Cinta Dibawah Sinar Rembulan - Bab 738 Ada Aku, Aku Bisa Melindungimu(2)

Aku langsung berdiri, mungkin karena saat ini aku terlalu marah dan impulsif, jadi semua orang menutup mulut mereka pada saat yang sama, mereka menatapku dengan takut, dan aku berkata dengan dingin: "Aku tadi malam berkata begini kepada anak kecil, jika dia tidak ingin tinggal di sisiku, maka tidak peduli dia yang menang atau aku yang menang, dia tetap bisa pergi, hari ini, aku akan memberitahu kalian satu kali saja. Tianjing ini bukan hanya kalian saja yang bisa membantuku menjaganya, jika kalian tidak ingin tinggal di sini, maka aku juga tidak ingin kalian tinggal di sini. "

Samuel menghiburku dan berkata: "Kak Alwi mereka semua adalah orang-orang yang kasar, mereka berbicara tidak sesuai dengan hati mereka, kamu jangan marah."

Bisakah aku tidak marah? Aku bisa memahami keraguan mereka kepadaku, tetapi aku tidak bisa mentolerir ejekan dan remehan mereka terhadap Samuel. Samuel tinggal di sisiku, mengapa dia di bilang mengandalkanku? Mengapa dia di bilang mengikutiku karena statusku yang sebagai Tuan muda kecil? Dia mengikutiku, dulunya karena ia mengikuti perintah organisasi, karena kesetiaannya dan ketaatannya, dan setelah itu, ia mengikutiku karena dia mengakuiku, memperlakukanku sebagai bos, dan membantuku sekuat tenaganya.

Kami berdua memiliki hubungan persaudaraan yang sangat dekat. Bagaimana bisa sampai ke mulut sekelompok orang ini, itu menjadi hubungan keuntungan?

Aku menyuruh Samuel untuk melihatnya, dan kemudian aku berjalan menuju arena tinju selangkah demi selangkah. Ketika aku melewati orang-orang itu, tidak tahu apakah karena auraku yang terlalu kuat, mereka semua mundur selangkah, dan aku berkata sambil tersenyum dingin: "Meskipun masyarakat sekarang ini mengadvokasi kesetaraan untuk semua orang, tetapi sesuai dengan status sosial orang, itu masih dapat dibagi menjadi tiga, enam dan sembilan."

Semua orang menatapku dengan penasaran, tampaknya mereka tidak mengerti mengapa aku tiba-tiba mengatakan ini.

Aku berjalan ke arena tinju sambil berkata: "Orang kelas satu adalah orang yang sukses. Orang seperti itu harus pintar, bisa menggunakan uang untuk menghasilkan uang, bisa menggunakan orang dan menggunakan strategi. Orang kelas dua adalah orang yang memiliki keterampilan yang baik, atau mungkin bisa menggunakan otak, tetapi dia tidak sepintar orang kelas satu, mungkin dia memiliki nilai kekuatan yang luar biasa, bisa menjadi pembunuh dan bisa menjadi prajurit khusus yang hebat. Orang kelas ketiga adalah orang dengan pemikiran yang sederhana dan anggota tubuhnya berkembang dengan baik. Mereka memiliki kekuatan, tetapi mereka hanya dapat digunakan oleh orang lain dalam seumur hidupnya, karena mereka tidak memiliki otak, dan untuk bertahan hidup di masyarakat sekarang ini, apakah cukup hanya menggunakan kekuatan? Tidak peduli itu kecurangan atau kebiadaban, Apakah mungkin hanya mengandalkan kekuatan saja bisa menyelesaikan segalanya? "

Ketika aku selesai mengatakannya, aku menatap orang-orang ini dengan tatapan seperti listrik, dan mereka akhirnya mengerti apa yang aku maksud, wajah mereka memerah, mereka tahu bahwa aku mengejek mereka berkepala sederhana, hanya berpikir bahwa mereka lebih bisa berkelahi daripada aku, jadi mereka dapat meremehkanku, wajah mereka semua tiba-tiba memerah, mereka menatapku dengan kesal.

Tetapi aku menatap mata orang-orang ini dengan tenang, aku menginjakkan kaki di arena tinju dan berkata: "Jika aku hanya bisa berkelahi, maka aku sudah akan terbunuh oleh peluru dan intrik lawanku sejak lama!"

Setelah aku selesai berbicara, beberapa orang yang tidak senang mengatakan bahwa mereka bukan tidak memiliki otak, tetapi mereka hanya ingin orang yang menjadi bos mereka, setidaknya bukan hanya pajangan saja.

Pajangan? Sepertinya orang-orang ini tidak tahu bahwa aku pernah menjadi prajurit khusus! Atau, bahkan jika mereka tahu, mereka terlalu percaya diri dengan kekuatan mereka, sepertinya mereka tidak menempatkan prajurit khusus di mata mereka? Kalau begitu, aku akan memukul wajah mereka dengan baik, jangan sampai mereka terlalu angkuh dan terlalu sombong!

