Cinta Dibawah Sinar Rembulan - Bab 611 Janji

Entah Widya menyadari kelakuannya atau memiliki tujuan lain, aku tidak akan melepaskan kesempatan baik ini untuk berhubungan baik dengannya, setelah teringat ‘misi’ yang diberikan Jessi. Aku berdandan dengan baik dan menyuruh Samuel untuk mengantarku.

Hari ini Dony dan Nody memotret foto pernikahan bersama. Sedangkan Sulistio sudah membawa Kak Mondy pergi dari sini menuju Hangzhou. Untung masih ada Samuel yang menemaniku, kalau tidak aku akan sangat kesepian.

Widya mengajakku bertemu di Colloseum. Setelah setahun kemudian, Colloseum berubah sangat banyak, dengan dekorasi yang semakin mewah. Widya mengayunkan tangannya di ujung sana. Aku berjalan mendekatinya dan mendapati beberapa tatapan kekaguman dan kesedihan dari pelayan restoran, sehingga aku menjulurkan tanganku untuk menyentuh lukaku yang belum sepenuhnya sembuh itu.

Luka itu diiris oleh Mawar, belum sembuh hingga sekarang. Terkadang juga mengeluarkan darah. Untung saja sudah membuka, tapi menyisakan bekas dan sangat jelek. Tapi sejelek apapun, lebih bagus dibanding aku kehilangan wajahku, jadi aku sama sekali tidak merasa sedih karena luka ini. Melainkan Dony mereka selalu marah jika mereka melihat luka ini.

Aku duduk disebrang Widya. Ia masih saja mengikat rambutnya, hanya saja dirinya memakai blazer, sehingga membuat dirinya terlihat lebih kuat.

Aku bercanda. “Apapun yang dipakai wanita cantik memang cantik.”

Widya berkata, “Mulutmu begitu manis, apakah Nona Jessi mengetahuinya?”

Aku mengangkat alisku dan tertawa, “Pasti. Tiada orang lain yang lebih mengerti diriku selain dirinya.”

Tatapan Widya penuh dengan keremehan dan berkata, “Kudengar Nona Jessi melakuakan banyak misi besar, bahkan Claura dan ‘Alwi’ palsu yang gila juga takut kepadanya. Tapi setelah melihatmu, aku selalu curiga apakah Jessi yang mereka katakan itu benar atau tidak? Lagipula bagaimana mungkin wanita yang sepertinya bisa menyukai orang sepertimu?”

Perasaanku tidak enak saat ia sedang mencoba untuk merendahkan Jessi ataupun diriku. Aku berkata sambil menuangkan anggur untuknya. “Makanya kamu tidak bisa menjadi wanita seperti dirinya dan kamu pasti juga tidak bisa menebak pikirannya.”

Mengingat kejadianku dan Jessi untuk pertama kali, meskipun itu sudah berlalu lama, tapi aku bisa mengingatnya dengan jelas saat kita pertama kali bertemu. Aku dulu begitu berwaspada dihadapannya bagai seekor semut, bahkan bisa menggunakan kata ‘Anda’ untuk menyapanya. Jika dipikir kembali, benar-benar sangat memalukan.

Aku berpikir, tidak ada wanita lain yang masih ingin berbicara denganku dengan situasi seperti itu, selain seorang Jessi. Hanyalah seorang Jessi yang tidak memandang orang lain berbeda, begitupula aku yang begitu kasihan.

Tapi menurutku itu juga salah satu tindakan yang membedakan Jessi dengan yang lain. Aku sangat berterima kasih ia tidak merasa jijik kepadaku. Kalau bukan karena kata-katanya, mungkin aku masih didalam lumpur dn tanah seperti anjing.

Aku tidak tahan tertawa setelah mengingat itu. Saat ini, aku dapat merasakan tatapan mata yang dingin, lalu aku menyimpan pikiranku kembali dan menatap kearah Widya. Ia menyindirku dan berkata, “Sepertinya kamu sungguh menyukai wanita itu.”

