Cinta Dibawah Sinar Rembulan - Bab 828 Barang peninggalan

"siapa kamu?"

ketika Jessi mengatakan itu, langkah kakiku pun terhenti, aku menatapnya dan benakku muncul semua memoriku ketika bersamanya.

aku tahu, dia juga ingat semua memori tentang kami. namun dia sudah tidak mengenaliku lagi.

meskipun aku sudah tahu dari awal, meskipun aku sudah melewati semua ini dari awal, meskipun wajahku yang dulu lebih seram dari ini, namun perasaan ini sangatlah sakit jika diulang kembali.

aku menjawabnya didalam hati :" Jessi, ini aku loh."

namun pada kenyataannya, aku hanya menjawabnya :" kamu tidak perlu tahu siapa diriku. yang perlu kamu ketahui adalah aku tidak akan melukai dirimu dan akan menolongmu."

Jessi pun menatapku. aku awalnya mengira kalau dia akan mencurigaiku dan mulai mencobaku. namun hal yang tidak aku duga adalah dia langsung berkata :" iyakah? bagaimana rencanamu untuk menolongku?"

aku perlahan mendekati Jessi dan setiap langkahku terasa seperti sedang menginjak pisau. setiap langkahku membuat diriku merasa sakit dan tak berdaya.

akhirnya aku pun datang kedepan Jessi. aku pun jongkong dan melihat bekas luka pada wajahnya. aku berkata :" apakah sakit?"

Jessi mengerutkan keningnya dan aku dengan canggungnya menarik kembali tanganku. aku tahu kalau diriku tidak boleh melakukan hal itu padanya agar semua ini tidak terbongkar. namun aku tetap saja tidak bisa menahan diri.

aku seketika mengganti tatapanku menjadi genit dan berkata :" kalau wajah secantik ini cacat begitu saja, kemnugkinan tidak ada yang akan menikahimu nantinya."

Jessi pun berkata dengan cuek :" aku sudah menikah."

setelah mengatakan itu, dia menatap cincinnya dan tatapannya menjadi sangat lembut. aku juga menatap kearah cincin itu sambil melamun. itu merupakan cincin yang aku desain untuk dia. jika kejadian itu tidak menimpaku, aku akan mengambilnya dari desainerku dan menyerahkan kepada Jessi. aku mengira setelah aku mati, Jessi pun tidak akan mendapatkan cincin ini lagi. namun hal yang tidak aku duga adalah Jessi sudah mendapatkannya dan bahkan dia memakainya sekarang.

aku ingin memegang tangannya dan meletakkan tangannya di depan mataku. aku ingin menatap dengan teliti kalau aura cincin ini sangat cocok dengan dirinya. ini merupakan cincin yang aku desain dengan susah payah. namun aku tidak berani melakukan itu.

aku tidak berani memanggil namanya dan juga tidak berani menatap cincin itu lagi. aku pun dengan tidak berdaya berkata :" kamu sudah bersuami? sangat disayangkan. kalau belum bersuami, aku mungkin akan menjadikanmu sebagai istriku setelah aku kembali ke huaxia nanti."

disaat ini terdengar suara dari luar dan aku tahu kalau mereka telah kembali karena larut malam. aku pun melepaskan borgol pada tangannya dan menyuruhnya untuk tidak bersuara. setelah itu, aku langsung memberikan sebuah pistol padanya dan langsung mendekat kebagian telinganya sambil berbisik :" disini ada sebuah jalur rahasia yaitu dibagian bawah lantai pada kamar paling ujung. melalui jalur itu kamu bisa langsung tembus ke tempat pemberhentian kapal yang ada ditempat ini. dikapal itu juga telah tersedia bahan makanan yang cukup. kamu boleh segera kabur menggunakan kapal itu. aku akan membantumu menunda waktu disini."

ketika mengatakan itu, aku tidak sanggup menahan diriku dan aku menyentuh telinganya menggunakan bibirku. dia seketika gemetar dan tidak menyangka kalau aku bermental kuat seperti itu. dia pun marah dan ingin memukulku, aku menangkap kepalan tangannya dan menghindari pukulannya. aku lalu menekannya kearah dinding. dia menatapku dengan penuh amarah. aku menatap bibirnya yang kering dan pecah itu. aku tahu aku tidak boleh, namun aku tidak bisa menahan untuk menciumnya.

Jessi, apakah kamu tidak mengenalku lagi? tidak apa apa, kalau begitu kamu boleh kembali mengenalku. namaku adalah Alwi, seorang pria yang rendah hati, seorang pria yang mencintaimu dengan sepenuh hati.

sambil memikirkan itu, aku pun langsung mencium bibirnya. bibirnya sangatlah kering dan itu membuatku sakit hati. lidahku mulai membasahi bagian bibirnya yang kering dan hampir berdarah itu. aku pun membasahinya dengan lembut.

