Cinta Dibawah Sinar Rembulan - Bab 627 Tidak Berguna, Ternyata Aku Tidak Kompeten!

Aku bertanya kepada Alwi Palsu apa yang dia ingin aku lakukan, di waktu bersamaan, aku memberi Samuel isyarat, agar dia berdiri di sampingku, dan bisa mendengar semua yang Alwi Palsu katakan.

Alwi Palsu tertawa sinis, dia berkata : “Aku mau kamu mati, bisa kamu lakukan?”

Aku berkata : “Alwi Palsu, aku tahu kamu tidak ingin aku mati, karena jika aku mati, kamu tidak akan bisa meninggalkan Nanjing secara hidup-hidup, selama ini kamu sudah bersusah payah menghindari kami dan sekarang kamu ke Nanjing, atau jangan-jangan kamu ingin mati bersamaku?”

Aku sangat memahaminya dari siapapun, dia tidak akan mau mati begitu saja, karena dia masih memiliki dendam besar yang belum terbalaskan, dan juga ambisinya yang belum tercapai, maka dari itu, aku sangat yakin, dia datang ke sini, pasti ada maksud tertentu, dan belum tentu nyawaku yang dia inginkan.

Suara tawa licik Alwi Palsu terdengar di ujung telpon, dia berkata : “Kamu masih saja begitu pintar, saking pintarnya membuat aku muak. Kamu benar, aku tidak ingin mati, aku ingin kamu yang mati, aku ingin mendapatkan hak yang memang menjadi milikku, maka dari itu aku harus tetap hidup.”

“Langsung saja, apa yang kamu inginkan?” Sepertinya aku tahu apa yang di inginkan Alwi Palsu.

Sekarang, dia bagaikan tikus jalanan, jika Claura saja sudah membuangnya, berarti organisasi itu sudah tidak memerlukannya lagi, dia ibarat anjing tanpa tuan, tidak ada yang bisa dia andalkan, tapi aku sangat penasaran, bagaimana bisa organisasi melepaskannya? Apa karena mereka sudah mengetahuinya bahwa dia tidak membawa pengaruh terhadap kami? Bahkan Ibuku saja sudah tidak mau menolongnya lagi, makanya dia di terlantarkan?

Pada saat ini, aku berpikir dia begitu menyedihkan.

Tapi, seberapa menyedihkannya dirinya, aku tidak peduli, karena dia berani melukai saudaraku, jika teringat perbuatannya, aku sudah tidak sabar untuk menghabisinya.

Alwi Palsu berkata : “Aku ingin kamu buatkan aku sebuah lisensi, dan sebuah helikopter, dan bawa aku ke luar negeri, aku beritahu kamu, jangan kamu macam-macam denganku, jika aku tertangkap, saudaramu tetap akan mati. Aku tahu lisensi itu tidak mudah didapatkan, tapi kamu punya Jessi, kamu tinggal jual saja nama Jessi, aku rasa semua ini tidak akan sulit.”

Setelah terdiam beberapa saat, dia kembali berbicara : “Dan satu lagi, aku sedang di kamar Mawar, jika kamu menyuruh orang untuk menembakku, maka aku akan bersama wanita dan juga saudaramu, untuk mati bersama.”

Aku tahu si brengsek ini selalu menepati perkataannya, aku menggertakkan gigi dan berkata : “Kamu tenang saja, aku tidak akan main-main dengan nyawa saudaraku.”

“Hanya saudaramu saja? Bagaimana dengan wanita ini……yang pernah memiliki hubungan semalam denganmu, kamu sudah tidak peduli dengan keselamatannya?” Alwi Palsu tertawa dengan licik, aku mendengar Mawar menjerit kesakitan, dia menyuruhnya untuk berhenti dan memarahinya brengsek.

Hatiku tersentak, meskipun aku sudah lama tidak berhubungan dengan Mawar, bagaimana mungkin aku bisa tidak peduli dengannya yang sedang disiksa seperti itu?

Tapi aku sangat mengerti, jika aku menunjukan kekhawatiranku, maka Alwi Palsu akan semakin menambah kejahatannya terhadap Mawar, tidak ada maksud lain, walaupun dia sempat menjadi kekasihku, meski hanya semalam, tapi semua yang menjadi milikku, itulah yang di inginkan oleh Alwi Palsu.

