Cinta Dibawah Sinar Rembulan - Bab 57 Kamu Tidak Layak Untuk Tahu

Aku bilang aku sudah punya ide. Aku meminta Felicia untuk menunggu kabar baik dariku. Dia mengangguk, dan memegang tanganku dengan sedikit khawatir dan berkata "Adik, aku akan menunggumu kembali."

Aku mengangguk, hati ku terasa hangat, aku merasa ada seseorang yang menungguku pulang itu adalah hal yang baik.

Rumah? Berjalan menuruni tangga, aku menatap rumah yang terang itu, dan hatiku sedikit gelisah.

Aku menarik kembali pikiranku, aku pergi ke warung pinggir jalan untuk membeli topi dan masker, aku juga membeli kaca mata. Setelah memakainya, aku pergi ke bank dulu untuk mengambil sedikit uang, dan kemudian pergi ke bar Benz, menghindari keramaian, aku langsung naik ke lantai 3, pelayan membawaku ke sebuah ruangan, Aku menaruh seluruh uang di tas ku ke atas meja dan berkata: "Panggil bos kalian kesini."

Pelayan itu tersenyum menawan dan menyuruhku untuk menunggu. Setelah beberapa saat, Bibi Reza masuk. Dia mengenakan cheongsam merah dengan bagian punggung yang terbuka sampai ke pinggul, ia mengenakan sepatu hak tinggi, berjalan lenggak-lenggok, dengan sebatang rokok ditangannya, ia tersenyum dan berkata: "Bos, gadis apa yang kamu sukai? Semua gadis di tempat kami semuanya cantik-cantik. "

Bibi Reza sangat jelas tidak mengenali ku, aku berkata: "Apakah ada yang secantik bibi Reza?" Setelah mengatakannya, aku membuka masker, melepas topi dan kacamata ku.

Bibi Reza menatapku dengan terkejut. Aku bangkit dan mengunci pintu. Firasatnya sangat kuat, setelah beberapa saat, ia tersadar dan berkata sambil tersenyum: "Oh, ternyata Alwi, kenapa? Apakah kamu mau menghabiskan uang malam ini dengan aku? Aku tidak keberatan, aku khawatir kamu yang begitu kecil ini tidak mampu untuk itu. "

Wajahku tiba-tiba terasa terbakar, aku menyentuh hidungku, dan berkata: "Bibi Reza kamu dalam hal itu memang sangat hebat, anak ingusan sepertiku ini tidak memiliki keburuntungan untuk itu."

Setelah mendengar itu, Bibi Reza terkikik, ia berjalan datang dan mengelus depan dadaku, ia menatapku sambil mengangkat alisnya dan tersenyum: "Oke, kamu sudah berani menggodaku, tidak heran semua orang mengatakan orang bisu berpura-pura bodoh, sebenarnya ia tidak hanya bisa berbicara tetapi ia juga bisa menggigit orang. Hari ini, aku telah melihatnya. "

Berbicara sampai disini, nadanya bicaranya berubah dan ia berkata sambil tersenyum: "Katakan lah, apa tujuan mu datang ke sini?"

Aku juga tidak bertele-tele dengan Bibi Reza lagi, dan langsung berkata: "Bibi Reza, aku datang ke sini untuk membicarakan tentang kerja sama denganmu."

Bibi Reza berjalan dan duduk di sofa, bertanya kepadaku kerja sama apa?

Aku pergi ke sampingnya dan duduk, tetapi aku agak menjaga jarak dengannya, aku berkata: "Bibi Reza, aku ingin menggantikan posisi bang Badui. Aku berharap kamu dapat membantu ku."

Bibi Reza tersenyum, dan kali ini senyumnya agak dingin. Dia berkata: "Mengapa aku harus membantu mu? Bang Badui dan aku sudah bisa dibilang teman lama, dan bukannya kamu memiliki latar belakang dan kekuasaan yang kuat? Apakah kamu masih membutuhkan bantuan ku?"

