Cinta Dibawah Sinar Rembulan - Bab 1111 Terhormat(2)

Ayah memalingkan kepalanya melihatku, “kamu sudah kembali?”

Aku mengangguk mengiyakan, ibu berjalan mendekat ke arahku, dan bertanya dengan begitu perhatian, “kamu minum terlalu banyak? Apa perasaanmu sedang tidak baik? Maaf, semua ini salah ayahmu, dia sangat jahat, kamu jangan marah, aku akan memberinya pelajaran untukmu.”

Bibirnya berkata seperti itu tetapi wajahnya mengisyaratkan jika ibu begitu bahagia, aku menggeleng dan berkata, “tidak perlu, yang penting ibu senang, aku sekarang juga sudah tidak marah lagi.”

Aku menghentikan perkataanku, dan kemudian melanjutkannya, “ibu, ayo pergi ke Nanjin bersamaku, dan mengantar kepergian Nodi.”

Kedua mata ibu seketika memerah, dia mengangguk dan berkata, “ibu mengerti, ibu tadi sudah mengatakannya dengan ayahmu, aku pasti akan pergi kesana, anak itu.... anak itu juga anakku, aku harus kembali.”

Aku menghembuskan napas panjang, berpikir, Nodi, kamu lihat, semua orang sudah berkumpul, hanya kamu yang tidak ada, dunia ini benar benar memperlakukanmu dengan tidak adil.

Kemudian ayah berjalan mendekat dan bertanya, “kapan kamu berencana untuk berangkat?”

Aku kemudian menjawab, “aku berencana langsung pergi setelah ini, kakek Dony dan mereka semua sedang menungguku, besok akan segera diadakan peringatan dirumah duka.”

Ayah mengangguk mengerti, “kalau begitu ayo kita pergi. Oh iya, atasan akan memberi Nodi penghargaan, dan aku juga sudah mencantumkan namanya ke dalam pasukan yang aku pimpin, berdasarkan peraturan, aku seharusnya membawa mereka semua pergi, mengantarnya dengan penuh hormat, tetapi aku tidak tau apa dengan berbuat seperti ini akan mengganggu kalian, jadi aku menanyakan pendapatmu terlebih dahulu.”

Aku berpikir sebentar baru kemudian menjawab, “dia adalah seorang tentara, dia begitu berjasa, kalau begitu maka dia pantas mendapatkannya dan tidak boleh berkurang satupun. Aku tidak ingin membuat hidupnya hanya sebagai pajangan saja, tetapi aku ingin dia meninggal dengan begitu terhormat, aku ingin semua orang Huaxia mengetahui jika dia adalah laki laki yang begitu hebat, ingin jika anaknya saat dewasa kelak bisa mengacunginya jempol, dan dengan bangga mengatakan kepada orang lain: ayahku adalah seorang pahlawan negara.”

Mengatakan sampai sini aku melihat ke arah ayahku, sebenarnya inilah yang selama ini aku inginkan, aku tau jika ayah mengetahui ini dengan jelas.

Ayah mengangguk dan berkata, “aku mengerti, kalau begitu kamu dan ibumu pergi saja terlebih dahulu, aku besok akan datang bersama yang lainnya.”

Aku menjawab, “baiklah, kalau begitu aku akan turun kebawah, ibu, nanti turunlah kebawah.”

Ibu mengangguk mengiyakan, dia menggenggam tanganku dan berkata lembut, “Alwi, jangan terlalu terluka, aku percaya jika Nodi meskipun sudah tidak berada di dunia ini, tetapi dia pasti berharap jika kita bahagia.”

Aku tidak menjawab apapun, hanya berbalik badan dan melangkah pergi, baru saja berjalan beberapa langkah, ayah memanggilku, dan aku langsung berbalik badan dan melihat ekspresi kekhawatiran di wajah ayahku, “Alwi, apa kamu sudah tidak menyalahkan ayah?”

“tidak.” Aku menjawab datar.

