Cinta Dibawah Sinar Rembulan - Bab 776 Rencana Busuk Apa Lagi yang Dipikirkannya

Melihat aku tertawa remeh, semua orang mematung. Banyak sekali orang menggunakan pandangan remeh dan pandangan marah untuk menatapku. Mungkin mereka tidak mengerti mengapa di saat seperti ini aku masih bisa tertawa.

Tapi raut wajah wanita tersebut semakin lama semakin menegang. Karena dari tatapanku ia bisa merasakan suasana hatiku, dan juga senyumanku saat ini bagaikan mimpi buruk terhadapnya.

Aku berujar pelan: “Melepaskan kalian? Memberikan kalian uang? Permintaan ini sangat mudah. Tapi aku penasaran, selanjutnya apa yang akan kalian lakukan?”

Wanita itu menatapku dengan marah: “Untuk apa kamu peduli kita?”

Aku tidak meladeni apa yang telah ia ucapkan, lalu menyalakan sebatang rokok dan duduk di atas panggung dengan malas. Melihat aku seperti itu semua orang semakin mematung, bahkan wartawan pun lupa memotretku. Mungkin mereka tidak menyangka di kondisi genting seperti ini, aku masih bisa terlihat santai.

Melihat aku setenang itu mereka tidak akan merasa aku menawan, namun mereka akan merasa aku tak punya hati. Aku bahkan melihat ibu dari anak kecil itu sudah mulai memarahiku.

Aku tidak mempedulikan mereka, tapi netraku terus-menerus menatap wanita ini lalu berkata: “Biarlah aku menebak selanjutnya apa yang akan kamu lakukan. Kalian pasti akan mencari suatu tempat dan menyembunyikan identitas untuk tinggal selamanya di tempat tersebut. Mungkin kalian akan melakukan operasi plastik, lalu membuat kartu identitas palsu untuk berjaga-jaga. Benar, bukan?”

Wanita itu mematung, lelaki itu pun juga ikut mematung. Raut wajahku berubah menjadi datar dan nada bicara juga berubah menjadi lebih berat lalu aku berkata: “Kamu mengira aku tidak akan bisa menemu kalian dalam kemampuanku? Kamu mengira kalau aku tidak menemu kalian, apakah kalian akan baik-baik saja? Aku harap kalian jangan gegabah, beneran. Kalau tidak, kalian akan dibunuh.”

Setelah aku selesai berujar, aku menggores leherku dengan menggunakan pisau, sekeliling menatapku kaget. Bagi mereka, membunuh adalah hal yang tidak mungkin mereka lakukan. Jadi saat aku selesai berujar, aku tersenyum tipis.

Bagi mereka, senyuman ini adalah sebuah lelucon, tapi membuat mereka melegakan hatinya juga. Mungkin mereka merasa aku sedang bercanda, namun wanita dan lelaki itu sudah merasa ketakutan hingga tubuh mereka gemetar.

Mungkin mereka merasa ketakutan, karena mereka menyadari aku menebak bahwa ada seseorang yang menginstruksi mereka. Karena kata-kataku mereka menjadi ketakutan, bukan karena sudah ditangkap olehku, tapi juga takut mereka akan dibunuh.

Saat aku tengah melawan pria itu, aku sudah menyadari bahwa pria itu bukanlah seorang pembunuh yang professional, tapi adalah orang yang sangat amat biasa. Tapi karena aku tidak menyadarinya, ia menyembunyikannya terlalu jago. Karena ia memiliki temperamen yang biasa sajaa ku bahkan tidak menyadari ada yang aneh di dirinya, sama dengan wanita itu.

Harus mengakui, orang yang menginstruksi sangatlah jago. Ia menebak keamanan di sini sangat baik, dan sangat mengerti jika mengirim seorang professional akan membuatku curiga, jadi mencari dua orang biasa untuk menurunkan tingkat kewaspadaanku.

Dan yang membuatnya terlihat jago adalah, ia bisa membujuk dua orang biasa ini untuk membunuh orang lain. Seperti kata pepatah “Akan ada pria pemberani dalam menerima sebuah tantangan”. Aku memikir mereka pasti karena uang jadi melakukan hal bodoh seperti ini. Alasan membuat mereka melakukan hal bodoh seperti ini adalah mungkin seseorang pernah berjanji, jika suatu saat mereka di penjara, seseorang itu akan mengeluarkan mereka.

