatakan, “Kak Alwi, setelah ini kemana?”

Aku melihat waktu dan berkata, “Ke Golden Eagle.”

Samuel mengangguk dan kita naik mobil, menuju Golden Eagle.

Hingga Golden Eagle tutup, aku baru membawa sekotak kue dan pergi dengan puas. Aku kembali ke hotel dan menyuruh Samuel untuk meminta beberapa bahan dari dapur hotel, lalu mulai bereksprimen di kamar.

Kamar VIP hotel ini bisa dikatakan kamar mewah yang disiapkan untukku, bahkan ada dapur yang bisa dipakai setiap saat.

Aku sibuk setengah jam lebih, akhirnya satu meja makan tersiapkan, lalu aku mengeluarkan sebotol anggur dari rak dan menaruhkan kue. Setelah itu, aku baru menghubungi Widya.

Sekarang sudah mau pukul dua belas, alasan memilih waktu ini untuk menghubungi Widya, dikarenakan hari ini adalah hari ulang tahunnya. Sepengetahuanku kepada Larry, ia pasti tidak akan melepaskan Widya dan bagaimanapun harus mengajaknya makan malam, jadi aku tidak menghubunginya, takut ketahuan oleh Larry.

Panggilan berdering untuk beberapa kali, Widya baru mengangkat dan emosinya sangat besar. Ia langsung berteriak marah, “Untuk apa kamu menghubungiku tengah malam seperti ini?”

Huh! Nada bicaranya ini! Jangan-jangan bocah ini kebetulan menstruasi di hari ulang tahunnya, jadi begitu emosi?

Aku tertawa dan berkata, “Widya, emosi sekali. Apakah kamu habis makan obat ya?”

Widya dengan kesal berkata, “Cepat katakan apa maumu, aku mau lanjut tidur.”

Aku berkata dengan terkejut, “Kamu tidur?”

Widya bertanya dengan nada bercanda, “Ada apa? Sudah mau jam dua belas, apa aku harus berjalan sambil tidur selain tidur?”

Berjalan sambil tidur? Bukankah itu tidur juga?

Aku membalikkan mataku dan berkata, “Bukankah kamu ulang tahun hari ini? Ada apa kamu tidur begitu pagi? Aneh sekali, kukira kamu akan merayakan ulang tahunmu dengannya hingga malam.”

Disebrang sana terdiam, aku lanjut bertanya, “Mengapa tidak berbicara? Jangan-jangan Larry sudah tidak menyukaimu?”

“Tidak menyukaiku?” Widya mendecih dan berkata, “Si Larry itu berani tidak menyukaiku? Bahkan aku mengerutkan dahi saja, ia sudah takut aku akan melukai tubuhku. Apakah ia mungkin tidak menyukaiku? Ia sangat mencintaiku hingga ia rela berlutut dihadapanku. Kamu kira semua orang tidak berhati sepertimu?”

Aku mendengar ucapannya yang sedikit janggal dan bertanya, “Apakah kamu sedang menyalahkanku tidak segera menghubungimu untuk merayakan ulang tahunmu, jadi kamu begitu marah?”

Widya hanya tertawa dan berkata, “Alwi, apakah kamu tahu apa yang kamu katakana? Orang yang sepertiku mana peduli kamu mengingat hari ulang tahunku atau tidak. Aku hanya kesal karena kamu menganggu tidur nyenyakku.”

Ia lanjut berkata, “Kamu…menghubungiku untuk mengucapkan selamat ulang tahun kepadaku?”

Aku hanya bisa tertawa. Widya ini mungkin masih tidak tahu, kalau ia melepaskan kewaspadaannya terhadapku, ia akan menjadi orang yang sangat polos. Setidaknya di mataku, ia adalah orang yang langsung, sehingga aku mudah menebak pikirannya. Padahal ia sedang kesal karena aku tidak mengingat hari ulang tahunnya, tapi ia sama sekali tidak ingin mengakuinya.

Sudahlah, kalau ia tidak ingin mengakuinya. Kita juga tidak mengakuinya, kebetulan sudah menyiapkan kejutan untuknya.

Aku tertawa dan berkata, “Iya, hanya ingin mengucapkan selamat ulang tahun kepadamu dan sekalian ingin membahas sesuatu yang penting denganmu.”

Widya tertawa dingin dan berkata, “Sekalian? Kurasa kamu ingin membahas masalah penting, sekalian ingin mengucapkan selamat ulang tahun kepadaku.”

“Hmm…seharusnya jangan dikatakan. Widya, bukankah kamu selalu pintar, mengapa tidak mengerti hal-hal seperti ini?” ujarku dengan tawa.

Widya seperti sedang menahan amarahnya, tapi ia tidak langsung melampiaskannya, melainkan menahannya dan bertanya, “Ada masalah penting apa? Katakanlah.”

“Tidak jelas untuk berbicara dalam telepon, lebih baik kamu datang. Kalau keberatan, aku juga boleh pergi kesana, tapi aku sedang buru-buru untuk keluar…”

Maksud kataku tidak ada waktu untuk pergi ke tempatnya.

Widya berkata dengan kesal, “Aku akan segera pergi. Aku matikan panggilannya.”

Ia langsung memutuskan panggilan. Aku hanya bisa menggelengkan kepalaku tak berdaya dan berpikir apakah aku keterlaluan. Sudahlah, biarkan terjadi begitu saja, lagipula Widya juga akan datang. Kalau ia sudah mau datang, maka kekesalannya juga akan menghilang.