Alasan mengapa aku sangat percaya diri adalah karena Samuel awalnya mengajukan pertanyaan pada mereka, memberi tahuku bahwa mereka tidak sehebat anak kecil. Karena mereka tidak sehebat anak kecil, mengapa aku harus peduli? Tentu saja aku akan menghantam mereka tanpa ragu!

Aku bersiap melepas topiku dan ingin memukul orang, tiba-tiba aku mendengar suara datang dari pintu: "Wow, hari ini cukup ramai, Kakak ipar, tidak disangka kakak tertua telah menghilang, kamu bahkan tidak mengkhawatirkannya sedikitpun, malah bersama dengan begitu banyak pria, kamu benar-benar liar. "

Suara itu terdengar akrab, di tambah lagi dengan perkataan itu, aku langsung bisa menebak bahwa orang itu pastilah adik Larry yang menyebalkan, Wilsen.

Ternyata benar, ketika aku melihat ke arah suaranya, aku melihat seorang pria yang sangat arogan berdiri di sana dengan tampang ironis, ia memegangi lengannya dengan angkuh, karena aku mengenakan topi yang memuncak dan baju dengan kerah tinggi, hampir menutupi setengah dari wajahku, oleh karena itu, dia tidak mengenaliku. Setelah ia menatap kami semua, dia akhirnya memusatkan perhatiannya pada Widya, tatapan matanya penuh dengan kejahatan.

Apa yang dikatakan pria ini, semuanya untuk menghina Widya, aku yang mendengarnya langsung merasa kesal. Wajah Widya juga langsung dingin dan dia berkata dengan muram: "Wilsen, tempatku tidak menerimamu, pergilah sejauh yang kamu bisa! "

Jujur saja, orang keluarga Yang bisa datang kesini, itu sudah dalam dugaanku, tetapi aku tidak menyangka bahwa keluarga Yang akan membiarkan Wilsen yang datang, dan ... tatapan mataku jatuh ke belakang Wilsen, dia hari ini membawa 40 sampai 50-an orang, dan mereka semua memiliki pistol, aku segera berbisik kepada dua orang di sebelahku: "Nanti aku akan menarik perhatian orang itu, dan kalian pergi ambil pistol."

Pada saat yang sama, aku memberi Samuel kedipan mata. Samuel pada saat ini sedang membelakangi Wilsen, jika dia menghadapnya, aku khawatir dia akan mengenali Samuel.

Samuel mengangguk, dan dia diam-diam menyentuh ponsel di sakunya.

Wilsen dengan bangga berkata: "Kakak ipar, kamu masih berani seangkuh itu? Apakah kamu tidak takut bahwa senjata di belakangku tidak memiliki mata, dan langsung membuatmu terbunuh? Nanti, jika kamu yang begitu muda dan cantik mati, bukannya itu sangat disayangkan? "

Ekspresi wajah Widya dingin, ia tidak merasa takut sama sekali, ia bertanya sambil mencibir: "Kenapa? Kamu hari ini datang ke sini untuk membunuhku? Larry belum mati, apakah kamu seorang adik yang baik ingin membunuh 'kakak iparmu' ini sebagai sesajen untuknya, bukannya itu sama saja dengan kamu mengutuknya mati? "

Wilsen meludah ke tanah, ia mencibir dan berkata: "Sial, kamu wanita jalang, berani-beraninya kamu mengatakan bahwa kamu adalah kakak iparku? Apakah kamu pikir aku benar-benar menganggapmu sebagai kakak iparku? Aku beri tahu kamu, di mataku, kamu hanya wanita jalang, tidak bernilai! "

Begitu ia mengatakan itu, wajah Widya langsung memerah. Mungkin dia tidak menyangka bahwa Wilsen akan mempermalukannya di depan begitu banyak orang. Jangankan dia, aku yang mendengarnya saja merasa tidak tahan dengan penghinaannya ini, tetapi yang membuatku lebih marah adalah tidak peduli orang-orang di sisi Wilsen atau orang-orang di arena tinju bawah tanah ini, mereka malah menunjukkan senyuman mengejek.

Dengan kata lain, orang-orang ini dari awal hingga akhir tidak pernah taat pada Widya, meskipun mereka membantu Widya sesuai dengan perintah Kimi, tetapi mereka pasti sering tidak mempedulikan Widya.

Tetapi yang tidak aku duga adalah Widya tidak pernah mengatakan ini kepadaku, dia yang memiliki temperamen yang kuat, malah menahan hal-hal ini sendiri! Ini semua demi aku, demi rencanaku! Untuk sesaat, hatiku tiba-tiba tampak seperti digores oleh pisau beracun, segores demi segores, itu terasa sangat sakit!