Aku mengangguk kepalaku dan berkata, “Benar. Hanya ia satu-satunya yang berada didalam hatiku. Tapi mengapa kamu begitu peduli dengan hubungan asmaraku? Jangan-jangan kamu benar-benar jatuh cinta kepadaku? Jadi kamu iri melihat aku begitu menyukai orang lain?”

Widya membalikkan matanya dan berkata, “Kamu berpikir terlalu banyak. Aku sama sekali tidak tertarik kepadamu. Kalaupun ada, juga tertarik untuk cara membunuhmu.”

”Kamu begitu membenciku, mengapa kamu masih mengundangku untuk makan?” tanyaku dengan tersenyum.

Wajah Widya memerah, lalu ia mendengus dan berkata, “Aku mengajakmu makan karena aku memiliki hadiah besar untukmu, bukan karena tertarik kepadamu, juga bukan karena aku ingin berterima kasih kepadamu.”

Aku menyipitkan mataku dan mengetahui apa yang kupikirkan sebelumnya itu benar. Wanita ini tidak akan berbaik hati untuk mengajakku keluar makan, melainkan ada tujuan lain.

Aku tidak berbicara dan menyuruhnya untuk lanjut berbicara. Kalau ia sudah jujur kepadaku, kurasa ia tidak akan menyembunyikannya lagi.

Widya berkata, “Seperti ini. Aku baru saja menandatangani sebuah pertarungan dengan arena tinju bawah tanah di Tianjing. Orang mereka akan bertarung dengan orang kita. Kalau aku menang, arena tinju bawah tanah di Tianjing akan menjadi milikku. Kalau aku kalah, arena tinju bawah tanah Nanjin akan menjadi milik mereka.”

Aku sedikit terkejut mendengar ucapannya. Aku menatap Widya. Ia sedang mengangkat gelas anggurnya digoyang pelan sambil bertopang dagu. Ia menatapku dengan senyumannya dan berkata, “Kamu juga tahu kan, bahwa bisnis yang seperti arena tinju menghasilkan keuntungan yang begitu banyak. Jika terkenal, maka ada orang yang menginginkannya, sehingga pertarungan antar arena tinju itu sering terjadi. Seharusnya kamu juga mengetahui itu.”

Aku mengerutkan dahiku sambil mendengarnya dalam diam. Ia tertawa bahagia sambil bertanya, “Kamu marah? Aku juga tidak sengaja. Kamu tahu kan sifatku yang tidak ingin mengalah ini, paling benci jika ada orang yang mencoba untuk melawan. Kalau ada orang yang ingin melawanku, mengapa aku tidak menerimanya. Hanya saja aku lupa masalah ini saat memberi arena tinju kepadamu, jadi tidak pernah mengungkit masalah ini denganmu. Sekarang orang itu sudah menghubungiku, jadi aku tidak bisa menolaknya. Aku benar-benar minta maaf. Meskipun aku tahu kalau ini bisa merepotkanmu, tapi apa yang bisa kulakukan? Aku juga tidka berdaya.”

Aku ingin sekali menamparnya hingga mati setelah mendengar ucapannya. Meskipun ia memasang raut wajah sedih, tapi bagaimana mungkin aku tidak mengetahui maksdunya. Ia pasti sudah merencanakan semuanya untuk menjebakku, jadi ia sengaja tidak pernah mengungkit masalah ini, agar aku bisa mengalahkan arena tinju kepada orang lain. Saat itu, arena tinju yang kuperoleh kembali dengan susah berakhir menjadi milik orang lain. Kurasa namaku akan dijadikan lelucon bagi seluruh warga masyarakat.

Aku memandang kearah Widya. Ia masih saja memasang raut wajah sedih. Aku tertawa dan mengangkat gelas anggurku sambil berkata, “Terima kasih, Widya.”

Widya terkejut, seperti tidak mengerti mengapa diriku tertawa dan berterima kasih kepadanya. Ia menyesap bibirnya dan bertanya, “Apakah kamu gila karena sangat kesal?”

