Cinta Dibawah Sinar Rembulan - Bab 113 Pengorbanan

Jika Bos Xiao benar-benar menyiapkan perjamuan besar, pasti mau nenyuruhku menyerahkan hak kuasa Bar Change kepadanya, meskipun sebelumnya aku dan Dony Yun sudah pisah, hak kuasa selalu di tangannya, Bos Xiao tidak tahu hal ini, kalau tidak dia tidak akan begitu cemas.

Aku tidak bisa melepaskan Bar Change, aku harus mengutus orang, biar Bos Xiao tidak ada kesempatan untuk berkata.

Memikirkan hal ini, aku memberitahu Si Toba: “kamu beritahu saudara yang lain, di tangan kita ada 4 tempat untuk kalian, mereka tak perlu khawatir untuk kehilangan pekerjaan, ini semua untuk menjaga hati mereka, beritahu mereka lagi, besok malam aku memesan 6 meja di Restoran Garden untuk menjamu mereka, setelah makan, kita pergi melihat dan menjelaskan kepada mereka, kali ini mungkin berbahaya, yang tidak mau pergi, kita tidak memaksanya”.

Si Toba berkata : “mengerti, tapi kamu sudah pikir baik-baik bagaimana mengahadapi Bos Xiao”

Aku mengatakan : “ya, tapi tidak cukup hanya mengandalkan apa yang aku katakan tadi, besok kita baru pergi kesana dengan setrategi, langsung melindungi Bar Change”

Si Toba dengan agresif berkata: “setrategi apa itu”

Aku mengatakan: “ setrategi seperti permainan catur, jadi seorang jendral dibunuh oleh prajuritnya sendiri, aku kan prajuritnya Bos Xiao jadi besok, aku akan membuat dia kebosanan di Bar Change, lalu mengcekiknya, biar dia tidak berdaya, tidak berani lagi memintaku menyerahkan hak kuasa Bar Change, kalau beruntung, siapa tahu aku bisa mendapatkan Bar Change dengan harga rendah”

Memikirkan hal ini, aku sangat semangat, jika aku bisa memenangkan Bar Change, aku sediripun sudah ada tempat, dulu aku tak pernah berpikir hal ini namun, uangku dipakai untuk perawatan adik perempuanku, jika aku bisa mendapatkan Bar Change dengan harga rendah, aku juga harus pikir-pikir dulu.

Saat itu Si Toba berkata : “sial, bukannya kamu orang desa , kenapa bisa tahu banyak tentang hal ini, mengapa kamu mengejekku buta huruf”

Aku tertawa, bagaimanapun tanya dia tidak akan menjawab, lalu menyuruhku tidur di kamarnya yang ada dua kasur, satu punya dia, satu lagi punya Yudi, sejak dia dikhianati Yudi, yang tertangkap olehku dan kuserahkan kepada Tuan Kin, sejak itu tidak pernah muncul lagi, masih hidup atau sudah mati, aku tidak tahu, tanya Si Toba, dia juga tidak tahu, sudah lama, “harusnya dia sudah mati, kalau lihat dari sifat Tuan Kin, Yudi tidak mungkin masih hidup”

Aku bersuara “Ouw”, tidak berkata lagi, menutup mata untuk siap tidur, tapi kenapa tidak bisa tidur, otakku dipunuhi kejadian beberapa hari ini, lalu, pikiranku muncul sebuah senyuman yang menawan, senyuman yang tidak bisa hilang, itu adalah senyuman Felicia.

Sebelumnya selalu sibuk, otakku tidak pernah berhenti berpikir, juga tidak kepikiran dia, tidak berani untuk pikir dia lagi, tapi di malam yang penuh kesunyian, kenangan terhadap dia sangat mendalam, seperti badai topan yang masuk ke dalam hatiku terpikir semua hal di antara kami berdua, mataku tidak bisa menahannya, kenangan kalimat terakhir tentang kentutku, hatiku seperti di potong orang lain, lalu digosok dengan air garam setengah hatiku terasa sakit.

Aku bertanya Si Toba : “kamu merasa Felicia suka padaku tidak.”

Karena banyak alasan, aku belum bisa memberitahu masalah Felicia kepada Si Toba.

Si Toba langsung menjawab : “suka, dia melihat tatapan matamu dengan penuh cinta, aku pernah melihat dia diam-diam melihatmu lewat, makanya aku merasa dia suka, ada perasaan yang tak terhingga”.

Mendengar ini, hatiku terasa sakit, tangan mengepal erat.

Sampai disini, Si Toba membalik kepala melihatku, berkata : “Alwi, dengar perkataan Toba , aiko dan Jessi walaupun sangat cantik dan pandai, juga baik terhadapmu. tapi mereka dengan kita bukan di dunia yang sama, mereka tidak cocok untukmu, sejujurnya Felicia lebih cocok dengan kamu, biarpun suatu saat nanti dia sudah menjadi artis terkenal, kamu tetap pantas bersama dengannya”

Aku langsung meninggalkan tempat aku duduk, Si Toba bertanya aku kenapa, aku bilang mau pergi mencari dia.

