Cinta Dibawah Sinar Rembulan - Bab 1114 aku akan bertarung denganmu

Jessi berkata kalau dia akan menghormati segala keputusanku.

yang dia katakan adalah menghormati, bukan mendukung. aku merasa sedih karena aku mengerti apa maksud dari perkataannya itu. dia sebenarnya tidak mendukungku untuk melakukan itu, namun dia juga tidak ingin menghalangiku karena dia tahu bagaimana sikapku. aku tidak akan merubah keputusanku meskipun terjadi perselisihan.

aku memegang erat ponselku dan berkata dengan sedih :" Jessi, aku mencintaimu."

aku mencintaimu, meskipun aku sudah mengatakan itu ribuan kali, namun aku tidak pernah merasa bosan. aku mencintaimu, kalimat ini adalah pernyataan cintaku yang tulus, namun aku tidak tahu apakah kamu akan bosan mendengarnya.

Jessi pun berkata :" aku juga."

aku menutup panggilan itu dan aku menghalangi mataku dengan tangan. air mataku mengalir kencang.

aku berdiri didepan pintu taman makam dan menangis beberapa saat disana. setelah itu, aku pun masuk kedalam mobil dan menelepon Aiko.

Aiko pun mengangkat teleponku dengan cepat, aku bertanya :" apakah kamu ada waktu malam ini?"

" kenapa?" tanya Aiko dengan cuek.

aku berpura pura santau dan berkata :" aku ingin mengobrol denganmu. aku akan menunggumu di Colloseum. aku tidak akan pergi dari sana sebelum kamu datang."

aku pun menutup telepon setelah mengatakan itu. aku lalu membuka GPS dan berkendara menuju Colloseum. kota Nanjin yang menjelang malam memiliki cahaya yang indah. air hujan yang membasahi jendela mobil terlihat begitu indah sekarang.

benakku mulai membayangkan semua memori yang pernah aku lalui dikota ini. dimalam yang sepi ini, semua memori itu kembali terulang didalam benakku.

ketika aku melewati splendid, aku memperlambat kecepatan mobil dan menatap kelantai teratas splendid. tempat itu sudah lama tidak dihuni dan seingatku, aku pernah memberi sebuah kalung yang tidak begitu berhaga kepada Aiko disana. namun dia begitu menghargai kalung itu.

seketika terdengar suara klakson yang memekakkan telinga. sebuah mobil lewat dari sampingku dan memarahiku. aku tersadar dari khayalanku dan tidak memikirkan hal itu lagi. aku pun mengemudi dengan serius ke Colloseum.

setelah sampai di Colloseum, aku pun memilih sebuah tempat yang agak sepi dikarenakan ruangan VIP telah penuh. aku pun menunggu kedatangan Aiko disana. namun semua pelanggan disana telah pulang dan Aiko masih belumlah datang. apakah dia tahu kalau aku ingin menghalanginya dan dia tidak ingin bertemu denganku karena hal itu?

aku menunggu hingga tengah malam dan sudah waktunya Colloseum untuk tutup. seorang pelayan menghampiriku dan dengan terpaksa berkata :" maaf pak, kami sudah mau tutup. apakah kamu sudah mau pergi?"

aku berkata dengan datar:" aku sedang menunggu orang."

dia melototiku dan berkata dengan tidak berdaya :" kamu sedang menunggu orang, tapi kami tidak bisa menemanimu untuk terus menunggu orang itu."

aku tidak berbicara dan mengambil ponselku untuk menelepon Dony. pemilik Colloseum ini adalah aku, namun aku telah memberikan kuasa kepada Dony. setelah Dony mengangkat telepon, aku pun menjelaskan kondisi yang ada kepadanya. dia menyuruhku untuk memberikan ponselku kepada pelatan itu. setelah menerima ponselku, pelayan itu memberikan ponsel itu kepada salah satu manajernya. awalnya wajah manajer itu sudah kehilangan kesabaran, namun setelah mendengar suara didalam ponsel itu, dia seketika begitu menghormatinya.