Aku menyesap anggur dan berkata dengan malas. “Bagaimana mungkin itu terjadi? Maupun aku gila, juga karena terlalu bahagia. Aku juga sedang bingung dengan cara apa aku bisa memasukki Tianjing dan kamu memberikan kesempatan yang begitu baik untukku. Aku sungguh tidak tahu bagaimana harus berterima kasih kepadamu. Bahkan aku merasa kamu ditakdirkan untuk membantuku. Kamu memang Dewi Keberuntunganku.”

Raut wajah Widya seketika berubah, mungkin ia ingin sekali melihatku marah, jadi ia sangat kecewa setelah melihat diriku begitu santai.

Widya menatapku sekilas dan tidak menemukan diriku yang sama sekali tidak senang. Ia berkata dengan kecewa, “Kamu jangan begitu percaya diri. Jangan salahkan aku tidak mengingat dirimu, bahwa orang yang menandatangani pertarungan denganku adalah seseorang yang sangat hebat, berasal dari Tianjing. Seharusnya kamu tahu kan keempat keluarga besar Tianjing. Ia merupakan salah satu anak sulung dari keempat keluarga besar itu, yaitu Galvin.”

Ia lanjut berkata, “Untuk Galvin, kamu boleh menyuruh orangmu untuk memeriksa datanya. Setelah memeriksanya, kamu pasti tidak akan begitu percaya diri lagi.”

Aku tidak membalasnya dan berpikir dalam hati. Widya mengangkat alisnya senang setelah melihatku tidak berbicara, “Apakah kamu masih ingin makan?”

Aku berkata, “Aku ingin. Manusia adalah besi, nasi itu adalah baja, tidak makan sekali saja bisa kelaparan. Mengapa aku tidak makan?”

Lalu aku mengambil sepotong daging dan ditaruh kedalam mangkoknya. Ia sedikit terkejut. Aku berkata, “Kamu juga makan banyakkan, agar lebih berisi dan terlohat lebih cantik.”

Widya tidak lagi berbicara setelah melihat daging di mangkoknya itu. Aku juga mulai makan dalam ketenangan. Kita tidak lanjut berbicara. Entah apa yang dipikirkan oleh Widya, baru saja makan beberapa suap lalu ia berhenti begitu makan.

Setelah acara makan-makan selesai, aku berkata, “Terima kasih atas traktiran Nona Widya. Tunggu aku mendapatkan arena tinju milik Galvin, aku akan mentraktirmu makan.”

Aku mengeluarkan sebuah boneka dari kantongku dan kuberikan kepada Widya. Ia bertanya dengan tatapan menjijikan. “Apakah itu?”

Aku berkata, “Sebagai hadiah traktiran. Kamu pasti kesepian tinggal sendirian. Benda ini sangat hebat, bisa berbicara denganmu secara pribadi. Kamu boleh bertanya kepadanya ‘apakah aku cantik’, ia akan menjawab dirimu adalah wanita yang tercantik didunia ini.”

Widya memandangku tercengang. Ia berkata, “Apakah aku terlihat seperti orang yang membosankan?”

Aku berkata, “Kamu terlihat tidak begitu membosankan, hanya saja kesepian.”

Widya sedikit terkejut. Aku bangun dan pergi meninggalkannya, tanpa menunggu reaksinya. Berjalan hingga belokan, aku bersembunyi dan melirik ia sekilas. Aku menemukan ia membuang boneka ke tempat sampah, tapi saat ia ingin melepaskan tangannya, ia masih sedikit ragu. Akhirnya ia menaruh boneka kedalam tasnya.

Aku menghela nafas dan pergi meninggalkan Colloseum.

Setelah itu, aku segera memberitahu Samuel. “Keluarga Wang dari Tianjing, Galvin. Tolong kamu periksa latar belakang keluarga ini dan orang itu, begitupula hubungan mereka. Semakin rinci semakin baik.”

Samuel mengangguk kepalanya dan tenang saja memberikan misi ini kepadanya.

