Cinta Dibawah Sinar Rembulan - Bab 612 Bertemu Teman Lama

Aku dan Jessi sudah membuat sebuah kesepakatan. Aku merasakan diriku menjadi semangat, mengingat ia memakai setelan gaun pengantin, aku jadi ingin segera terbang ke Beijing.

Jessi terkekeh lalu berkata, ”Kamu pasti ingin segera terbang ke Beijing lalu menikahiku.”

Aku berkata, “Apa yang sedang kupikirkan selalu tidak bisa terhindar dari tebakanmu. Tapi bagaimanapun aku memikirnya, aku tidak akan gegabah, karena aku mengerti bukanlah hal mudah jika aku ingin bersama denganmu. Aku ingin kamu menjadi pengantinku yang tercantik dan aku ingin menjadi pengantin yang bisa membuatmu merasa bangga. Oleh karena itu, aku harus menjalankan sebuah cara, agar aku dan kamu bisa menikah secara meriah.”

Jessi tertawa dengan gembira di sebrang sana setelah mendengar kata-kataku. Mendengar suaranya, aku yakin ia sedang tertawa bahagia di sebrang sana. Aku membayangkan wajahnya yang tersenyum, rasa rindu ini begitu sulit untuk dijelaskan.

Tiba-tiba Jessi berkata, “Data-data hubungan di Tianjing, aku akan menyuruh orang memberikannya kepadamu.”

Mendengar ia ingin menyuruh orang mengirim data-data tersebut kepadaku, aku berkata, “Tidak perlu repot-repot, kamu hanya perlu memotret data-data tersebut lalu mengirimnya kepadaku.”

Jessi tertawa lalu berkata, “Orang itu sudah berada di pesawat, percayalah kepadaku. Kamu pasti sangat ingin menemuinya. Kalau boleh, aku berharap kamu bisa berada disampingnya.”

Aku merasa sedikit terkejut, karena Jessi jarang menyuruh seseorang untuk membantuku, memikirkan orang yang ia suruh adalah orang yang jago dan orang tersebut akan sangat membantuku dalam melawan Galvin.

Jessi mengaturnya dengan baik, tentu aku tidak akan menolaknya. Aku tertawa lalu berkata, “Kamu tidak perlu khawatir, jika orangmu sudah tiba di tempatku, aku akan merawatnya dengan baik.”

Tiba-tiba Jessi mengucapkan kata-kata yang aneh, ia berkata, “Ia bukanlah orangku, tapi orangmu. Ia hanya berubah total setelah berada di tempatku beberapa bulan.”

Aku sangat penasaran dan bertanya siapakah orang itu kepadanya. Ia berkata dengan misterius, “Kejutan disebut sebagai kejutan, karena kita tidak tahu sebelumnya dan mendadak terjadi sehingga membuat orang bahagia. Kalau kamu sudah tahu terlebih dahulu, rasa bahagia itu akan berkurang setengah, apakah itu masih dapat disebutkan sebagai kejutan?”

Tebakan Jessi membuat hatiku merasa semakin penasaran siapakah orang yang akan datang, tapi aku menahannya. Aku berkata, “Baiklah, aku akan menantikan kejutan yang kamu berikan kepadaku.”

Jessi berkata, “Sudah, cukup sampai sini. Aku harus pergi makan obat. Rawatlah lukamu hingga memulih dan jaga dirimu sendiri.”

Aku berkata, “Aku tahu, kamu tidak perlu khawatir kepadaku. Kondisiku sangat baik.”

Dengan perasaan enggan, aku memutuskan sambungan telepon. Aku meletakkan ponselku, berdiri di depan jendela, menatap kota yang terbuat dari beton bertulang ini. Aku menatap jauh kearah kota Beijing ini, mengingat orang yang sangat kucintai, ia berada di kota yang jauh dijaga lebih ketat disbanding diriku. Aku berpikir, meskipun dirinya begitu anggun dan tidak terburu-buru, tapi di dalam lubuk hatinya pasti juga merasa cemas seperti diriku. Setiap hari ia pasti akan melihat ke arahku melalui jendela dan berharap aku akan segera melamarnya.