setelah menutup telepon, dia menghampiriku dengan wajah yang tersenyum dan mengembalikan ponsel itu padaku sambil berkata :" pak, bos kami berkata kalau kamu boleh tinggal disini selama yang kamu mau. kami akan melayanimu selama 24 jam."

aku berkata:" tidak perlu, kalian sudah boleh pergi. aku akan mengunci pintu ini jika aku akan pergi nanti."

dia pun berkata:" bagaimana bisa, pelanggan kami saja belum pergi, bagaimana mungkin kami pulang duluan? begini saja, kamu tunggu saja orang itu. aku akan menyuruh koki didapur untuk memasak sedikit sup hangat untukmu. Dony berkata kalau kamu tidak makan seharian. dia menyuruhku segera menyiapkan makanan agar lambungmu tidak bermasalah."

aku merasa hangat atas perhatian Dony kepadaku. hanya saja dia tahu kalau aku sedang tidak ingin diganggu orang lain, jadi dia pun tidak kesini meskipun dia sangat khawatir.

disaat ini, aku benar benar merasa lapar. aku pun tidak menolaknya dan berkata :" maaf merepotkanmu, terimakasih."

orang itu pun tersenyum dan berkata tidak apa apa, lalu pergi dari sini.

aku mengeluarkan uang dari dompetku dan menyuruh seorang pelayan menghampiriku. aku lalu memberikan sejumlah uang itu. dia menatapku dengan terkejut dan ak berkata :" aku tahu kalian tidak akan mendengar perkataanku jika aku menyuruh kalian pergi. maaf merepotkan kalian. bagilah uang ini secara rata kepada rekan kerjamu dan anggaplah sebagai uang lembur."

pelayan itu berkata dengan sangat terkejut :" begitu...... begitu banyak, ini semua untuk kami ?"

aku mengangguk dan berkata :" jangan berpikir lebih, kalian pantas untuk mendapatkan ini."

setelah menerima uang itu, dia pun berkata :" terimakasih pak, kamu adalah orang baik."

orang baik? sudah berapa lama aku tidak dipanggil begitu? sayangnya aku tidak layak dipanggil begitu.

pelayan itu pun dengan senang membagi bagi yang itu. aku pun tersenyum melihat kebahagiaan mereka.

orang biasa akan merasa bahagia karena hal yang sederhana. aku berpikir dulunya aku juga sama seperti mereka. aku bisa merasa sangat bahagia hanya karena perkara kecil. mungkin waktu itu aku tidak menganggap itu adalah hal yang kecil karena aku memanglah sangat membutuhkan uang dikala itu.

...............

ketika aku sedang memikirkan itu, pintu pun terbuka. terdengar suara hentakkan sepatu dan pandangan semua orang tertuju padanya. semua orang menatapnya dengan penuh kejutan. jangankan mereka, aku juga merasakan hal yang sama.

orang yang datang itu adalah Aiko.

Aiko memakai Cheongsam berwana merah dan membawa sebuah kain sutra berwarna biru yang terikat oleh bunga plum. riasan pada wajahnya begitu indah seperti waktu pertama kali jumpa. pandangannya begitu hangat namun disaat yang bersamaan terdapat salju yang dingin didalam tatapannya itu, acuh tak acuh dan teralienasi.

Aiko berjalan menghampiriku, aku seketika merasa aku kembali ke beberapa tahun yang lalu. mengira kalau gadis yang ada didepanku adalah kak Cinta yang begitu dihormati dan disukai oleh banyak orang pada masa itu,

Aiko duduk didepanku dan bertanya :" kenapa tidak pulang?"

aku bertanya kembali padanya :" bagaimana denganmu? kenapa kamu kesini?"

Aiko menghindari tatapan mataku dan berkata :" aku sudah berpikir jelas dan mungkin kita memang harus berbicara dengan baik."