Sejauh ini, aku berusaha untuk bersikap tidak peduli, dan berkata : “Terserah apa yang ingin kamu perbuat dengan wanita tua itu, dia adalah ibunya Claura, dan juga musuhku, kamu pikir aku akan mengkhawatirkannya?”

“Kamu sudah dengar? Dia bilang kamu wanita tua, aduh, kamu jangan nangis.” Alwi Palsu berkata terhadap Mawar, diikuti dengan tawanya yang seperti iblis, kemudian : “Kamu jangan menangis, aku akan membahagiakanmu, oke? Aku akan membuatmu nyaman di banding dengan si brengsek itu.”

“Kamu pergi! Kamu bukan manusia, kalian semua bukan manusia!” Mawar berteriak dengan marah, dan diiringi suara nangis.

Sebenarnya aku tidak tega, kemudian aku tertawa kecil, Alwi Palsu bertanya dengan marah : “Apa yang lucu?”

Aku berkata : “Tidak apa-apa, hanya saja aku merasa lucu, kamu bisa menyukai wanita jelek itu, yang penting kamu tidak melukai saudaraku, semua akan berjalan dengan lancar.”

Aku terdiam sesaat, kemudian berkata : “Oh iya, aku mau mendengarkan suara Sulistio.”

Mungkin aku berhasil membujuk Alwi Palsu, dia tertawa dan berkata : “Baiklah, aku kasih kamu dengar.”

Kemudian aku terdengar suara “Brak”, dan terdengar jeritan yang penuh kesakitan, amarahku memuncak, karena aku tahu Alwi Palsu pasti menginjak kaki Sulistio.

Alwi Palsu berucap dengan dingin : “Eh, bocah, Kak Alwi-mu ingin bicara denganmu.”

Sulistio berteriak : “Kak Alwi, tidak usah pedulikan aku, cepat bunuh dia, bunuh dia.”

“Dasar bajingan!” Alwi Palsu berkata kepada Sulistio, kemudian menendang kakinya, walaupun dia menutupi ponselnya agar aku tidak bisa mendengar, tapi tetap saja aku kedengaran suara jeritan Sulistio, dan juga suara pukulan, aku benar-benar tak kuasa melihat saudaraku di hajar oleh orang lain, aku tidak bisa berbuat apa-apa.

Aku berteriak dengan marah : “Tolong hentikan! Sekali lagi kamu menyentuhnya, akan ku bunuh kamu!”

Mungkin kata-kata ku berhasil menaklukkan Alwi Palsu, dia pun menghentikan pukulannya, aku bertanya : “Tio, Tio, kamu tidak apa-apa kan?”

Sulistio berkata dengan penuh kesakitan : “Kak Alwi, aku……minta maaf……”

“Apakah kamu sudah lupa, dulu kamu sering mengatakan jangan pernah mengucap kata-kata konyol ini?” Dengan sedih aku berkata : “Jangan meminta maaf denganku, jika kamu benar-benar merasa bersalah denganku, maka tolong kamu semangat, bertahanlah. Dan satu lagi……Kak Mondy sudah melahirkan, ibu dan anak sehat, dia melahirkan seorang anak laki-laki yang gendut, dia menunggumu untuk menemaninya melewati masa nifas ini.”

Setelah mendengar perkataanku, Sulistio tertawa, dia tertawa sambil menangis.

Aku berkata : “Kamu harus bertahan, aku akan menolongmu, mengerti?”

Dengan sesegukan Sulistio menjawab : “Aku mengerti.”

“Duh…duh, benar-benar mengharukan.” Alwi Palsu tertawa ironis.

Aku berkata dengan nada serius : “Kamu tunggu saja, aku akan menyiapkan semua permintaanmu, tapi, aku mau dia tetap hidup.”

Alwi Palsu berkata dengan santai : “Aku tidak bisa menjamin, jika kamu mengulur waktu dengan lama.”

“Brengsek! Secepatnya akan aku lakukan!” selesai berbicara, aku pun menutup telponnya.

Samuel sudah mengerahkan saudara-saudara untuk pergi mengawasinya, dan juga sudah memberitahu mereka agar tidak memulai menembak. Aku menganggukkan kepala, kemudian segera aku menelpon Jessi, aku hanya bisa mengharapkan Jessi, karena selain dia, aku tidak tahu siapa lagi yang bisa membantuku.

