Cinta Dibawah Sinar Rembulan - Bab 703 Mengambil keputusan

Di kursi pengemudi, Nody berucap datar : "sejak berakting sangat melelahkan, kenapa tidak langsung memberitahunya saja? "

Dengan pelan aku berkata : "menghadapinya, aku tidak sanggup mengucapkan kata-kata kejam itu."

"Jadi kamu berharap kalau kamu menyulitkannya, dia akan mundur? Tapi... apa kamu tidak sadar? dia benar-benar tidak ada rencana untuk mundur, alasan mengapa dia datang ke perusahaan, dia ingin meminjam bantuan dari semua orang untuk menekanmu, dia menganggap dia sangat mengerti kamu, mengira bahwa kamu akan menjaga reputasinya didepan semua orang, sehingga tidak mungkin 'menolak'nya, dia ingin menggunakan kesempatan ini untuk mengkonfirmasi hubungan asmara kalian, semua ini sudah membuktikan kalau kamu harus didapatkannya, bahkan dengan cara jahat sekalipun. " Nody mengutarakan analisisnya dengan tenang.

Bagaimana aku tidak tahu apa yang dibicarakan Nody? Sebenarnya, perilaku Felicia telah melampaui bayanganku, tetapi ini juga membuatku semakin yakin akan kecurigaan di hatiku.

Melihatku yang tidak berbicara, Nody mengira bahwa aku tidak tega untuk menyakitinya demi melepaskannya, lalu berkata : "Menurutku, kamu langsung saja katakan padanya kalau kamu tahu dia menyukaimu, lalu katakan padanya dengan jelas bahwa kalian berdua tidak mungkin menjadi pasangan."

Aku kemudian berkata : "Nody, dia seharusnya tidak lupa ingatan, atau bisa dibilang, seharusnya ingatannya sudah kembali."

Nody yang awalnya sedang menyetir, mendengar perkataanku barusan, mobil tiba-tiba bergoyang, agak syok, dia berkata : "mengapa kamu bisa seyakin itu?"

Aku berkata datar : "semalam aku berbaring, memikirkan banyak hal, aku baru sadar ternyata aku telah mengabaikan hal-hal detil."

"hal detil apa?"

Sebenarnya sejak pertama bertemu dengan Felicia, aku mempunyai perasaan yang kuat, bahwa aku dan dia sangat akrab, hanya saja karena dia terlihat biasa saja, jadi aku tidak mencurigainya, namun sekarang setelah kuingat kembali, sebenarnya dia telah menunjukkannya dari awal.

Felicia adalah seseorang yang terlihat ceria dan dermawan, namun sebenarnya Ia adalah wanita yang mampu melindungi diri sendiri, walaupun dia sangat memesona, terlihat sembrono, namun Ia bisa menjaga jarak yang baik dengan pria, tapi, ketika di daerah utara, sikapnya terhadapku sangat mesra, keintiman kami berdua sangat alami, dan tak bisa diungkapkan dengan kata-kata atau di deskripsikan dengan gerakan, perasaan itu adalah perasaan saling bergantung.

Tidak hanya seperti itu, Felicia selalu adalah orang yang pintar, dia dapat membaca situasi, dan sangat mengerti apa yang harus dan tidak seharusnya dia katakan. Namun ketika kami berada di daerah utara untuk menemui Jessi dan Aiko, dia terus-menerus melontarkan pertanyaan yang membuatku merasa sangat canggung, sekalipun Govy sudah angkat bicara untuk mengingatkannya, dia tidak berniat untuk berhenti, pada saat itu aku beranggapan biasa saja, namun sekarang setelah diingat kembali, Felicia memang seperti mempunyai maksud dibalik perkataannya, tujuannya sangat diduga yaitu untuk menguji responku terhadap percintaan, apakah sama seperti dulu.

Disamping itu, ketika tempo hari aku ingin segera membersihkan rumor tentang hubunganku dengannya, dan memberitahunya caranya, dia tidak terlihat senang, bahkan suasana hatinya sedikit memburuk, hal ini membuktikan bahwa Ia sebenarnya sangat menginginkan rumor ini diketahui semua orang, dan dipercayai.