Jessi menatapku dengan marah dan dia sangat ingin mendorongku. namun dia tidak bisa mendorongku karena dia dalam keadaan terluka.

aku melepas bibir kami karena aku merasakan ketidak berdayaannya. aku menundukkan kepalaku sambil menatap wajah Jessi yang sudah memerah dan juga matanya yang sudah mulai basah. aku seketika merasa kacau.

dia merupakan seorang wanita yang memiliki harga diri dan mencintai dirinya sendiri. namun dia telah dicium oleh seorang pria asing yaitu aku, aku seketika merasa bersalah dan suasana hatiku berubah menjadi sangat kacau. namun aku juga tidak bisa mengontrol diriku sendiri.

aku mulai menenangkan suasana hatiku dan berpura pura menyentuh pipinya sambil bertanya :" ciuman ini anggap saja sebagai balasan dari pertolonganku kepadamu. pulanglah dan beritahu kepada teman perangmu agar tidak ditangkap dan merepotkanku lagi. kalau tidak, kedepannya bukan sekedar ciuman saja. aku tidak perduli baik itu wanita atau pria, aku akan langsung membunuhnya jika tertangkap lagi.

wajah Jessi sangatlah merah dan suara yang terdengar dari luar itu semakin mendekat. aku pun bertanya padanya :" apakah keadaanmu sekarang bisa memungkinkan dirimu menyelesaikan rencanamu?"

Jessi mengangguk dan dia tidak menatapku. dia pun berkata :" bisa."

aku berkata :" baiklah. kalau begitu aku juga tidak khawatir lagi. satu jam kemudian, dengarlah aba aba dariku."

Jessi berkata iya dan aku menatapnya dengan dalam. aku berharap kalau dia mengangkat kepalanya untuk menatapku. namun dia sama sekali tidak melakukannya. aku mengerti, dia tidak akan berperasaan baik kepadaku meskipun aku sudah menolongnya karena aku sudah menciumnya tadi menggunakan status pria asing.

setelah memikirkan itu, aku merasa tidak berdaya dan aku menghibur diriku sendiri. ketika hari itu datang, aku akan meminta maaf kepadanya.

aku pun bangkit dan perlahan berjalan kearahh pintu. aku mendengar kalau ada orang yang mendekat. orang itu pun berkata :" mereka sudah pergi tidur. wanita ini adalah tawanan yang ditangkap kak Rico, namun sekarang dia sudah mati. apakah aku boleh......"

dia mengatakan itu dengan nada suara yang genit. aku merasa geram dan untung saja aku datang kesini. kalau tidak, dia pasti akan menyerang Jessi, jika itu terjadi, apa yang harus dilakukan Jessi yang sudah tidak berdaya ini?

setelah memikirkan hal yang mungkin terjadi itu, aku pun menggepalkan tanganku dan ingin membunuh orang itu. disaat ini, aku merasakan sebuah tatapan yang dingin. aku menolehkan kepala dan melihat kalau Jessi sedang menatap orang itu dan berkata dengan tidak senang :" masuklah jika kamu memiliki waktu luang."

perkataan itu pastinya tidak ditujukakn untukku, melainkan ditujukan kepada pria brengsek diluar sana.

setelah mengatakan itu, dia menatapku dan aku mengerti apa yang dimaksud olehnya. aku langsung bersembunyi dan mendengar orang yang diluar itu berkata :" haha, gadis cantikku, kamu sudah tidak sabar kan? kalau begitu, aku akan memuaskanmu malam ini."

setelah mengatakan itu, dia pun membuka pintu penjara itu. dia pun masuk dengan senang dan menghampiri Jesi. aku pun mengikutinya dari belakang dengan cepat. aku lalu menggores lehernya menggunakan pisau kecil. aku menggunakan tangan yang lain untuk menutup mulutnya.

orang ini sama sekali tidak memiliki kesempatan untuk mengedipkan mata dan dia langsung terjatuh. aku pun langsung menangkapnya. setelah Jessi bangkit berdiri, aku meletakkan orang ini ditempat Jessi duduk tadi.

aku melakukan ini agar pihak lawan mengira kalau Jessi lah yang membunuhnya. dan juga ketika orang itu ingin melakukan hal terlarang kepada Jessi, Jessi pun menyerang bagian lehernya.

aku menangkap pergelangan tangan Jessi dan berkata dengan pelan :" semua orang sudah tidur dan ikutilah aku sekarang."

Jessi menatapku dan aku merinding akan tatapannya. aku pun bertanya :" ada apa?"

dia berkata :" dari mana pisau kecilmu itu berasal?"

aku mengikuti arah tatapannya dan melihat kalau tanganku sedang menggenggam pisau kecil pemberian ayahku. aku seketika panik dan kenapa aku bisa melupakan ini. Jessi pastilah mengenali pisau kecil ini.

kalau tahu begini, aku seharusnya tidak membawa pisau ini. namun aku benar benar tidak tega untuk meninggalkan pisau kecil pemberian ayahku ini. apalagi orang yang mengenali pisau ini sangatlah sedikit. jadi, aku bisa membawanya kemanapun aku pergi. malam ini, aku tidak sengaja menggunakan pisau ini dan tidak menyangka kalau Jessi akan melihatnya.