Aku merasa sikap dia berubah terlalu cepat, seperti sengaja menghindar dariku, awalnya karena sedang marah, aku tidak sadar, sekarang setelah dengar Si Toba bilang dia sering diam-diam melihatku, aku tidak merasa kalau wanita ini tidak suka padaku bisa melakukan hal ini, maka, dia pasti ada perasaan padaku, mungkin dia terlalu takut dengan Bosnya, mungkin dia merasa bersalah terhadap masalahku, tidak memenuhi syarat untuk mendampingiku, oleh karna itu dia bisa berkata kejam terhadapku.

Sambil mikir, pergi keluar, Si Toba langsung menyusul, kami berdua naik mobil pergi kerumah Felicia, saat naik, aku menyadari pintu tidak di tutup, di dalam ada selembar kertas, hatiku sangat panik, aku mendorong pintu, membuka lampu melihat di dalam rumah sudah kosong, aku memanggil “kak Felicia”, masuk ke dalam kamarnya juga kosong, semua baju, alat make up sudah tidak ada lagi, aku terduduk dengan putus asa, menyesal, kenapa aku tidak datang lebih awal, jika aku datang lebih awal, mungkin dia tidak akan pergi.

Si Toba menendang pinggangku, marah dan berkata : “ ayo cepat telepon .

Aku buru-buru mengeluarkan handphone, langsung menelpon Felicia, namun tidak bisa dihubungi, dengan kata lain, dia mengganti nomor lain aku bingung dan berdiri, apakah, mulai sekarang aku dan Felicia tidak bisa betemu lagi, aku mau cari dia, untuk bertanya yang sebenarnya, dia benaran tidak cinta aku lagi.

Saat ini, Si Toba tiba-tiba berkata : “ Alwi, Felicia meninggalkan sepucuk kertas”

Aku langsung kesana, melihat di belakang pintu ada tertempel satu lembar kertas, hanya tertulis dua kata sederhana, namun membuatku terdiam dan hati yang lega.

Di kertas hanya tertulis dua kata : “pernah mencintai”

Si Toba dengan rasa kasihan menatapku, harusnya aku lebih cepat memberitahumu, sambil menatap dua kata itu, lalu tertawa, berkata : “tidak apa, suatu hari nanti kami masih bisa bertemu, saat itu, aku tidak akan membuat dia lari dariku ”

Aku menggepalkan tangan dan bertekad, tidak peduli banyak rintangan, tak peduli dibelakang dia ada Bosnya yang sangat hebat, saat bertemu, aku tidak akan melepaskan tangannya.

Si Toba menggoda : “aku tidak mengerti, hanya bertangkar biasa, kenapa kalian berdua bisa bertengkar sampai seperti ini ”

Aku berkata : “masalah kami, tidak semudah yang kamu pikirkan.”

Selesai bicara aku langsung memberitahu semua masalah antara aku dan Felicia, dan juga kejadian malam ini, tapi demi menjaga harga diri Felicia aku tidak berani meceritakan masalah antara dia dan Claura.

Setelah mendengar Si Toba terpana dan terdiam seketika, aku terduduk di kasur Felicia,dan mengenang kenangan diantara kami berdua.

Tiba-tiba Si Toba berkata : “orang yang kamu benci nichkhun sudah meninggal”

Ya betul, tapi untung dia sudah mati, kalau tidak yang mati adalah aku.

Si Toba berkata : “orang itu pantas mati”

Selesai bicara, dia menatapku, sepertinya dia ingin mengatakan sesuatu tapi ditahannya lalu aku berkata jika ada yang ingin dibicarakan langsung aja jangan ditahan,kemudian dia mulai membuka mulutnya dan berkata : “ Alwi, kita tak perlu mencari Felicia lagi tak peduli alasan dia apa, dia bukan kali ini menyakitimu, mempermainkanmu, ini kenyataan, kalaupun dia beneran suka kamu, perasaan itu pasti tidak bisa menandingi perasaan dia terhadap Bosnya, jadi jika dia ada kesempatan dia pasti akan menyakitimu lagi”

Saat sedang bicara Si Toba langsung menampar mukanya sendiri, aku langsung menggenggam tangannya, kamu kenapa, dia jawab : “aku menyesal, menyuruhmu untuk mencari wanita ini aku sangat jahat”

Aku tidak tahu mau menangis atau tertawa, melihat Si Toba, dengan sedih : “Si Toba, aku tidak bisa melakukan”

Aku tidak bisa langsung saja menyerah, tidak bisa menjadikan dia sebagai orang asing.

Si Toba hanya mangap, dan menghela nafas, tidak berkata apa-apa.

Akhirnya, Si Toba keluar duduk di sofa, dan aku berada di kamar Felicia istirahat sebentar merasakan aroma yang ditinggalkan dia, agar aku tidur dengan penuh kedamaian.