Demi dirinya, pertarunganku dengan Galvin, hanya boleh menang tidak boleh gagal.

Aku menghubungi Samuel dan menceritakan semua masalah yang diberi tahu oleh Jessi kepadanya. Setelah ia selesai mendengar, ia berkata, “Kalau memang benar seperti itu, Galvin merupakan seseorang yang kuat. Aku merasa bawahan kita pun, tidak bisa melawannya. Bagaimana kalau aku menghubungi Paman Kimi untuk meminta dirinya mengirimkan beberapa tokoh jago dari organisasinya?”

Aku membantahkan sarannya, lalu berkata, “Mungkin tidak bisa, tokoh-tokoh jago yang berada di organisasi kita mempunyai kewajibannya sendiri, bahkan identitas mereka tidak biasa, akan sangat berbahaya kalau ketahuan oleh seseorang.”

Meskipun identitas Kimi sudah ketahuan, namun identitas beberapa orang masih belum terbocorkan. Oleh karena itu, aku akan sangat berwaspada terhadap masalah ini.

“Kalau begitu harus bagaimana?” nada bicara Samuel berubah menjadi sedikit cemas. Ia bukanlah orang yang percaya diri dan ia juga mengetahui kekuatan bawahannya dengan jelas. Tidak bermasalah jika pergi melawan bawahan Galvin, tapi untuk sepuluh orang yang berada dalam daftar nama itu tidaklah begitu mudah.

Aku menarik napas dalam, lalu berkata, “Biarkan aku yang mencari solusi. Kamu dan teman-teman cepat melatih diri, kalau bisa dilatih secara ketat dan sekalian dipancing kejantanan mereka.”

“Aku mengerti.”

Aku berpikir cukup lama setelah memutuskan panggilannya. Akhirnya aku menghubungi Wolf Wang. Beberapa hari saat aku kembali ke Nanjin, aku sudah pernah menghubungi Wolf Wang dan telah menjelaskan semua cerita kepadanya. Ia bilang ia ingin menemuiku. Aku takut ia dan Joanna Ding kembali mengenang kenangan lalu, ditambah aku pernah mendengar bahwa mereka tengah menyiapkan pernikahan anak lelakinya, harus sibuk berhubungan dengan mertua di Shanxi dan membahas tentang kerja samanya, jadi hanya bisa diajak bertemu saat ia memiliki waktu luang.

Wolf Wang dengan cepat mengangkat panggilanku dan berkata dengan senang, “Alwi, mengapa hari ini kamu ada waktu menghubungiku?”

Aku dengan malu berkata, “Paman Wolf, aku takut menganggu Anda yang sedang sibuk menyiapkan pernikahan Kak Endy.”

“Bocah, aku tahu kamu sibuk, jadi aku tidak akan menyalahkanmu. Katakan saja, kamu mendadak menghubungiku, apakah kamu ada masalah?” Wolf Wang dengan khawatirnya bertanya, “Katakan saja kepadaku, jangan sungkan denganku.”

Masalah ini mendesak, mau tidak mau aku harus meminta bantuannya, aku pun langsung menceritakan semua masalah kepadanya. Aku memberi tahu semua kepadanya, karena aku tahu ia memiliki tokoh yang jago dan aku membutuhkan beberapa tokoh darinya untuk menyelesaikan masalahku.

Setelah Wolf Wang selesai mendengar cerita dariku, ia berkata, “Di sini ada beberapa orang yang bisa membantumu, tapi tokoh yang jago tidaklah banyak, hanya ada tiga.”

“Tiga?”

“Benar, satunya adalah Paman Zhang, satunya lagi adalah sahabat kita Leno. Kamu harus memanggilnya Paman Leno dan satunya lagi adalah Tante Ding.”

Mendengar ini, aku pun tertegun, bukan hanya karena Paman Zhang dan Paman Leno, tapi juga karena adanya Tante Ding. Ia terlihat sangat anggun, dan ia terlihat seperti gadis yang dimanjai oleh keluarganya, namun siapa sangka Wolf Wang memberi tahu kepadaku, ia juga berada di daftar nama tokoh jago tersebut. Bukankah fakta ini membuatku sangat terkejut?

