Cinta Dibawah Sinar Rembulan - Bab 189 Panggil Aku Kak Alwi

Musuh tidak bergerak, aku tidak bergerak, musuh bergerak, aku bunuh!

Ketika aku mengatakan kalimat sombong ini, aku merasa diriku sendiri seorang pria muda sangat berbudaya.

Demi menghindari orang hebat seperti Fuiz, aku segera menelepon Govy, bertanya padanya apakah bisa datang kemari, Govy menjawab tanpa ragu: “Setengah jam kemudian, sampai ketemu di gunung bromo.”

Setelah mengatakannya Govy menutup telepon, tindakannya membuatku tersentuh, aku tahu dia membantuku bukan hanya karena demi Felicia tapi juga demi Jessi. Wanita hebat itu, meskipun dirinya tidak berada di Nanjin, tapi aku bisa merasakan angin awan Nanjing berada di genggamannya, selama dia menginginkannya, dia bisa menggerakkan langit dan membuat tanah Nanjin tidak tumbuh apapun.

Mungkin karena aku terlalu mendambakan wanita ini, baru bisa memiliki pemikiran seperti ini. Tapi sekalipun Jessi tidak memiliki kekuatan, dia tetap memiliki pesona membuat orang percaya padanya.

Setengah jam kemudian, kami pergi ke gunung bromo, dua mobil dibelakang tiba-tiba melambat, aku dan Nody saling memandang dan berkata: “Apa yang terjadi? Apakah lawan menyadari kita sudah mengatur perangkap untuk mereka?”

Aku berkata: “Tadi di pusat kota, kita tidak menyadari mereka itu tampak sangat normal, tapi semakin lama mobil semakin sedikit, terutama sekarang, dibelakang kita selain kedua mobil itu sangat jarang ada mobil lain, di ketidaktahuan mereka, lawan pasti mulai curiga. Begini. Kalian berdua pura-pura berkelahi, buang aku turun mobil, lalu bawa mobil pergi, lihat apa reaksi mereka. Jika mereka tidak menyadari rencana kita, pasti akan melakukan sesuatu padaku, jika mereka menyadari rencana kita. Mungkin akan balik, tiba waktunya aku tidak akan bisa mengejar mereka.”

Mendengar ucapan ini, Nody mengerutkan kening dan berkata: “Tidakkah ini terlalu berbahaya?”

Aku menggeleng berkata: “Jika kamu tidak memasuki lubang harimau, bagaimana kamu akan mendapatkan harimau?”

Selesai mengatakannya, teleponku berdering, menampilkan nama Govy, aku tahu dia pasti sudah sampai, aku tersenyum dan berkata: “Terlebih aku tidak berkelahi sendirian, masih ada kalian. Jika mereka melakukan sesuatu padaku, kalian balik kemari tabrak mereka, siapa takut? Iya tidak menurut kalian?”

Melihat aku yang bersikeras, Nody hanya bisa menghentikan mobil, aku melompat keluar dari mobil, lalu menggulung lengan bajuku memarahi mereka, kemudian dua mobil dibelakang sangat tidak menyangka akan terjadi masalah seperti ini, dalam sekejap mereka memperlambat kecepatan. Aku menendang mobil dengan keras dan berteriak: “Enyahlah kalian!”

Selesai melampiaskan amarahku, aku berjalan maju kedepan dan Nody pergi sesuai rencana.

Aku yang sambil berjalan kedepan, sambil waspada pada dua mobil yang berada dibelakangku, aku hanya melihat salah satu mobil berbalik, dan mobil satunya lagi tiba-tiba menginjak gas dengan cepat, bergegas ke arahku, tindakan ini, tampaknya tidak akan puas jika tidak mengambil nyawaku.

Aku menarik nafas dalam-dalam, membuat tubuhku penuh energi, lalu sekuat tenaga melebarkan kakiku menghindar.

Bagian depan mobil menyenggol pahaku lalu menabrak pohon dengan keras, aku menutupi dadaku dan berpikir ini sangat berbahaya, untungnya tadi aku sengaja berjalan dipinggir jalan, aku tahu mereka akan tiba-tiba menabrakku, mereka pasti tidak menyangka aku akan menghindar. Jadi mereka sama sekali tidak punya waktu untuk merespon, mereka hanya bisa melihat mobil melaju kencang ke depan mengarah ke pohon.

Aku melihat ke kejauhan, melihat ada sebuah mobil parkir melintang di tengah jalan, mungkin mencoba untuk memblokir mobil naik ke atas gunung, untuk menghindari adanya orang yang menolongku. Aku menarik nafas dalam-dalam, tampaknya aku terlalu meremehkan IQ sekumpulan orang ini!