Ayah menenangkanku dengan menepuk nepuk pundakku, dia berkata penuh dengan rasa bersalah, “anakku, maaf, ayah berhutang terlalu banyak kepadamu, tetapi ayah berharap jika kamu tidak menyalahkan ayah, semua yang dilakukan oleh kakekmu, semua itu aku yang memintanya melakukan hal itu, jika kamu ingin menyalahkan seseorang maka salahkan saja ayah.”

Setelah itu ayah dengan begitu hati hati mencoba mengamati sorot mataku, aku melihat sosok ayah yang seperti ini membuat hatiku sedikit kesal, berpikir dalam sosok orang yang sudah sebesar ini juga sepertinya hanya menunjukkan ekspresi seperti ini di depanku dan ibu saja, kemudian aku berkata, “ayah, sudah memag aku sudah memaafkan ayah, tentu saja aku tidak akan menyalahkan kakek, tenang saja, aku tau apa yang harus aku lakukan, aku tidak akan membuat kakek sakit hati.”

Ayah langsung bernapas lega, dia mendekat dan menepuk pundakku kembali, melihat wajahku yang begitu serius tanpa senyuman, dalam kedua matanya penuh dengan rasa bersalah dan menyayangkan sesuatu, dia berkata, “Awli, ini sudah berlalu tiga puluh tahun, ayah yang bersalah kepadamu, tetapi kamu tenang saja, kelak ada ayah disini, siapapun tidak akan ada yang menyakitimu.”

Aku tersenyum dan berkata, “ayah, meskipun ayah tidak ada juga tidak akan ada yang berani menyakitiku, ayah tidak perlu khawatir akan masalahku, ayah hanya perlu mengganti segalanya kepada ibu saja sudah cukup, beberapa tahun ini ibu sudah menderita, dia menggunakan masa mudanya untuk mencintai dan mengenangmu.”

Ayah menganguk mengiyakan dan berkata, “aku mengerti..... aku sudah meminta ijin kepada atasan, dan berencana akan membawa ibumu pergi berlibur, aku berhutang kepadanya begitu banyak, aku tidak akan bisa menggantinya selamanya, aku hanya berharap akan memiliki hidup yang sedikit lebih panjang, dan lebih panjang lagi, maka dengan begitu aku bisa menggantinya lebih banyak lagi.”

“semoga liburan kalian menyenangkan.” Aku mengatakan dengan tersenyum.

Seperti itu saja kemudian aku turun kebawah, dan berjalan ke arah sofa, bertegur sapa dengan yang lainnya, dan mendekat ke kakek, menerima teko yang disodorkan oleh Jessi, dan menuangkan teh untuk kakek, kakek melihatku seperti ini sedikit terkejut, aku kemudian mengatakan, “kakek, kelak tolong jangan sampai sebodoh itu lagi, dipaksa oleh anak sendiri, semua yang harus diganti sudah diganti, selanjutnya lebih baik kakek berpikir untuk diri kakek saja kedepannya.”

Kakek melihat ke arahku dan sedikit tersentuh akan apa yang aku katakan, “anak baik!”

Jessi mengatakan setuju, “Alwi, kamu memang anak yang baik.”

Kakek yang duduk di depanku juga setuju dan mengatakan, “kakekmu itu sudah tua, kamu lihat, Alwi lah yang begitu penyayang dan pengertian, kamu kelak jangan sampai membuatnya sakit hati lagi, kita semua adalah keluarga, seharusnya saling menjaga, dan saling percaya.”

Kakek mengangguk mengiyakan, “hahaha benar memang apa yang kamu katakan.”

Aku juga menuangkan segelas teh untuk kakek dan berkata, “kakek, selama ini kakek sudah banyak menderita, aku menggantikan ayah meminta maaf kepada kakek, kelak aku pasti akan berbakti kepada kakek, dan membuat kakek bahagia.”