Manusia memang seperti itu, ketika sangat menginginkan sesuatu, mengabaikan banyak hal-hal penting, aku mengabaikan Felicia, tidak, seharusnya begini, aku benar-benar tidak menganggap Felicia sebagai sesuatu yang penting, sehingga begitu banyak hal yang tidak kusadari.

Setelah mendengar analisisku, Nody terdiam, sedangkan hatiku terasa seperti ditekan oleh batu, terasa amat berat. Seandainya Felicia sejak awal tidak pernah amnesia, kenapa dia berpura-pura untuk melakukannya? mengapa pada awalnya Ia tidak ingin mengenaliku, lalu sekarang tiba-tiba ingin melanjutkan asmara yang dulu?

Aku sangat ingin bertanya padanya, menurutku, jawabannya Ia simpan rapat-rapat didalam hatinya, pasti tidak mudah, tapi , aku takut jika aku bertanya padanya, Ia akan bertanya kembali padaku apa aku masih ingat kejadian-kejadian yang pernah kulalui bersamanya, apa aku masih ingat janji yang pernah kuucapkan padanya, sekalipun aku bertindak lebih kejam lagi, menghadapinya yang masih 'memulihkan ingatannya' , akupun tak tega untuk mengatakan lupa padanya.

Terpikirkan akan hal ini, aku menutupi wajahku dengan tangan, aku tahu bahwa aku sekarang sedang menghindar, aku kemudian teringat Jessi, dan Aiko, lalu akhirnya memutuskan, dan mengepalkan tanganku, berkata : "Beri aku waktu beberapa hari, dan biarkan aku berpikir bagaimana menyampaikan padanya dengan jelas."

"Sudah kamu pikirkan baik-baik?" Tanya Nody dengan nada khawatir.

Aku mengangguk-anggukkan kepala kemudian berkata : "aku sudah memikirkannya baik-baik."

Aku tahu, seandainya Felicia tidak mengingat semua kejadian dahulu, aku pelan-pelan masih bisa, membuatnya untuk mengurungkan niat, lagipula jika Ia tidak mengingat hal-hal dulu, sekalipun dia menyukaiku, juga tidak mungkin sudah terlalu dalam, tapi seandainya Ia mengingat kenangan dahulu, bagaimanapun usahaku untuk 'menusuk' jantungnya, dia pasti tidak akan menyerah.

Sehingga aku harus menyampaikan padanya secara jelas, aku sudah menyia-nyiakan beberapa tahun masa mudanya, sudah seharusnya tak kusia-siakan lagi.

Tenggelam dalam pikiranku, tanpa sadar aku akhirnya sampai pada Kuil Jiwa di Gunung Zijin, setelah menuruni mobil, aku lihat Felicia sudah mengenakan topi beret dan masker, Ia melihatku sekilas, lalu pergi ke loket bersama Monika untuk membeli tiket, lalu berdiri tak jauh untuk menunggu kami.

Setelah aku dan Nody membeli tiket, kami pun berjalan dengan posisi depan-belakang dengan mereka menuju Kuil Jiwa, mungkin kejadian tadi di kantor mempengaruhi suasana hati mereka, selama berjalan Felicia selalu menundukkan kepalanya, tidak mengatakan sepatah kata, perawakannya yang tampak lesu membuat hati terasa sakit. Beberapa kali, aku berniat mendekatinya untuk menemaninya ngobrol, mencerahkan suasana hatinya, namun setelah teringat hubungan kami berdua, aku menahannya, mungkin, kali ini aku kejam dan egois, namun aku lebih memilih untuk egois kali ini, menyakitinya pada momen ini, daripada menyakitinya untuk seumur hidup.

Teringat ini, akupun mengeraskan hati, hingga Monicapun tidak ingin memerdulikanku lagi.

Untungnya ada Nody yang terus disampingku, sesekali menghiburku, kalau tidak aku yakin sejak awal aku pasti sudah melarikan diri diam-diam.