Yang tidak habis aku pikir, yang mengangkat telpon bukanlah Jessi, melainkan Mark, dengan sopan, aku bertanya : “Paman, apakah Jessi ada?”

Mark dengan marah berteriak : “Kenapa kamu masih menghubunginya? Kenapa kamu terus melibatkannya?”

Aku tahu kondisi Jessi menjadi buruk, dan Mark menyalahkan aku atas semua yang sudah terjadi, tapi aku tidak bisa menyangkalnya untuk tidak menyalahkanku, aku hanya bisa berbisik : “Maaf.”

“Apa gunanya meminta maaf?” Teriak Mark dengan marah, “Jika anakku mati karena kamu, apakah minta maafmu berguna untuk kami? Coba kamu pikirkan, apa yang bisa kamu perbaiki?”

Aku diam seribu bahasa, terdengar suara Jessi di ujung telpon, aku mendengar teriakannya “Lepaskan aku, lepaskan aku, ayah, kembalikan ponselku.”

Sepertinya Mark mengurung Jessi, dan dengan cara inilah, dia bisa memisahkan hubungan antara aku dan Jessi.

Aku memohon : “Paman, jangan membuat Jessi sedih.”

Mark berkata dengan acuh tak acuh : “Kamu dengarkan baik-baik, aku sudah menyetujui lamaran dari Keluarga Hu, setengah tahun kemudian, dan keadaaan Jessi sudah membaik, kami akan melaksanakan pernikahan.”

Mendengar perkataan ini, aku sangat terkejut, pikiranku kacau, aku berteriak : “Tidak mungkin, Jessi tidak akan menyetujuinya.”

Mark tertawa sinis dan berkata : “Tidak, dia akan setuju, di banding dengan dirimu yang terluka, dia tidak akan membiarkan terjadi apa-apa dengan kedua orang tuanya.”

Hatiku sangat sakit, tapi aku mengerti apa maksudnya, dia dan bibi mengancam Jessi dengan nyawa mereka, meskipun Jessi terlihat seperti seorang yang cuek, tapi di dalam dirinya dia tetap seperti seorang perempuan yang berhati lembut, dan sangat berbakti kepada orang tua, maka dari itu, jika benar Mark dan istrinya mengancam Jessi dengan nyawa mereka, bisa dipastikan Jessi tidak akan melawan.

Aku benar-benar tidak habis pikir, Mark mempertaruhkan nyawanya sendiri untuk mengancam putrinya, dan mungkin Jessi juga tidak kepikiran, maka dari itu dia berani terus mengikutiku, dan selalu setia di sisiku……

Air mataku menggenang, aku berpikir, dulu, aku mencintainya, tapi aku tidak bisa menjaganya, karena hatiku yang playboy, sekarang aku sudah bertekad untuk hidup dengannya, dan dia juga bersedia, tapi, orang tuanya tidak merestui hubungan kami, takdir, apakah begitu senang mempermainkanku?

Aku mungkin bisa mengabaikan ancaman Mark, tapi Jessi? Apakah dia bisa? Dia putrinya, orang tuanya sangat menyayanginya, bagaimana mungkin demi aku, dia tidak mempedulikan kedua orang tuanya?

Aku memejamkan mata, dan hatiku pun ikut menangis, aku tersedak : “Maaf, tolong jaga dia baik-baik.”

Selesai berbicara, aku segera menutup telpon, dan kemudian bersandar di mobil yang penuh dengan bekas tembakan, air mataku mengalir bagaikan hujan.

Sebuah mobil melaju tidak jauh dari sini, seseorang turun dan menepuk pundakku dengan ringan, dan berkata : “Kenapa? Alwi?”

Terdengar suara Nody, aku menggelengkan kepala, dan dengan pelan aku berbicara : “Biarkan aku nangis sebentar, aku hanya ingin meluapkan isi hatiku.”

Di satu sisi, hidup dan mati Sulistio dipertaruhkan, dan aku tidak tahu harus mencari siapa untuk membantuku memenuhi permintaan Alwi Palsu ini, Keluarga Wei? Pamanku? Sepertinya tidak mungkin, pikiranku buntu.