Karena sangat terkejut, aku mendadak tidak bisa berkata-kata, tapi Wolf Wang malah tertawa terbahak-bahak, lalu berkata, “Kamu tidak tahu bukan? Tante Ding juga tidak kalah jago dengan kekasihmu itu.”

Tapi setelah itu ia dengan malu berkata, “Tapi aku tidak mengizinkan Tante Ding untuk membantumu. Kamu tahu juga kalau ia adalah seorang wanita. Ia juga sudah menginjak umur tua dan sudah hidup mewah bertahun-tahun, aku sungguh tidak ingin ia menghadapi pertengkaran itu.”

Aku sangat tahu kalau Paman Wolf mencintai Tante Joanna, lalu berkata, “Paman Wolf, kalaupun kamu ingin menyuruh Tante Ding untuk membantuku, aku juga tidak akan setuju, begitupula dengan Paman Zhang….”

Tidak menunggu aku selesai berbicara, Wolf Wang langsung berkata, “Tidak perlu khawatir dengan Paman Zhang. Tubuhnya sangat kuat, merupakan orang yang hebat dalam bertinju. Lagipula ia selalu ingin melakukan sesuatu untukmu. Kamu kabulkanlah keinginannya. Aku akan memilihkan beberapa orang lain lagi untuk membantumu.”

Aku berkata, “Tidak perlu, Paman Zhang dan Paman Leno sudah cukup, Paman Wolf. Kamu tidak perlu khawatir, aku akan menjaga mereka dengan baik.”

Wolf Wang bertanya dengan khawatir, “Kamu sungguh tidak memerlukan orang lagi?”

Aku berkata, “Tidak perlu, sekarang yang kukhawatirkan adalah sepuluh orang jago yang berada di daftar nama tersebut. Sedangkan yang lain tidak pantas kutakutkan. Dan aku juga curiga lelaki itu tidak akan mengajak orang lain selain sepuluh orang itu untuk mengikuti lomba tersebut.”

Wolf Wang berkata, “Baiklah kalau begitu. Kamu berwaspadalah. Sekarang aku akan menyuruh seseorang untuk mengantar Paman Zhang mereka ke sana.”

“Baik.”

Setelah memutuskan sambungan telepon, aku merasa tak berdaya. Kemampuan Samuel sangat kuat, begitupula dengan Nody. Aku pernah menanyakan mereka. Mereka mengatakan meskipun mereka tidak pernah melawan orang-orang yang berada di daftar tersebut, tapi peringkat Samuel mungkin berada di antara sekitar tujuh puluh dan peringkat Nody berada di antara sekitar enam puluh. Bisa dikatakan juga, selama Galvin membawa sepuluh orang yang berada di peringkat tujuh puluh ke bawah, maka kedua orang tersebut mungkin akan menang, ditambah Paman Zhang dan Paman Leno. Mereka berempat menang dan kita masih mempunyai enam pertandingan yang dijamin akan kalah.

Saat ini, aku teringat Jessi menyuruh seseorang untuk membantuku, mungkin ia bisa membantuku untuk memenangkan satu ronde, namun itu hanya bisa membentuk situasi yang seri, lagipula kita juga tidak mengetahui apakah mereka bisa memenangkan semua ronde.

Terpikir sampai sini, kepalaku mendadak merasa pening. Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan. Apakah aku harus minta bantuan kepada Kimi? Tapi aku merasa itu bukan sesuatu cara yang baik.

Mengingat ini, aku teringat Widya yang bahagia dan menarik napasku dalam. Aku memarahinya dalam hati, “Kali ini wanita itu membuatku sengsara. Suatu saat, aku akan membalas dendam kepadanya secara perlahan-lahan.”

Menjelang malam hari, Dony, Anna, Nody dan Monica mereka sudah kembali, lalu aku menceritakan semuanya kepada mereka. Nody mengerutkan dahinya lalu berkata, “Wanita itu tidak begitu mudah, pantas ia langsung memberi Sanny Club kepadamu, ternyata ia ingin memberimu banyak musuh untukmu melalui arena tinju bawah tanah dan melihat leluconmu.”