" apa yang ingin dibicarakan?"

" apa yang ingin kamu bicarakan?"

keheningan pun melanda.

dalam waktu cepat, makanan pun tersaji dari dapur dan aku berkata kepada manajer itu :" orang yang aku tunggu sudah datang, berilah aku waktu berdua dengannya."

manajer itu langsung berkata :" aku mengerti, aku akan menyuruh mereka semua pulang."

sekelompok orang yang awalnya merasa penasaran itu pun bubar seketika. setelah mereka semua pergi, aku menarik nafas yang dalam dan pergi ke bar untuk mengambil sebotol alkohol. aku mengambil dua buah gelas dan menuangkannya ke masing masing gelas.

Aiko berkata :" aku tidak minum alkohol."

aku menatapnya dan berkata :" kenapa? karena takut aku mencampurkan obat tidur didalam dan membuatmu kehilangan kesempatan untuk membalas dendam kepada ayahku?"

Aiko mengedipkan matanya dan dia mengangkat kepalanya sambil berkata :" benar."

benar? dia menjawabnya begitu cepat, aku pun tertawa cuek dan bekata :" kamu tidak minum, namun aku ingin minum."

Aiko menatapku ketat dan aku pun mulai meminum alkohol itu. melihat tatapannya yang tidak tergoyahkan itu, aku pun marah dan bertanya :" Aiko, apakah tidak bisa kompromi lagi? Cecilia begitu menyukai kakeknya, apakah kamu berharap dia mengetahui segala masalah yang kita alami? apakah kamu tidak peduli kalau dia akan merasa sedih?"

Aiko tidak menatapku dan dia hanya berkata dengan cuek :" kalau aku perduli, jadi siapa yang akan memerdulikan ayahku?"

aku ingin menasehatinya dan berkata :" masalah itu....."

dia langsung memotong pembicaraanku dan berteriak :" cukup! Alwi, aku tahu, ayahku adalah seorang pembunuh, dia harus bersiap diri untuk mati ketika berbisnis. namun dia adalah ayahku, dia melakukan semua bisnis itu demi aku. jika aku tidak membalas semua dendamnya, aku tidak akan bisa mengampuni diriku sendiri."

aku menatap Aiko yang begitu tegas itu dan tersenyum hina sambil bertanya :" apakah kamu penah berpikir, bagaimana mungkin kamu bisa melawan ayahku? apakah kamu tahu kalau ayahku lebih hebat dari kakekku? bahkan kamu juga tidak bisa berhasil melawanku sekarang, apalagi jika kamu pergi mencari ayahku untuk balas dendam, sama saja kamu cari mari! apakah kamu akan merasa senang jika Cecilia kehilangan seorang ibu?"

Aiko menggepalkan tangannya dan berkata :" aku harus tetap melawannya meskipun kalah. paling aku akan mati nantinya. lagian banyak orang yang menyayangi Cecilia. dia akan tetap tumbuh bahagia tanpa aku."

aku bahkan tidak berani mempercayai telingaku sendiri. aku tahu dia begitu mencintai Cecilia, jadi aku memilih menggunakan Cecilia untuk menasehatinya. namun aku tidak menyangka kalau dia berencana untuk membuang Cecilia begitu saja. aku seketika sadar kalau semua nasehatku itu tidak ada gunanya.

aku kembali menuang segelas alkohol untuk diriku sendiri dan meminumnya. aku menatapnya dan berkata:" kamu ingin balas dendam? baiklah, aku tidak akan menghalangimu."

Aiko menatapku dengan sedikit terkejut, dia mungkin tidak menyangka kalau aku akan mengubah ideku. dia menatapku dengan waspada dan mungkin dia ingin mengetahui rencanaku dari ekspresi wajahku.

aku berkata :" aku hanya menginginkan 1 hal."

Aiko pun berkata dengan serius :" katakan."

aku berkata :" jangan beritahu orang lain tentang hal ini, aku akan membantumu untuk memanggil ayahku keluar."