Setelah sampai di Kuil Jiwa, kami lihat sekumpulan banyak orang sedang duduk bersila didalam kuil, mendengar seorang bhikkhu sedang melantunkan Buddha dan berceramah, Felicia berkata datar : "Aku mendengar ceramah dari sini sendiri saja, kalian jalan-jalan disekitar sini saja."

Monica berkata :"Aku juga ingin dengar ceramah dari Guru Besar ini, aku temani kamu."

Setelah selesai berbicara Monica memberi sinyal agar aku dan Nody pergi dari tempat itu, kami berdua akhirnya hanya bisa pergi melanglang buana ke daerah lain. Berjalan memutari kuil tanpa arah, lalu ketika aku dan Nody kembali, sebagian besar orang sudah pergi, dari jauh, aku melihat Felicia sedang berlutut di dalam aula kuil, memberi hormat pada figur Buddha, sedangkan Monika duduk tak jauh darinya sambil asik memainkan telepon genggamnya, ketika melihat kami sudah kembali, Ia berkata : "Felicia bilang dia ingin berbicara dengan Guru Besar, kita tunggu disini saja."

"Berbicara?" aku menatap tak jauh dari situ dengan penasaran, tiba-tiba ingin tahu apa saja yang Ia bicarakan pada Guru besar.

Terpikirkan akan hal ini, akupun berjalan kearah aula pemujaan Buddha, Monica hendak menghalangiku, namun Ia dihalangi Nody, Ia kemudian menghela napas, berucap pelan : "ada apa lagi?"

Beberapa bhikku muda melihatku, mereka tidak mengizinkan siapapun untuk mendekati aula tersebut, namun ketika mereka menghampiri, langkah mereka terhalangi oleh pengawalku, memperlancar jalanku yang sekarang tanpa halangan dan membuatku sampai ke depan pintu besar aula, sedangkan Guru Besar yang melihat tingkahku, hanya melirikku sekilas, tidak menghalangiku, namun lirik matanya mengandung arti yang dalam, seperti Ia sudah mengerti semuanya.

Aku berdiri di pintu masuk, mendengar Guru Besar berkata : umat awam Felicia, sudah lama tidak bertemu, kamu masih sama seperti dulu, datang dengan hati yang lelah, bukannya dulu kamu bilang ingin melepaskan sesuatu, belum dilepaskan ya?"

Umat awam adalah panggilan yang sekarang dipakai oleh bhikku untuk memanggil orang biasa, namun dapat terdengar dari gaya bicara guru besar ini, bahwa Ia dan Felicia bukanlah pertama kali bertemu.

Felicia berucap pelan :"Guru dulu pernah bilang padaku, 'Jika ada keinginan disitu ada kepahitan, tidak ada keinginan adalah kebahagiaan, menghancurkan persistensi, adalah 'jalan tidak berkeinginan', namun aku hanyalah orang awam, sekalipun aku tahu aku akan mengalami kepahitan, namun aku tidak bisa tidak berkeinginan, sekalipun aku tahu jika aku melepaskan banyak hal, aku akan merasa lebih penuh, namun aku tetap tak bisa melepaskan. Karena didalam hatiku, ada seseorang, sudah berakar, tertanam sebuah pohon asmara, yang sudah membuatku merasakan sakitnya cinta bertepuk sebelah tangan, pahitnya saling bertemu namun tidak bisa saling mengenal, aku masih saja tidak bisa melepaskannya, aku lupa."

Hatiku sontak tenggelam memasuki lubang yang dalam, dari ucapannya barusan, aku sudah bisa yakin seratus persen akan satu hal, yaitu Felicia benar-benar tidak pernah melupakanku, tak hanya tidak melupakanku, Ia masih diam-diam berada disana, ditempat yang tak dapat kulihat, mencintaiku dalam-dalam. Cinta ini direndahkan, kesepian, dan sangat dalam, ditekan hingga aku tak dapat bernapas, perasaan sesak sontak meliputi hatiku, mata dan hidungku sesak, aku mengeraskan kepalan tanganku, tampaknya hanya dengan cara seperti ini aku bisa tenang.