Nody dan Sulistio bergegas keluar dari mobil. Berteriak memanggilku, mereka ingin menyetir berbelok kemari, mobil yang parkir melintang ditengah jalan tiba-tiba turun keluar beberapa orang dan dalam sekejap mengepung Nody mereka berdua.

Dan pintu samping mobil didepanku terbuka, aku tidak memberi kesempatan pada lawan, aku segera mengeluarkan sebilah pisau kecil, ketika lawan menunjukkan setengah badannya, aku meletakkan pisau itu dilehernya, orang itu terkaku, aku membuka pintu dengan kejam, menendang perutnya dengan sadis, dalam sekejap dia terduduk dimobil, aku marah dan langsung menyayat lutut orang itu, orang itu berseru kesakitan, menutupi kakinya dan tidak berani bergerak, pada saat yang sama, tiga orang di dalam mobil sudah melompat keluar mengelilingiku.

Aku memegang pisau sambil bersandar di belakang mobil, menyalakan sepuntung rokok dan berkata: “Kalian serang bersama atau serang satu per satu?”

Seperti kata pepatah, yang keras sangat sulit untuk takut pada yang horizontal, yang horizontal takut mati, melihat aku yang begitu sombong, mereka mengira aku sangat hebat dan tidak berani menyerang dengan mudah.

Dan ketika mereka ragu-ragu, sebuah mobil melaju kencang ibarat hewan buas, bergegas menuju mobil yang parkir melintang. Nody mereka segera menghindar kesamping, yang sial pasti langsung terlindas mati oleh mobil itu, dan mobil hitam itu hancur, bisa dibayangkan betapa cepatnya mobil itu disetir.

Mobil itu tiba-tiba berhenti di depan kami. Mobil pintu ditarik “Boom”, kemudian seorang pria kuat seperti beruang hitam keluar dari mobil, aku merasa ketika kedua kakinya mendarat, rasanya debu mulai berterbangan.

Begitu dia turun, dia memberi rasa penindasan yang kuat pada orang lain. Dia adalah Govy.

Aku menghembuskan lingkaran asap, menyipitkan mata dan berkata: “Kak, sang penyelamat, akhirnya kamu datang.”

Aku yakin Govy akan datang, jadi aku baru berani begitu lancang, jika tidak aku tidak akan punya nyali untuk mempertaruhkan nyawa kecilku.

Nody bersemangat seperti memakan pil perangsang, lalu berteriak keras: “Govy, pukul mati semua lalat ini!”

Govy menunjuk oran-orang yang mengelilingi Nody, lalu menunjuk tiga orang yang mengelilingiku dan berkata dengan santai: “Serang sekalian, jangan habiskan waktuku.”

Satu kalimat ini, cukup untuk membuktikan kekuatan dan kepercayaan dirinya.

Sekumpulan orang ini tampaknya terpancing. Tiba-tiba marah bergegas maju menuju kearah Govy, Govy menunggu mereka dengan tenang, ketika orang yang paling agresif datang menyerang di depannya, Govy langsung meraih lehernya dan mengangkatnya, pria itu ingin menendang Govy, tapi Govy memiliki lengan dan kaki yang lebih panjang dari orang-orang biasa, pria setinggi 180cm diangkatnya dan kakinya tidak dapat mencapai Govy.

Govy melempar ‘Badut kecil’ini ke depan, dua orang yang bergegas menyerang kemari ditabrak oleh badut kecil ini hingga terpental jauh, kemudian Govy maju kedepan, dan hanya terdengar suara “Citcit”, aku melihat sepatunya yang menginjak tanah membuat sebuah lubang yang dalam, kekuatan yang mengerikan ini membuat orang bergidik, dan dia tampak seperti semula, ibarat seperti seekor beruang hitam yang menerkam mangsa, dalam sekejap dua orang maju menyerang, tubuhnya bergerak kekiri dahulu, lalu maju kedepan langsung melempar dua orang itu menjauh berberapa meter, menabrak tubuh dua orang lainnya, empat orang ini berguling.

Dalam sekejap mata, tujuh orang jatuh ke tanah dan mereka semua seolah telah mendapat pukulan keras, bahkan merangkak saja tidak bisa, aku menelan ludah disamping, hatiku sangat terkejut.

Memang harus diakui Govy sangat kuat, kekuatan semacam ini benar-benar berbeda dari kekuatan Aiko. Bagaimana mengatakannya, kekuatan Aiko seperti lembah lembut, yang memiliki keindahan seorang kungfu, tapi kekuatan Govy seperti sebuah mesin, kebal, sederhana dan kasar, bagi kami yang seorang pria, kengerian dari kekuatan ini membuat kami sangat kagum dan mendambakannya.

Tepat ketika aku sedang memikirkan hal ini, Govy sudah menyelesaikan tiga orang terakhir dengan mudah.