Jessi menatapku dan matanya mulai memerah. disaat ini, aku sangatlah panik karena aku merasa kalau dia sudah mengenaliku! dia pastilah sudah mengenaliku!

disaat ini, aku merasa senang namun aku juga merasakan panik. aku berharap dia mengenaliku namun juga takut kalau dia berhasil mengenaliku.

Jessi pun bertanya ditengah kekhawatiranku :" siapa kamu? siapa sebenarnya kamu?"

aku sengaja bersikap takut sambil berkata :" hei gadis, bukankah sudah aku katakan kepadamu tadi? kamu tidak perlu tahu siapa aku, kamu cuma perlu tahu aku adalah orang yang datang untuk menolongmu." setelah beberapa saat, aku memegang dagunya dan tersenyum sambil berkata :" apakah kamu suka kepadaku karena kegantenganku?"

Jessi hanya menatapku dan dia seketika mendorongku. dia menahanku pada dinding sambil menempelkan pistol pada leherku. dia pun merasa geram dan berkata :" aku bertanya padamu, siapa dirimu? darimana kamu mendapatkan pisau kecil ini?"

disaat ini, mata Jessi sangatlah merah dan dadanya berdegup kencang. dapat dirasakan kalau dia sangat marah sekarang. aku menatapnya dan menelan ludahku sambil berkata :" aku meminta kepada ayahmu sebelum aku bertugas kesini."

Jessi sangatlah pintar. dia tahu alasan aku menolongnya karena aku merupakan mata mata dari huaxia. oleh karena itu, dia juga tidak akan mencurigai perkataanku. hanya saja, ketika dia kembali nanti, mungkin dia akan kembali beradu mulut dengan ayahnya. namun ketika aku menatap mata Jessi, aku sangat ingin kabur darinya sekarang!

" kamu tidak berhak memakai pisau kecil ini." kata Jessi dengan tiba tiba.

dia merebut pisau kecil itu dan memegangnya dengan erat. pisau itu tidak sengaja melukai jari tangannya dan darah segar pun mulai mengalir. namun dia seperti tidak merasakan apapun. dia hanya menatap dalam pisau kecil itu dan berkata dengan pelan :" Alwi, aku akan membawamu pulang."

disaat ini, aku hampir meneteskan air mataku! aku sangat ingin berkata :" baik."

namun aku tidak bisa mengatakan itu!

Jessi menatapku dan aku berkata :" suamimu bernama Alwi?"

dia mengangguk dan aku pun tertawa sambil berkata :" kebetulan sekali, aku juga bernama Alwi."

Jessi sedikit terbengong dan menatapku dengan penuh kebingungan. aku tersenyum padanya dan berkata :" sepertinya ini merupakan barang milik suamimu. namun ayahmu berkata kalau ini merupakan peninggalan seseorang yang telah dihukum mati. ini...... suamimu...."

" diam!" kata Jessi dengan marah. sangat jelas kalau dia tidak suka orang lain melecehkanku.

aku merasakan kehangatan didalam hatiku dan aku juga merasa bersalah. aku pun tersenyum dan berkata :" seleramu tidak begitu tinggi ya."

Jessi pun berkata dengan cuek :" diamlah!"

aku pun langsung diam dan memberinya tatapan yang menandakan kalau aku tidak akan berbicara lagi. dia pun menundukkan kepalanya dan menyimpan pisau itu dengan berhati hati. dia pun berkata :" apa yang kamu mengerti? dia begitu baik, siapapun tidak akan mengerti itu, hanya aku yang paham."

aku menatapnya dan menghapus airmatanya. melihat dirinya yang seperti itu, mataku pun mulai memerah. aku menutup mataku dan menenangkan suasana hatiku. aku pun membalikkan badanku sambil berkata :" kamu sangat mencintainya ya."

Jessi tidak menjawabku dan berjalan mendekati pintu. setelah dia memastikan tidak ada orang, dia pun membuka pintu dan meninggalkan tempat ini. sangat jelas kalau dia tidak ingin berbicara lebih dengan orang asing seperti diriku. namun dia tidak tahu kalau orang asing didepannya ini merupakan Alwi yang dicintainya itu.

Jessi, dia sepertinya sudah berubah. dia menjadi semakin cuek dan tidak terlihat bahagia, namun semua itu karena aku. aku sudah membawa pergi semua senyum pada wajahnya dan aku lah yang telah membawa pergi semua harapan dan mimpinya.....

Novel Terkait

Evan's Life As Son-in-law

Evan's Life As Son-in-law

Alexia
Raja Tentara
4 tahun yang lalu
His Second Chance

His Second Chance

Derick Ho
Practice
4 tahun yang lalu
Love at First Sight

Love at First Sight

Laura Vanessa
Percintaan
4 tahun yang lalu
Inventing A Millionaire

Inventing A Millionaire

Edison
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
My Tough Bodyguard

My Tough Bodyguard

Crystal Song
Perkotaan
5 tahun yang lalu
Dipungut Oleh CEO Arogan

Dipungut Oleh CEO Arogan

Bella
Dikasihi
5 tahun yang lalu
Marriage Journey

Marriage Journey

Hyon Song
Percintaan
4 tahun yang lalu
The Sixth Sense

The Sixth Sense

Alexander
Adventure
4 tahun yang lalu