Guru besar berkata datar : "Umat awam, jika kamu tidak dapat menjalankan apa yang Buddha katakan untuk menganggap dunia ini ilusi, tidak ada gunanya kamu datang menyembah Buddha, Buddha tidak dapat menolongmu, satu-satunya yang bisa menolongmu, adalah pohon asmara dalam hatimu itu, kamu mungkin tidak bisa bersama hatimu, dengan sifatmu, dengan takdirmu, mengapa tidak mendapatkan kelegaan darinya, mungkin itu dapat menjadi awal, atau akhir. "

Felicia berucap pelan : "Maksud Guru Besar lebih baik aku memberitahunya? "

Guru Besar mengangguk-anggukkan kepala, berkata : "Betul."

Felicia tertawa pahit sambil menggeleng-gelengkan kepalanya, berkata : "tidak, aku tidak ingin memberitahunya, sejak awal aku ingin memulai yang baru dengannya, karena sewaktu aku mengenalnya, aku menjijikan, dan sangat jahat, aku sadar bahwa aku tidak pantas bersanding dengannya, terlebih tidak pantas bersanding dengan orang dihatinya, sehingga aku ingin memulai dari awal, tapi aku tak menyangka..."

Aku menggertakan gigiku, lalu melangkahi ambang pintu, berkata : "tapi kamu tidak menyangka, bahwa aku yang dulu jelas-jelas berjanji padamu bahwa aku akan bersamamu seumur hidup, jelas-jelas berutang nyawa padamu, jelas-jelas berutang cinta padamu, namun tanpa ragu menolakmu, mendorongmu, membuatmu kaget karena walaupun kamu mengulang dari awal, tidak ada kesempatan bagimu, benar kan?"

Ketika aku angkat bicara, Felicia tercengang lalu membalikkan badan, lalu ketika dia melihatku, tiba-tiba setetes air mata menetes, pada momen ini, sepertinya seluruh keluh-kesah hatinya Ia tumpahkan, Ia perlahan bangkit berdiri, menatapku lalu berkata, : "Benar."

Aku berjalan kehadapannya, menatap matanya yang penuh air mata, perasaan bersalah bergejolak, hanya saja, seberapa sedih diriku, ada satu hal yang tak dapat kuubah, yaitu aku tidak dapat memberinya, apa yang dia mau.

Teringat hal ini, aku mengeraskan hatiku, lalu berkata : Kak Felicia, terimakasih atas dedikasi cintamu padaku, tapi, maafkan aku.. aku tidak bisa memberi apa yang kamu inginkan, aku yang dulu jahat, bukanlah pangeran,raja atau konglomerat, namun ingin memeluk kiri-kanan, setelah melewati perjalanan jauh aku baru tersadar, kasih dapat dibagi rata pada banyak orang, hanya cinta yang satu-satunya, maafkan aku, aku sudah memberikan cintaku pada Jessi, aku tidak bisa membaginya padamu, jangan buang waktu pada orang brengsek sepertiku."

Novel Terkait

Kakak iparku Sangat menggoda

Kakak iparku Sangat menggoda

Santa
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Gadis Penghancur Hidupku  Ternyata Jodohku

Gadis Penghancur Hidupku Ternyata Jodohku

Rio Saputra
Perkotaan
4 tahun yang lalu
CEO Daddy

CEO Daddy

Tanto
Direktur
4 tahun yang lalu
Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Jasmine
Percintaan
4 tahun yang lalu
Kamu Baik Banget

Kamu Baik Banget

Jeselin Velani
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
My Cold Wedding

My Cold Wedding

Mevita
Menikah
4 tahun yang lalu
Nikah Tanpa Cinta

Nikah Tanpa Cinta

Laura Wang
Romantis
3 tahun yang lalu
Pergilah Suamiku

Pergilah Suamiku

Danis
Pertikaian
3 tahun yang lalu