Aku memikirkan masalah itu, lalu netraku menatap ke arah wanita itu dan berkata: “Aku bisa langsung memberi tahumu, kamu hanya mempunyai satu jalan. Lepaskan anak kecil itu selagi aku masih bisa berbicara dengan baik-baik terhadapmu. Semua masalah masih bisa dibahas, aku bahkan bisa membantu kalian.”

Wanita itu terlihat sedikit ragu, lagipula ia memang adalah orang biasa. Sementara jika aku berubah menjadi ganas, kemarahanku pasti akan membuat ia menjadi takut, jadi ia mulai tergoyah.

Tapi saat itu juga, pria itu berteriak dengan semangat: “Shanny, jangan percaya kata-katanya! Ia adalah orang gila, kalau beneran kamu melepaskan anak kecil itu, kita tidak akan hidup.”

Aku mengerutkan dahiku, memikirkan reputasiku memang sedikit tidak baik. Tapi karena diriku sendiri, aku malah kehilangan kesempatan untuk menolong orang.

Shanny terlihat lebih percaya dengan pria itu, mendadak ia berteriak seperti orang gila lalu berkata: “Lepaskan kita!”

Anak kecil itu menangis semakin deras di saat wanita itu tidak sengaja menggores lehernya, dan meneteskan darah. Orang tuanya bahkan sampai berlutut dan menangis.

Aku sedikit mengerutkan dahiku kesal lalu berkata: “Kalau aku tidak ingin?”

Mendengar kata-kataku banyak orang merasa tidak senang. Karena bagi mereka jika dua orang ini aman, anak kecil itu pun akan baik-baik saja. Jadi kelakuanku terlihat sedikit keterlaluan, tak punya hati, bahkan menganggap remeh nyawa anak kecil tersebut.

Wanita itu berteriak: “Kamu tidak takut aku akan membunuh anak kecil ini?”

“Anak kecil itu bukanlah anakku. Kalau kamu ingin membunuhnya, bunuh saja.”

Kata-kataku mmebuat semua orang marah, bahkan ada yang memarahiku: “Apakah kamu memiliki hati? Kalau anak kecil itu adalah anakmu, apakah hati kamu akan merasa baik-baik saja?”

Karena orang itu memarahiku, semua orang pun mengikutinya.

““Memang benar apa yang telah orang bicarakan, dasar pecundang!”

“Aku bahkan masih berpikir ia sangatlah tampan saat menolong Felicia, ternyata ia sangat egois. Orang seperti ini merendahkan negara kita.”

“Orang jahat macam apa, aku benar-benar ingin ia merasakan rasa sakit seperti ini.”

“Aku mengutuk seluruh keturunannya!”

“Berengsek, ia terlihat sombong sekali mentang-mentang kaya raya, sama saja seperti sampah!”

Bawahanku sangat marah, namun aku sendiri merasa biasa saja. Bukankah hanya salah paham? Aku sudah merasakannya berkali-kali, kalau sekarang aku masih peduli dengan kata-kata seperti itu, aku terlihat tidak dewasa.

Netraku menatap ke arah wanita itu, ia juga menatapku kaget, mungkin merasa terkejut karena aku terlalu kejam. Ia berkata: “Kalau anak kecil ini mati, reputasi kalian akan hancur.”

”Lalu?” aku dengan tidak pedulinya bertanya seperti itu.

Ia melototkan matanya, dengan tidak percayanya ia bertanya: “Lalu? Bukankah kamu akan rugi besar? Reputasimu akan hancur, perusahaanmu akan mengalami perubahan, kamu…. Reputasi kamu akan hancur selamanya.”

Aku terkekeh pelan lalu berkata: “Aku tidak peduli karena reputasiku sudah hancur dari dulu.”

Mendengar kata-kataku, semua orang menatapku dengan tatapan marah. Tapi saat itu juga Samuel muncul di belakang wanita itu dan memukulnya. Wanita itu pun langsung terjatuh pingsan.

Samuel mengambil pisau tersebut, orang tua anak kecil itu pun langsung menghampiri anaknya. Semua orang menyoraki Samuel, tapi Samuel tidak menghiraukan mereka. Ia menarik wanita itu lalu berkata: “Kak Alwi, bagaimana selanjutnya?”

Tatapanku mendingin, aku tertawa lalu berkata: “Bagaimana? Tentu saja mengantar ia bertemu dengan kekasihnya.”

Samuel mengangguk kepalanya, lalu menggotong wanita itu menghampiri pria yang sudah tergeletak lemas di lantai. Semua orang menatapku dan Samuel kaget saat mendengar percakapan kita. Aku memikir jika mereka tidak bodoh, mereka pasti paham sebenarnya aku hanya ingin mengalihkan perhatian wanita itu, biar Samuel bisa lebih cepat menolongi orang.