Aku tidak mengatakan sepatah kata pun, aku langsung mengambil pistolku. Ketika semua orang sedang melihat Widya, aku menembak beberapa tembakan ke beberapa orang di belakang Wilsen.

Hanya terdengar suara "peng peng peng" beberapa suara tembakan, semua orang terkejut, kemudian Wilsen tertegun, dan orang-orang di sisinya juga ketakutan, mereka jelas-jelas 40 sampai 50-an orang, tetapi dalam sesaat, mereka langsung ketakutan dan tidak tahu harus berbuat apa dikarenakan aku seorang. Karena pistolku ditembakkan berturut-turut dan ditujukan ke orang yang berbeda, mereka merasa seolah-olah beberapa orang menembak pada saat yang sama.

Selain itu, walaupun orang-orang ini memiliki senjata, tetapi mereka hanyalah orang biasa, aku pikir senjata ini pasti baru-baru ini saja diberikan kepada mereka, karena aku melihat bahwa mereka bahkan tidak memegangnya dengan benar, ini menunjukkan bahwa beberapa dari mereka hanyalah untuk menakuti orang saja.

Mungkin, orang-orang dari keluarga Yang merasa bahwa untuk berurusan dengan Widya dan orang di arena tinju bawah tanah ini, melakukan adegan saja sudah cukup, tetapi bagaimanapun orang-orang di sini semuanya adalah master, jadi mereka juga tidak ceroboh, tim yang diberikan kepada Wilsen ini tidak terlalu buruk, tetapi juga tidak kuat. Jika petinju bawah tanah di sini hanya bertarung tanpa senjata, maka mereka mungkin benar-benar akan mati di sini hari ini. Sayangnya, perkiraan Wilsen dan yang lainnya salah, pada saat ini setiap orang di sini memiliki senjata, dan senjata mereka jauh lebih bagus daripada yang mereka.

Pada saat aku menembak, aku sudah memberi tahu beberapa orang yang tertegun di sana untuk pergi memanggil teman lainnya, mereka juga responsif dan dibawah perlindunganku mereka langsung pergi.

Setelah orang di pihak lawan tidak kacau lagi, mereka menyadari bahwa hanya aku satu-satunya orang yang menembak, mereka langsung sangat marah dan mulai menembakiku, aku segera menghindar, dan orang-orang kami langsung segera melarikan diri. Mereka semua adalah master, meskipun menghindari peluru tidak begitu mudah, tetapi setidaknya itu tidak akan mengenai bagian yang mematikan, apalagi orang-orang yang menembak bukanlah master.

Dan Samuel juga sudah mulai menembaki mereka, di bawah perlindungannya, aku pergi ke sudut untuk memasukkan peluru, kemudian aku bergegas keluar. Aku menembak secara berturut-turut, kemudian aku langsung bergegas ke sisi Widya dengan cepat untuk melindunginya. Dia berkata: "Aku akan pergi mengambil pistol."

Aku berkata dengan ringan: "Tidak perlu, kemampuanku cukup untuk melindungimu."

Widya terkejut, ia taat padaku, ia membiarkan aku melindunginya, dan dia berhenti bergerak.

Pada saat ini, orang-orang bawahan kami sudah mengambil senjata. Sekarang, kami langsung membalikkan situasinya, hanya terdengar suara ratapan kesakitan dari pihak lawan. Wilsen meneriakkan "mundur", "mundur", tetapi karena dia sudah datang, apakah dia masih mau lari?

Meskipun Wilsen dilindungi dengan begitu baik dan sulit untuk menembaknya, tetapi itu tidak sulit sama sekali bagiku, aku mengabaikan tembakan pihak lawan, kemudian bergegas maju, lalu aku memilih suatu sudut, tubuhku jatuh ke tanah dan aku melepaskan tembakan. Peluru dibungkus dengan kemarahanku, melewati beberapa kaki orang, dan langsung mengenai kaki Wilsen. Wilsen meraung kesakitan di tanah, aku berkata dengan dingin: "Jika kamu ingin lari lagi, maka aku akan langsung menembak kepalamu!"

Novel Terkait

Siswi Yang Lembut

Siswi Yang Lembut

Purn. Kenzi Kusyadi
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Asisten Bos Cantik

Asisten Bos Cantik

Boris Drey
Perkotaan
4 tahun yang lalu
This Isn't Love

This Isn't Love

Yuyu
Romantis
4 tahun yang lalu
The Campus Life of a Wealthy Son

The Campus Life of a Wealthy Son

Winston
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Hello! My 100 Days Wife

Hello! My 100 Days Wife

Gwen
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu

Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu

Summer
Romantis
5 tahun yang lalu
Mi Amor

Mi Amor

Takashi
CEO
5 tahun yang lalu
Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Tere Liye
18+
4 tahun yang lalu