Di sisi lain, Jessi sudah kehilangan kebebasannya, dia tidak bisa menghubungi aku, dan tidak bisa sayang-sayangan denganku lagi, dan yang paling penting adalah, setengah tahun lagi dia akan menikah dengan Anson Hu, dan aku…apakah aku bisa mencegahnya?

Aku berpikir, lain hal jika aku bisa membuat sebuah prestasi yang besar, yang bisa mengejutkan semua orang, Atasan dan Keluarga Song tidak akan bisa menentangku, dan aku bisa bersama dengan Jessi, tapi setengah tahun……setengah tahun……apakah aku bisa?

Dua hal ini benar-benar membuatku kewalahan, aku tidak tahu harus bagaimana, aku pikir, aku sudah sejauh ini dan tidak ada hal yang akan menyusahkan aku, tapi aku salah, aku benar-benar salah, dan sekarang hanya karena Alwi Palsu ini saja bisa membuat aku putus asa.

Nody tidak bersuara, dan dia terdiam di sisiku menemaniku, aku menangis dan berusaha menenangkan emosiku, aku merasa…aku benar-benar tidak berdaya, aku menyeka air mata di wajahku, dan berkata : “Nody, aku tidak tahu lagi siapa yang bisa membantuku.”

Aku pun menceritakan semuanya kepada Nody, selesai dia mendengarkan, dia pun berkata : “Ada satu orang yang bisa membantumu, tidak hanya bisa menyelamatkan Sulistio, tapi juga bisa membuatmu menikahi Jessi.”

Aku termenung, dan bertanya : “Maksud kamu……Ficky Chen?”

Nody menganggukkan kepala, dan berkata : “Aku tahu kamu tidak ingin meminta bantuan dia, dan aku juga tahu dalam hatimu, kamu tidak bisa menerima bantuannya, tapi, percayalah padaku, kita sudah tidak memiliki pilihan lain, Alwi.”

Aku mengerti maksud Nody, segera aku mengambil ponselku, dia berkata : “Kamu tenang saja, kamu tidak perlu menghubunginya, biar aku saja yang menghubunginya, aku yakin dia pasti mau membantu jika kamu memerlukannya.”

Aku menggelengkan kepala, dan berkata : “Tidak, biar aku saja yang menelpon, biar aku saja……”

Sambil berbicara aku mengambil ponselku, dan menelpon Ficky Chen, aku pikir aku tidak akan menelpon dia lagi, tapi aku tidak menyangka keadaan berubah, begitu cepat terdengar suara Ficky Chen di sebrang, dia berkata : “Alwi?”

Dengan suara yang bergetar, aku berkata : “Iya aku, Ficky Chen, tolong aku.”

Aku ingin memanggilnya “Kakek”, tapi aku tidak bisa.

Ficky Chen tidak banyak tanya, langsung berkata : “Baik, katakan saja.”

“Kenapa kamu tidak tanya aku, hal apa?” Tanyaku.

Ficky Chen tertawa, dan berkata penuh kasih : “Cucuku sayang, apapun yang ingin kamu kerjakan, kakek pasti bersedia menolongmu.”

Tidak tahu kenapa, aku merasa jijik mendengar kata-kata Ficky Chen, dengan sinis aku berkata : “Andai saja waktu itu kamu menyayangi ayahku, tidak perlu kamu berbuat banyak, mungkin nasib kita semua akan berbeda!”

Ficky Chen tidak berkata apa-apa, dengan tegas aku berkata : “Aku perlu sebuah helikopter, dan sebuah lisensi untuk terbang ke luar negeri, secepatnya, lebih cepat lebih baik.”

“Baik, kamu tunggu kabar dari aku.”

Novel Terkait

Perjalanan Selingkuh

Perjalanan Selingkuh

Linda
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Shuran
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Eternal Love

Eternal Love

Regina Wang
CEO
4 tahun yang lalu
Takdir Raja Perang

Takdir Raja Perang

Brama aditio
Raja Tentara
4 tahun yang lalu
A Dream of Marrying You

A Dream of Marrying You

Lexis
Percintaan
4 tahun yang lalu
Kisah Si Dewa Perang

Kisah Si Dewa Perang

Daron Jay
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
CEO Daddy

CEO Daddy

Tanto
Direktur
4 tahun yang lalu
Untouchable Love

Untouchable Love

Devil Buddy
CEO
5 tahun yang lalu