Aku sudah tahu Bibi Reza akan mengatakan ini. Dia adalah wanita yang sangat cerdas dan tidak akan melakukan apa pun yang bisa membuat dirinya merugi. Jika dia tahu bahwa aku tidak memiliki apa-apa, dia pasti akan segera menelepon bang Badui dan dia tidak akan membantuku.

Aku berpura-pura berkata dengan serius: "Pria sejati, hanya mengandalkan kedua tangannya sendiri untuk melakukan segala hal, yang selalu menggunakan kekuasaan untuk melakukan suatu hal, apakah dia bisa disebut pria sejati?"

Bibi Reza menatapku dengan curiga, jantungku berdegup kencang, karena aku takut dia akan sadar bahwa aku sedang berbohong padanya, aku minum seteguk, lalu aku terus berkata: "musuhnya- musuh adalah teman, aku dan bang Badui pernah bertengkar, Bibi Reza, kamu juga tidak senang dengannya, kita bergabung untuk menyingkirkannya, kamu dan aku saling menguntungkan. "

Bibi Reza menyentil abu rokoknya, tersenyum dan berkata: "Kapan aku bermusuhan dengan bang Badui?"

Aku berkata: "Bibi Reza, kamu tidak perlu berpura-pura lagi, aku bisa melihatnya. Setiap kali ia meletakkan tangannya di dada mu, tubuh mu akan condong ke belakang. Ini menunjukkan kamu menolak sentuhannya, dan dia memperlakukanmu sangat tidak sopan di depan orang, apalagi jika kalian berdua bersama. "

Wajah Bibi Reza agak sedikit canggung. Dia sepertinya memikirkan tampang bang Badui yang tersenyum padanya dengan gigi kuning dan mengambil keuntungan darinya. Matanya penuh dengan kejijikan. Melihatku menatapnya, dia terbatuk dan memadamkan rokoknya, ia berkata tidak menyangka aku memperhatikannya dengan begitu detail.

Aku merasa lega, sebenarnya aku mengatakan ini hanya sekedar taruhan. Jika Bibi Reza tidak keberatan akan itu, maka hari ini aku datang kesini dan akan pulang tanpa hasil. Aku agak meremas tanganku yang basah dan berkeringat itu, lalu aku berkata: "Bibi Reza, kamu adalah wanita yang hebat dan pantas dihormati."

Kata-kata ini tidak diragukan lagi sangat berguna, aku melihat ekspresi wajahnya bibi Reza sangat gembira, lalu aku berkata "Jika kamu dapat membantu ku menyingkirkan bang Badui, kelak, kamu tidak hanya memiliki hak untuk berbicara di lantai 3, di lantai 2 di lantai 1 pun kamu juga akan memiliki kuasa. Tidak hanya itu, aku dapat memberikan semua dividen ku, aku hanya akan mengambil gaji pokok, yang cukup untuk kehidupanku sehari-hari saja. "

Mata Bibi Reza berbinar dan dia berkata: "Kamu tidak mau uang?"

Aku menganggukkan kepala dan berkata dengan serius: "Yang aku butuhkan bukanlah uang, tetapi kesempatan emas. Bar Benz hanya lah batu loncatan bagi ku. Kelak, setelah aku akan benar-benar berkuasa, Bibi Reza, aku akan mengingat kebaikan mu."

Setelah aku selesai berbicara, Bibi Reza bertepuk tangan dan berkata dengan puas: "Oke, melihat mu yang sangat manusiawi dan begitu berani, aku akan membantumu sekali. Tetapi kamu coba katakan, bagaimana caraku untuk membantumu? "

Memenangkan Bibi Reza itu artinya sudah setengah dari kesuksesan rencana ku. Aku sangat senang, tetapi aku tidak berani menunjukkan nya sedikitpun. Aku mengatakan aku sudah punya ide, tetapi metodenya berisiko dan radikal, dan mungkin harus membiarkan Bibi Reza menderita untuk terakhir kalinya.

Bibi Reza merapikan bajunya, payudara nya yang putih mengguncang mata. Dia berkata: "Jika kamu berani mengatakannya, maka aku berani melakukannya."