Melihat orang-orang ini kesakitan ditanah, aku berpikir akhirnya masalah ini bisa diselesaikan, dan pada saat ini, Sulistio menyuruh teman-teman kita turun dari gunung, melihat situasi sudah terkendali, mereka semua tampak terbengong.

Teman-teman ini katanya adalah 20 orang ‘hebat’yang menang dalam kompetisi, karena Sulistio menyuruh mereka berkumpul di tengah-tengah gunung, dan kami berada tidak jauh dari pintu masuk gunung, jadi mereka tidak sempat tiba tepat waktu.

Sulistio dan Nody bergegas mendekat dan bertanya apakah aku baik-baik saja? Aku menggelengkan kepalaku dan berkata tidak apa-apa, Sulistio melambaikan tangan. Dua puluh sekuriti ini bergegas mendatangiku, berbaris, dan berteriak dengan hormat memanggilku “Kak Alwi.”

Aku berkata: “Tengah malam memanggil teman-teman keluar, sungguh sudah merepotkan kalian, ayo, aku traktir kalian minum, sekalian ajak pelatih kalian keluar.”

Aku mengatakannya sambil menelepon Aiko, dia pernah berjanji padaku akan melatih dua puluh orang, dia menepati janjinya. Aku merasa ada pelatih seperti dia, sekalipun seorang idiot pasti akan berlatih menjadi hebat, apalagi orang-orang ‘Elit’ ini.

Semuanya bersorak kegirangan, kemudian aku memberi isyarat agar mereka pergi dengan mobil masing-masing, setelah naik mobil aku mengirim pesan kepada Yesen.

Siapa sangka dalam perjalanan pulang, kami ditahan oleh mobil polisi.

Mobil berhenti, dan seorang pria yang tampak seperti kepala polisi mengerutkan kening dan bertanya: “Siapa Alwi?”

Hatiku merasa ada yang tidak beres, dengan tenang aku berkata aku orangnya, orang itu berkata dengan suara tidak bersahabat: “Turun! Kami curiga kamu berkelahi, merampok, mencelakai orang, silakan turun untuk bekerja sama dengan penyelidikan kami.”

Ugh

Aku tiba-tiba mengerutkan kening dan memarahi kim*k, aku berpikir sejak kapan Johan menjadi begitu licik, kemudian aku berpikir, Anj*r pada dasarnya dia memang sangat licik.

Perlahan-lahan aku berjalan turun dari mobil, Sulistio dan dua puluh teman lainnya juga turun, saat ini kepala polisi mundur selangkah, semua orang memandangnya seperti musuh, satu per satu gugup.

Aku merasa aura mereka sangat lemah. Wajah kepala polisi ini tidak bersinar, wajahnya merah dan berkata: “Jangan kira jumlah kalian banyak sudah hebat, aku beritahu kalian, kalian tidak lain hanyalah sekumpulan gangster, sekumpulan sampah masyarakat!”

Mendengar perkataan ini, kita semua menjadi marah, bahkan ada orang yang mengulurkan tangan ingin memukul mereka, aku langsung memarahi mereka, tindakanku ini membuat kepala polisi itu mengira aku takut padanya, untuk sesaat polisi itu semakin sombong dan berkata: “Untung kalian tahu diri, cepat masuk ke mobil.”

Aku berdiri diam tidak bergerak, kepala polisi itu marah dan meneriaki beberapa kalimat, masih ingin memukulku, saat ini, telepon di sakunya berdering, dia sambil marah sambil menjawab telepon, lalu aku mendengar suara seorang pria yang marah dari telepon, pria itu berkata: “Siapa yang menyuruhmu menangkap Alwi? Dia orang yang bisa kamu tangkap ya? Cepat tarik kembali pasukan, pulang dan tulis laporan!”

Wajah arogan kepala polisi itu dalam sekejap menghilang, lalu memandangku, menunjukkan senyum menawan, dan berkata sambil tersenyum: “Alwi, ternyata ini semua hanya sebuah salah paham.”

Aku tersenyum dingin dan berkata: “Panggil aku Kak Alwi.”

Setelah mendengar ini, kepala polisi itu segera tersenyum menawan dan berkata: “Kak Alwi!”

Novel Terkait

The Gravity between Us

The Gravity between Us

Vella Pinky
Percintaan
5 tahun yang lalu
Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Denny Arianto
Menantu
5 tahun yang lalu
My Charming Wife

My Charming Wife

Diana Andrika
CEO
4 tahun yang lalu
Istri ke-7

Istri ke-7

Sweety Girl
Percintaan
5 tahun yang lalu
Hei Gadis jangan Lari

Hei Gadis jangan Lari

Sandrako
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Rahasia Seorang Menantu

Rahasia Seorang Menantu

Mike
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
Penyucian Pernikahan

Penyucian Pernikahan

Glen Valora
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Awesome Husband

Awesome Husband

Edison
Perkotaan
4 tahun yang lalu