Aku memanggil Samuel datang dan meyuruhnya untuk membawakan seikat mawar kuning untukku. Ia mengerutkan dahinya tidak senang. Aku bertanya, “Ada apa?”

Samuel berkata, “Apakah Kak Alwi harus begitu sibuk demi merayakan ulang tahun Widya?”

Aku tertawa senang dan mengetahui ia masih berprasangka buruk kepada Widya. Aku berkata, “Samuel, kamu adalah orang yang pintar. Pengorbanan yang dilakukan Widya untukku, apakah kamu tidak dapat melihatnya?”

Samuel tidak membalas. AKu lanjut berkata, “Wanita yang sombong sepertinya, demi membantuku, rela berpura-pura didepan lelaki yang ia benci, rela bersama dengan para lelaki yang berprasangka buruk dengannya dan memimpin arena bawah tanah Tianjing dengan baik, serta membentuk daerahnya. Kamu bilang tidakkah aku tertharu dan berterima kasih?”

Samuel menghela nafas dan berkata, “Aku tahu kamu adalah orang yang mudah terharu dan juga tahu wanita itu telah melakukan banyak pengorbanan untukmu, tapi kamu memperlakukannya seperti itu, apakah kamu tidak takut ia ada perasaan padamu atau menyalahpahamkanmu? Kamu begitu pintar, tidak mungkin tidak tahu. Seorang wanita rela melakukan semua ini untuk seorang lelaki, ia tidak mungkin tidak memiliki perasaan kepada lelaki ini. Kamu…memperlakukannya seperti ini, bukankah kamu semakin keterlaluan?”

Aku tertawa. Samuel bertanya kepadaku dengan kesal, mengapa diriku masih bisa tertawa? Aku tahu ia khawatir kepadaku, takut aku akan membuat Jessi marah, juga tahu di mata mereka, hanya seorang Jessi yang diakui sebagai ‘Kakak Ipar’. Sebenarnya hatiku sangat senang, tapi juga merasa tersalahkan, karena aku sama sekali tidak merasakan hal itu dengan Widya.

Aku berkata, “Widya dan aku tidak akan melewati batas itu. Ia adalah wanita yang dapat mengontrol dirinya. Meskipun ia kadang kehilangan kontrol, tapi juga cepat kembali normal. Kamu tenang saja, kita berdua tidak akan terjadi apapun, apalagi ia adalah temanku, orang yang membantuku, orang yang aku berterima kasih. Kalau karena takut ia akan jatuh cinta kepadaku dan menempelku, aku sengaja menjauhinya, aku benar-benar sangat brengsek. Dan juga ia hanya memiliki diriku, teman satu-satunya. Aku tidak perhatian kepadanya, siapa lagi yang perhatian kepadanya?”

Aku berkata, “Lagipula Widya lebih tahu dari siapapun. Aku memperlakukannya seperti ini, karena perasaanku kepadanya sangatlah terbuka. Kamu kira perhatianku dapat membuatnya salah paham? Kamu salah, ini sebaliknya.”

Samuel tidak lagi berbicara, seperti sedang memikir ucapanku. Aku menepuk bahunya bercanda, “Bukankah otakmu berputar dengan cepat terhadap Wita? Mengapa kamu tidak dapat berpikir untuk masalah orang lain?”

Mengungkit Wita, Samuel seketika mematung. Tatapan matanya terlintas kekecewaan. Ia menggelengkan kepalanya dan berkata dengan tersenyum, “Sepertinya aku…yang terlalu bodoh. Tidak sepintar Kak Alwi.”

Aku kira ia begitu kecewa karena ia tidak keburu menyatakan perasaan kepada Wita. Aku menepuk pelan bahunya dan berkata, “Lihatlah kamu begitu lemas saat mengungkit Wita. Cepat belikan aku bunga mawar.”

Samuel tertawa dan berkata, “Baiklah, aku segera beli.”

Setelah Samuel pergi membeli, ia dengan cepat kembali. Aku segera menaruhkan bunga mawar di tengah meja dan mencicipi lauk di meja, karena ditutup sehingga makanannya masih hangat.

Saat ini, terdengar suara sepatu hak dari luar. Aku membuka kotak kue dan menyalakan lilin. Setelah itu, aku mematikan lampu dan membuka pintu, lalu tersembunyi dibelakang pintu.

Suara langkah kaki diluar terhenti, lalu aku mendengar suara bingung dari Widya, mungkin ia bingung mengapa diriku tidak menutup pintu, lalu ia meneriakiku dan mendorong pintu masuk.

Aku membawa kue maju dan menyanyikan, “Selamat ulang tahun, selamat ulang tahun…”

Novel Terkait

After The End

After The End

Selena Bee
Cerpen
5 tahun yang lalu
Diamond Lover

Diamond Lover

Lena
Kejam
4 tahun yang lalu
Blooming at that time

Blooming at that time

White Rose
Percintaan
4 tahun yang lalu
Kisah Si Dewa Perang

Kisah Si Dewa Perang

Daron Jay
Serangan Balik
3 tahun yang lalu
The Sixth Sense

The Sixth Sense

Alexander
Adventure
3 tahun yang lalu
King Of Red Sea

King Of Red Sea

Hideo Takashi
Pertikaian
3 tahun yang lalu
PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

Chantie Lee
Balas Dendam
3 tahun yang lalu
Cinta Pada Istri Urakan

Cinta Pada Istri Urakan

Laras dan Gavin
Percintaan
4 tahun yang lalu