Lalu aku memberi tahu rencana ku pada Bibi Reza. Setelah mendengarkannya, dia menatap mata ku dengan tatapan kaget dan kagum, dia berkata dia hampir tidak bisa mengenali ku. Apakah aku adalah pengecut yang waktu itu?

Tidak menunggu ku berbicara, dia mengambil sebatang rokok lagi, aku segera duduk didekatnya dan membantunya menyalakannya, dia mengambil napas dalam-dalam dan mengeluarkan lingkaran asap rokok ke arah ku, itu membuat ku terbatuk. Dia tertawa terbahak-bahak seketika, tubuhnya yang bergerak seperti ular kulit bunga yang ingin menggigit orang.

Setelah Bibi Reza tertawa cukup, ia meletakkan tangannya yang ramping di pangkuanku. Dia adalah seorang wanita paruh baya yang berpengalaman, aku hanyalah seorang anak muda yang tidak berpengalaman dalam hal itu. Bagaimana aku bisa menahan kontak seperti itu, aku langsung mundur beberapa langkah, itu membuatnya tertawa lagi dan ia berkata "Kamu tunggu sebentar, aku akan memberimu kabar baik dalam waktu 20 menit."

Menurutku 20 menit itu tidakkah terlalu pendek? Bibi Reza tersenyum sinis, lalu berkata: "Benda yang ada di celana bang Badui tidak sekuat jari tangan, 20 menit, itu sudah cukup lama. Jika bukan ingin mencari tahu sesuatu darinya, dalam waktu 2 menit aku sudah akan membuatnya kehilangan armor dan melucuti senjatanya, membuatnya kalah total. "

Sial, kata-kata Bibi Reza ini terlalu jujur, aku tidak bisa menahannya. Ini juga perbedaan antara dia dan Felicia. Felicia genit, tetapi ia polos, ia menawan, ia paling-paling bisa disebut sebagai rubah kecil(wanita penggoda), tetapi Bibi Reza berbeda, seluruh tubuhnya penuh dengan aura kegenitan, tidak diragukan lagi ia adalah rubah tua yang berpengalaman yang dapat membuat seorang pria ingin naik ke perutnya pada pandangan pertama.

Setelah keluar, dia kembali dalam waktu 20 menit dan ia mengunggah sebuah rekaman suara ke ponsel ku, lalu berkata: "Ada sebuah kejutan, bang Badui benar-benar berencana untuk mengikuti Nichkhun."

Aku berkata "Ini tidak heran, bang Badui selalu ingin mencoba naik pangkat. Bar kecil tidak bisa memuaskannya sama sekali, dan Nichkhun tidak sama dengan bos besar kalian. Begitu Nichkhun menjadi pemimpin, ia akan menjadi pemimpin keluarga Yang(marga). Kelak dialah tuan di keluarga Yang, tetapi bos besar kalian, ia ditakdirkan hanya menjadi seperti ini saja dalam hidupnya, selain dari clubhouse yang terlihat megah ini, bar nya yang lain tidak layak disebut, bang Badui mengikutinya, paling tidak ia tidak perlu khawatir tentang kehidupannya sehari-hari, tetapi ia tidak akan ada keberhasilan apapun."

Bibi Reza tersenyum, ia tiba-tiba mengulurkan tangannya dan menikam daging di pantatku, lalu berkata: "Kamu bocah kecil, tidak disangka bisa sepintar ini. Tidak heran kamu menyuruhku untuk membicarakan itu dengannya, ternyata kamu sudah mempersiapkannya sejak lama."

Dengan rendah hati aku mengatakan bibi Reza sudah memuji ku secara berlebihan, dan tangannya masih terus berjalan ditubuhku, dapat dilihat bahwa wanita paruh baya ini tidak dilayani dengan nyaman oleh bang Badui, aku merasa canggung dan bertanya kepadanya apakah dia tahu di mana Dony Yun berada?

Bibi Reza berkata dia baru saja memanggil bawahannya untuk menelepon Dony Yun dengan alasan ingin melapor padanya. Dia sekarang berada di "Splendid".

Aku berterima kasih pada Bibi Reza, mengenakan topi ku, dan meninggalkan bar.