Kakek menerima teh yang aku sodorkan, dia menyeruputnya sekali dan berkata, “anak baik, kakek baik baik saja, melihat kalian semua bahagia, maka kakek merasa jika apa yang kakek lakukan itu pantas, sekarang kakek ingin melihat kamu dan Jessi menikah, dan kemudian memberi kakek seorang cucu, dengan begitu kakek matipun tidak akan ada penyesalan.”

Seketika wajah Jessi memerah dan berkata, “kakek, kakek jangan meledekku, dan juga, masalah pernikahan kita akan dimundurkan untuk beberapa waktu.”

Aku melihat Jessi dengan sedikit terkejut, yang lainnya juga seperti itu, terutama Mark, dia yang mendengar hal ini seketika bertanya, “tidak bisa, jika kamu menunda pernikahan kalian, maka orang orang akan mengira jika kamu tidak akan menikah, ditambah lagi kamu sudah berusia 30 tahun, kamu tidak perlu berpikir untuk orang lain, kamu harus memikirkan tentang dirimu sendiri, ya?”

Jennifer setuju dan mengangguk, dia kemudian mengatakan, “iya Jessi, aku rasa kamu lebih baik untuk cepat menikah, kamu tidak tau saja bagaimana orang membicarakanmu, aku tau jika kamu tidak peduli dengan omongan yang beredar diluar, tetapi aku berharap jika kamu bisa lebih mengasihani dan mementingkan dirimu sendiri.”

Jessi kemudian menjelaskan, “jangan begitu terpengaruh akan apa yang dikatakan orang lain, biarkan saja mereka membicarakannya, yang jelas aku sudah membuat keputusan untuk mendalami bisnis yang aku dan Alwi tekuni, berlibur, dan baru kemudian mempertimbangkan masalah pernikahan.”

Setelah itu dia memandangku dan bertanya, “Alwi, kamu akan mendengarkanku kan?”

Aku terdiam beberapa saat, merasa begitu terharu tetapi juga merasa bersalah, “gadis nakal.”

Aku tau alasan kenapa Jessi berinisiatif untuk memundurkan waktu pernikahan, itu karena dia tau jika kepergian kak Nody begitu membuatku terpukul, dan dalam waktu mungkin setengah tahui tidak akan memiliki pemikiran untuk menikah atau apapun tetapi dia begitu khawatir jika ayahnya akan menyalahkanku, dan akhirnya dia memutuskan menanggung semua tanggung jawab ini kepada dirinya sendiri. Aku tau, saat dia memutuskan untuk bersamaku waktu itu dia sudah mempersiapkan diri sebagai seorang janda, menyiapkan dirinya untuk menunggu, dia sama sekali tidak meributkan apapun, hanya menginginkan agar aku bisa menemaninya dan berada disisinya, asalkan dia menunggu sampai aku kembali saja sudah cukup.

Mark dan istrinya yang melihat kita seperti ini hanya bisa mengalah dan pasrah.

Mark kembali mengatakan, “tinggal jauh dari perempuan, meskipun aku memberikan penolakan, tetapi juga tidak akan merubah apapun, jika sudah seperti itu maka lakukan saja seperti yang kalian katakan.... yang jelas... hubungan kalian berdua hanya kurang selembar kertas saja.”

Dia terdiam cukup lama, dan melihatku sekilas penuh dengan kekesalan, “Alwi, perlakukan dia dengan baik.”

Aku menggenggam erat tangan Jessi dan berkata, “pasti.”

Novel Terkait

Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Tere Liye
18+
4 tahun yang lalu
Kamu Baik Banget

Kamu Baik Banget

Jeselin Velani
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Wonderful Son-in-Law

Wonderful Son-in-Law

Edrick
Menantu
4 tahun yang lalu
Loving The Pain

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
5 tahun yang lalu
Dipungut Oleh CEO Arogan

Dipungut Oleh CEO Arogan

Bella
Dikasihi
5 tahun yang lalu
His Second Chance

His Second Chance

Derick Ho
Practice
4 tahun yang lalu
Adieu

Adieu

Shi Qi
Kejam
5 tahun yang lalu
My Lifetime

My Lifetime

Devina
Percintaan
4 tahun yang lalu