Tiba di Splendid, Dony mereka belum kembali. Aku menghubungi Jessi dan menceritakan semua masalah yang terjadi. Aku juga bertanya apakah ia kenal dengan latar belakang Keluarga Wang.

Jessi terdiam sesaat dan berkata, “Keluarga Wang memang agak ribet.”

Mendengar nada beratnya, aku sudah tahu diriku telah merendahkan si Galvin itu dan bertanya, “Cepat beritahu aku situasinya sekilas.”

Jessi berkata dengan lembut. “Kamu jangan panik. Meskipun situasi Keluarga Wang agak spesial, tapi bukan tidak ada cara lain untuk menyerang mereka. Aku akan menceritakannya kepadamu...”

Lalu, Jessi memberitahu informasi yang ia ketahui kepadaku. Ia bilang Keluarga Wang merupakan urutan terakhir dalam keempat keluarga besar di Tianjing, mungkin terlihat payah, tapi merupakan keluarga yang memiliki dasar yang dalam dan hebat dalam menyembunyikan sesuatu. Keluarga ini merupakan keluarga keturunan bela diri. Kepala Keluarga Wang alias Ayahnya Glaad Wang, merupakan pendiri aliran bela diri yang baru. Sekolah bela dirinya hampir tersebar di seluruh negara ini, bahkan juga ada cabang di beberapa negeri lain.

Sedangkan Galvin adalah seorang pemimpin kekuatan bagian bawah yang cukup terkenal. Bawahannya merupakan saudara dekatnya yang ikut serta melatih bela diri dari kecil. Di daftar nama dimana Kobra dan Aiko berada, ada dua puluh orang dari Keluarga Wang menempati seratus besar, selain itu ada ada sepuluh orang yang mengikuti jejak Galvin.

Aku seketika merasa beban yang sangat berat, tapi ini sama sekali belum selesai. Selain mereka hebat dalam kemampuan bela diri, mereka juga melakukan bisnis penjualan obat-obat kesehatan. Bahkan harta kekayaan mereka lebih banyak dari ketiga keluarga besar lainnya.

Berarti Widya benar-benar menyiapkan sebuah hadiah besar untukku. Wanita ini benar-benar menjebakku.

Selain tercengang karena latar belakang dengan Keluarga Wang, aku juga penasaran mengapa Jessi bisa mengetahui itu semua. Aku bertanya kepada mengapa ia mengetahui semuanya? Ia bilang sejak tahu diriku ingin pergi ke Tianjing, ia sudah bersiap mencarikan data-data untukku. Sekarang tidak ada satupun yang tidak ia ketahui dari Tianjing.

Aku sangat terharu. Meskipun Jessi tidak berada dismapingku, tapi ia benar-benar sudah membantuku. Tidak ada dirinya, aku sama sekali tidak bisa melakukan apapun.

Aku berkata, “Jessi, aku rindu kepadamu.”

Jessi tertawa dan berkata, “Aku juga merindukanmu, jadi kamu harus berusaha, agar cepat tiba di Beijing. Hari dimana kamu datang, aku akan memakai gaun pernikahan menunggu kedatanganmu untuk menikahiku.”

Aku seketika merasa hatiku disuntik adrenalin. Aku berkata, “Janji.”

Novel Terkait

Akibat Pernikahan Dini

Akibat Pernikahan Dini

Cintia
CEO
4 tahun yang lalu
Unplanned Marriage

Unplanned Marriage

Margery
Percintaan
4 tahun yang lalu
Menantu Bodoh yang Hebat

Menantu Bodoh yang Hebat

Brandon Li
Karir
3 tahun yang lalu
Balas Dendam Malah Cinta

Balas Dendam Malah Cinta

Sweeties
Motivasi
4 tahun yang lalu
You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu
Wahai Hati

Wahai Hati

JavAlius
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
My Beautiful Teacher

My Beautiful Teacher

Haikal Chandra
Adventure
3 tahun yang lalu
Love Is A War Zone

Love Is A War Zone

Qing Qing
Balas Dendam
5 tahun yang lalu