Aiko mengerutkan kening dan bertanya :" kamu tidak menipuku? kenapa kamu tiba tiba merubah idemu dan malah membantuku?"

aku tersenyum pahit dan berkata :" jika aku tidak melakukan itu, maka kamu akan menyerang ayahku didepan ibuku. disaat itu, tidak perduli apa hasilnya, ibuku pasti akan merasa sedih dan mungkin saja dia akan menghalangi kalian dan terlibat bahkan terluka karena hal ini."

setelah beberapa saat, aku kembali berkata :" dan juga ayahku punya banyak bawahan. mungkin mereka akan menyerangmu diam diam. jika itu terjadi, aku akan membenci ayahku dan begitu juga dengan mereka. jadi, aku membantumu, jika kamu ingin balas dendam, aku akan membiarkanmu melawan ayahku dengan cara yang adil. lagipula aku tidak merasa kalau kamu akan mengambil nyawa ayahku dan tidak merasa kalau ayahku akan sanggup melawanmu. jadi, aku akan menunggu disana, ketika kamu kalah, aku akan langsung memeluk dan membawamu pulang."

Aiko mengerutkan keningnya dan berkata dengan cuek :" aku akan berusaha."

aku berkata :" baiklah, semangat ya."

setelah mengatakan itu, aku menelepon ayahku didepannya. aku pun berkata :" ayah, ini aku, aku ingin membicarkaan sesuatu padamu. apakah kamu bisa datang ke Gunung Ungu di Nanjing sendirian sekarang? ada sedikit masalah yang perlu kita bicarakan. jangan beritahu kepada orang lain, aku akan menunggumu disana."

setelah mematikan panggilan itu, aku menatap Aiko dan bertanya:" apakah kamu sudah percaya?"

aku pun pergi etelah mengatakan itu. Aiko mengikutiku dari belakang dan dia pergi bersamaku ke gunung Ungu. didalam perjalanan, dia menatapku dan aku berpura pura tenang sambil bertanya :" apa yang kamu lihat? khawatir kalau kedepannya kamu tidak punya kesempatan untuk menatap wajah yang ganteng ini lagi?"

Aiko menghela nafas dan memutar kepalanya sambil berkata :" untuk apa kamu lakukan ini? kamu akan merasa lebih sedih jika menyaksikannya langsung."

aku tertawa datar dan tidak menjawabnya.

diluar jendela, hujan semakin deras. setelah kami sampai di gunung ungu, terdengar petir dan guntur, hujan dan angin juga begitu deras. Aiko tidak menghiraukan itu dan langsung turun dari mobil.

aku juga turun dari mobil. dia melihat jamnya dan aku berkata :" tidak usah lihat lagi, ayahku tidak akan datang."

Aiko langsung menatapku dengan terkejut. aku membuka mantelku dan berkata :" bukankah kamu mau balas dendam? aku akan membayar semua hutang ayahku. ayolah, aku akan bertarung denganmu."

Novel Terkait

My Lifetime

My Lifetime

Devina
Percintaan
3 tahun yang lalu
Cinta Tapi Diam-Diam

Cinta Tapi Diam-Diam

Rossie
Cerpen
4 tahun yang lalu
Mr Huo’s Sweetpie

Mr Huo’s Sweetpie

Ellya
Aristocratic
3 tahun yang lalu
Cinta Yang Tak Biasa

Cinta Yang Tak Biasa

Wennie
Dimanja
4 tahun yang lalu
Waiting For Love

Waiting For Love

Snow
Pernikahan
4 tahun yang lalu
CEO Daddy

CEO Daddy

Tanto
Direktur
4 tahun yang lalu
Cintaku Pada Presdir

Cintaku Pada Presdir

Ningsi
Romantis
3 tahun yang lalu
Menantu Hebat

Menantu Hebat

Alwi Go
Menantu
4 tahun yang lalu