Hari ke dua, aku membuka mata, dengan semangat berkata kepada Si Toba : “Jalan”

Si Toba terkejut melihat mukaku yang cerah, aku tertawa, dan berkata :“aku sudah tidak apa-apa, aku telah pikir baik-baik, sekarang sudah putuskan untuk mencari dia aku harus terus bersemangat, jadi rasa cinta ini aku tinggalkan dulu, lagian sudah dapat masukkan kamu itu sudah cukup bagiku.”

Si Toba memegang pundakku: “kamu bisa berpikir demikian itu hal sangat bagus”

Kami berdua meninggalkan rumah Felicia, setelah makan, aku menelpon Aiko, dia memberitahuku dia sudah menyewa rumah, tapi sedang dibersihkan, aku dan Si Toba langsung pergi untuk membantu, tapi dia menolak, dia tahu kalau kami ada kerjaan yang mau diurus, biarkan aku mengurus urusan terlebih dahulu, jadi, akhirnya aku dan Si Toba pergi Bar Entrance dan Bar Benz.

Karena malam ini saudara yang lain mau pergi ke Bar Change, demi menghindari masalah di Bar Benz , aku putuskan untuk tutup satu malam, untuk Bar Entrance, Donny Yun baru mengambil toko ini, masih harus dibersihkan baru bisa dibuka, kami memanggil beberapa saudara dekat untuk bantu, seharian sibuk di Bar Entrance, hingga sore hari, semuanya baru meninggalkan Bar Entrance Pergi ke Restoran Gerden untuk istirahat.

Sampai di restoran Garden, saudaraku berdiri semua, aku kira mereka akan menyapa Si Toba terlebih dahulu, namun aku tak terpikir, mereka dengan satu suara memanggil : “Hallo kak Alwi”

Aku terkejut dengan panggilan itu, Si Toba tertawa berkata: “Alwi kenapa diam, ayo memberikan salam juga”

Aku sangat tergugah, aku tahu ini maksud dari Si Toba, bahwa saudara dia juga saudaraku, biar aku tidak merasa berada di belakang orang lain.

Aku menggangguk-angguk kepala, berkata: “hallo saudaraku, terima kasih semua dalam keadaan yang genting ini, selalu ada untuk kami, aku Alwi hari ini berjanji, mulai sekarang, aku dan kalian akan sama-sama berjuang, dia saat berada di atas, kita sama-sama mendapatkan hasilnya, jika tidak, aku tidak akan membuat kalian kelaparan, aku ada sepotong daging, kalian juga ada sepotong daging, tidak akan ada kondisi aku makan daging, kalian hanya minum kuah saja”

Semua orang berteriak kegirangan “kak Alwi hebat” membuat perhatian tamu yang datang, aku tidak berani terlalu sombong, langsung menarik Si Toba duduk, berbisik tanya: “kata-kataku ini masih ok ya”

Si Toba berkata: “itu, kak Alwi, aku baru sadar ternyata kamu ada pontensi menjadi bos yang suka memerintah”

Aku berkata: “kamu yang bos, jangan memanggilku Kak Alwi”

Si Toba tertawa berkata: “ya tahu, Alwi, aku hanya bercanda saja”

Setelah semua duduk, kita mulai makan dan minum, selesai makan, tiba-tiba Si toba menjatuhkan secangkir gelas ke lantai, dan berteriak: “saudaraku, pergi, mulai berkerja”

Semuanya berteriak: “ayo serang”

Si Toba menyenggol pinggangku, aku berdiri melihat wajah-wajah yang bersemangat, aku tahu, semuanya sedang menungguku untuk mengambil ahli, menunggu memberitahu ke orang-orang yang meninggalkan kami, memberitahu ke orang-orang yang meremehkan dan ingin menjatuhkan kami, di kota Nanjing masih ada tempat untuk kami berkembang, meskipun ditekan dengan kekuasaan, kami semua akan tetap hidup dengan baik.

Aku mengeluarkannya dari kantongku, diletakkan di meja, berteriak : “malam ini, jika gagal anggap saja sebagai sebuah pengorbanan.

Novel Terkait

Step by Step

Step by Step

Leks
Karir
4 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku CEO Misterius

Ternyata Suamiku CEO Misterius

Vinta
Bodoh
4 tahun yang lalu
Be Mine Lover Please

Be Mine Lover Please

Kate
Romantis
4 tahun yang lalu
The Comeback of My Ex-Wife

The Comeback of My Ex-Wife

Alina Queens
CEO
4 tahun yang lalu
Cinta Tak Biasa

Cinta Tak Biasa

Susanti
Cerpen
5 tahun yang lalu
Cinta Tapi Diam-Diam

Cinta Tapi Diam-Diam

Rossie
Cerpen
5 tahun yang lalu
Terpikat Sang Playboy

Terpikat Sang Playboy

Suxi
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Menaklukkan Suami CEO

Menaklukkan Suami CEO

Red Maple
Romantis
4 tahun yang lalu