Aku tertawa pahit dengan tak berdaya, mengingat dulu aku begitu percaya diri, merasa selalu benar saat aku sedang menganalisa Widya, merasa diriku sendiri sudah mengetahuinya dirinya terlalu jelas. Pipiku mendadak memerah. Dasar! Aku dipermainkan olehnya.

Aku dengan kesalnya berkata, “Sekarang masalah yang memalukan adalah kekuatan kita secara keseluruhan lebih lemah dibanding musuh kita. Kalau aku tidak terluka, mungkin aku bisa mengalahkan salah satu musuh kita lagi, tapi sayangnya….”

Nody menatapku dan terdiam sejenak, lalu berkata, “Apakah Kak Aiko tahu masalah ini?”

Membahas tentang Aiko, aku sedikit mematung, lalu menggelengkan kepalaku. Aku tidak berniat untuk memberitahu masalah ini kepadanya. Nody menatapku lalu berkata, “Kamu malu memberitahunya? Kalau begitu biarkan aku yang memberitahunya.”

Aku ingin mencegahnya, namun ia menghela napas lalu berkata, “Kali ini, kita harus berhasil, tidak boleh gagal, bukannya seperti itu?”

Aku menghela napas dengan frustasi dan mengangguk kepalaku. Benar, jika melewati kesempatan baik ini, kita tidak akan memiliki kesempatan yang lebih baik untuk memasuki Tianjin. Memikir sampai sini, aku mengurungkan niatku untuk mencegat Nody, tapi didalam lubuk hatiku merasa bersalah, seharusnya aku yang harus berbuat baik untuk membayar kesalahanku terhadap Aiko dan membiarkan ia dan anak perempuannya hidup dengan damai, tapi aku selalu berakhir merepotkannya.

Nody menyelesaikan sambungan teleponnya dengan cepat. Ia memberikan tanda ‘OK’ kepadaku. Aku tertawa pahit, lalu beranjak kembali ke kamar.

Tidak ada yang menggangguku, karena mereka tahu aku membutuhkan waktu untuk menjernihkan pikiranku.

Setengah jam berlalu kemudian, terdengar suara ketukan pintu dari luar. Setelah itu, aku mendengar Nody berkata, “Alwi, ada seseorang yang mencarimu.”

Nada bicara Nody sedikit aneh. Aku membukakan pintu dan melihat ke arah luar dengan penasaran. Aku hanya menemukan seorang lelaki yang tubuhnya terbaluti tanah dan memakai sebuah topi. Orang itu memeluk sebuah koper berukuran kecil sambil menundukkan kepalanya. Orang itu sangat misterius, sehingga tidak salah lagi Nody menggunakan nada bicara seaneh itu kepadaku, mungkin ia mengira orang ini adalah orang yang memiliki niat jahat.

Aku menatap ke arah Dony dan Nody yang tengah menatap pria itu dengan tatapan waspadanya, lalu aku melihat ke arah orang yang tengah menundukkan kepalanya dan bertanya, “Permisi, siapakah Anda……”

Bahkan aku belum selesai berbicara. Orang itu mengangkat kepalanya secara perlahan-lahan. Saat aku menatap wajahnya dengan jelas, aku benar-benar mematung di tempat. Mulutku terbuka, namanya begitu susah disebut dari mulutku tapi akhirnya aku menyebut namanya, “Alver.”

Alver, ternyata orang itu adalah Alver.

Netranya berkaca-kaca, ia mengangkat tangannya perlahan-lahan dan memberikan sebuah hormat kepadaku, lalu berkata, “Lama tak berjumpa, Reino.”

Novel Terkait

Rahasia Istriku

Rahasia Istriku

Mahardika
Cerpen
4 tahun yang lalu
The Sixth Sense

The Sixth Sense

Alexander
Adventure
3 tahun yang lalu
Kamu Baik Banget

Kamu Baik Banget

Jeselin Velani
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Cinta Yang Dalam

Cinta Yang Dalam

Kim Yongyi
Pernikahan
3 tahun yang lalu
Unlimited Love

Unlimited Love

Ester Goh
CEO
4 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Star Angel
Romantis
4 tahun yang lalu
Lelaki Greget

Lelaki Greget

Rudy Gold
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Renita
Balas Dendam
4 tahun yang lalu