Splendid adalah klub hiburan paling maju di Nanjing, itu mirip dengan "dunia selestial" di Beijing yang terkenal. Para wanita di sana semuanya adalah gadis-gadis berpendidikan tinggi. Mereka terlihat cantik dan memiliki tubuh yang seksi. Dengar-dengar biaya semalam sepadan dengan harga tidur dengan model, dan beberapa bahkan lebih mahal. Yang lebih mengerikan adalah para wanita muda itu menggunakan cara yang terbaik di tempat tidur orang kaya di malam hari. Di siang hari, mereka berjalan di jalan dengan pakaian yang indah, bahkan mereka memiliki pekerjaan mereka sendiri, menjadi dewi**dalam hitungan menit.

Tiba-tiba aku teringat sebuah kalimat: "Dewi orang miskin, kendi orang kaya", ini benar-benar semboyan zaman sekarang.

Setelah meninggalkan bar, aku pergi dengan menaiki taksi, Di mobil, aku mengeluarkan ponsel ku, memakai headset, dan membuka rekaman Bibi Reza dan bang Badui. Terdengar suara-suara keras dari headset, ditambah lagi teriakan seksi Bibi Reza, tiba-tiba aku merasakan api menyala di tubuhku.

Bibi Reza melakukan itu sambil berkata: "Bang Badui, apakah kamu benar-benar ingin bekerja dengan Nichkhun?"

Bang Badui berkata dengan suara serak: "Ya, mengikuti Nichkhun benar-benar tidak ada harapan, dan aku sudah lama bersamanya, dia menolak memberi ku lebih banyak bar, dan dia sangat jelas tidak ingin menggunakan ku. "

Berbicara tentang ini, bang Badui tersenyum canggung dan berkata: "Jika bukan karena kamu berada di sini, aku juga malas untuk tinggal, Apakah kamu ingin pergi bekerja dengan Nichkhun bersamaku?"

Ketika bang Badui mengucapkan kata "bekerja", dia dengan sengaja mengatakannya agak keras, lalu ia berhenti, dan terengah-engah, ia seperti seekor sapi tua yang tidak punya energi lagi.

Bibi Reza berkata dengan pelan: "Aku tidak mau. Aku sudah terbiasa tinggal di sini, dan aku tidak suka Nichkhun. Jika dibandingkan, bos besar kita jauh lebih imut."

Rekaman tiba-tiba berhenti. Pada saat ini, mobil telah berhenti di pintu masuk Splendid. Aku turun dan berjalan masuk kedalam, karena tampangku terlihat miskin, jadi begitu aku muncul, terlihat pandangan penghinaan dimata orang-orang disana, aku tidak peduli dan aku langsung pergi ke konter untuk menanyakan pada mandor dimana Nichkhun, mandor berkata dengan nada bicara yang tidak baik: "Di mana Tuan dony yun, apakah orang sepertimu punya hak untuk menanyakannya?"

Setelah melewati banyak hal, wajah ku sudah menjadi sangat tebal, dan aku sengaja dengan tenang berkata: "Mata anjing hanya melihat orang dengan hal-hal rendahan, apakah kamu tahu siapa aku?"

Mungkin karena aku memiliki aura yang terlalu mengerikan, membuat mandor terkejut, ia melunakkan nada bicaranya dan berkata: "Maaf anda siapa?"

Aku melambaikan lengan bajuku dan berkata dengan dingin: "Kamu tidak layak untuk tahu!"

Novel Terkait

My Charming Lady Boss

My Charming Lady Boss

Andika
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Adore You

Adore You

Elina
Percintaan
4 tahun yang lalu
Wonderful Son-in-Law

Wonderful Son-in-Law

Edrick
Menantu
3 tahun yang lalu
CEO Daddy

CEO Daddy

Tanto
Direktur
4 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Tito Arbani
Menantu
4 tahun yang lalu
Satan's CEO  Gentle Mask

Satan's CEO Gentle Mask

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
Waiting For Love

Waiting For Love

Snow
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Love Is A War Zone

Love Is A War Zone

Qing Qing
Balas Dendam
5 tahun yang lalu