Meskipun aku merasa pada akhirnya wanita itu akan sepakat dibawah ancamanku, tapi juga harus berwaspada, siapa yang tahu ia akan melakukan sesuatu yang berbahaya?

“Di mana dokter? BIarlah ia mengecek anak kecil itu.” Aku berujar pelan.

Dengan segera, beberapa pengawal membawa satu dokter dan beberapa suster masuk ke dalam. Sebelum masalah ini terjadi aku sudah memberi perintah ke Samuel untuk memanggil dokter agar tidak terjadi masalah yang tidak diinginkan.

Saat dokter muncul membuat semua orang menjadi diam tak berkutik. Semua orang menggunakan pandangan aneh menatapku, aku tahu mereka pasti malu menghinaku setelah mengetahui ternyata adalah sebuah kesalahpahaman. Bagaimana tidak canggung?

Aku tidak menghiraukan mereka, lalu melemparkan mikrofon ke arah Jeth dan menggenggam tangan Felicia dan berkata: “Ayo, biarlah aku obati lukamu.”

Felicia tersenyum manis ke arahku, lalu mengikuti di belakangku. Kita mendatangi sebuah hotel, dengan segera Samuel mengambil kotak P3K, aku membersihkan luka Felicia, dan mengoles salep untuknya. Netra ia terus-menerus menatapku, aku tidak mengangkat kepalaku lalu berkata: “Hey, lihat apa kamu?”

Felicia terkekeh pelan lalu berkata: “Adik, apakah kamu tahu? Saat pria itu akan membunuhku, aku beneran merasa aku akan mati sekarang juga. Tapi syukurlah kamu ada, kamu menolongiku lagi.”

Aku menggunakan salep untuk menutupi lukanya, lalu tertawa dan berkata: “Kali ini kamu jangan memikirkan yang aneh-aneh.”

Felicia menggunakan satu tangannya menopang pipinya, dengan manjanya ia berkata: “Aku mau aku mau.”

Aku membereskan kotak P3K lalu menyentil dahinya pelan, aku tertawa lalu berkata: “Aku menolongimu, kenapa kamu harus seperti itu?”

Felicia mendengar kata-kataku lalu ia tertawa. Dengan kesalnya ia berkata: “Wanita secantikku ini, hanya kamu saja yang ingin meghindar.”

Tiba-tiba seorang wanita datang dengan terburu-buru dan menghampiri Felicia. Wanita itu terlihat sangat pintar dan berumur sekitar tiga-puluh-lima tahun. Ia mengelus dadanya saat melihat Felicia: “Astaga, aku dengar kamu diserang. Apakah kamu baik-baik saja?”

Ia melihat ke arah lengan Felicia yang dibaluti salep itu, dengan khawatirnya ia bertanya: “Lenganmu terluka? Apakah perlu ke rumah sakit?”

Felicia tertawa lalu berkata: “Kak Jin, kamu tidak perlu khawatir. Alwi sudah membantu mengobati lukaku, kok.”

Ia tersenyum ke arahku, lalu berkata: “Alwi, ini adalah managerku Kak Jin.”

Aku sudah sangat menghafal biodata Kak Jin, aku tentu mengenalinya. Tapi ini kali pertamanya aku melihat Kak Jin, dan ia tersenyum ke arahku. Tatapannya sedikit tidak ramah, seperti tidak menyukai, dan sepasang mata memandangiku. Aku tertawa lalu berkata: “Terima kasih sudah menjaga Kak Felicia selama ini, Kak Jin.”

Kak Jin tersenyum lalu berkata: “Felicia yang membayarku, menjaga ia adalah kewajibanku.”

Aku mengangkatkan alisku, aku tahu ia tidak perlu aku mengucapkan terima kasih kepadanya. Aku tersenyum, melihat mereka sudah balik. Sutradara terlebih dahulu menghampiriku dan tertawa lalu berkata: “Pak Alwi, ternyata kamu sangatlah jago. Kalau tidak ada bantuanmu, hari ini pasti akan sangat kacau.”

Aku berujar pelan: “Masalah ini berkaitan denganku dan memang seharusnya aku menyelesaikan masalah ini.”

Terdengar suara siren polisi dari luar. Samuel tiba-tiba mendekat dan berbisik di telingaku, “Tadi pihak polisi menghubungi kita, bilang mereka mendapatkan perintah dari atas dan mengharuskan untuk mengeluarkan dua orang itu. Kalau kedua orang tidak diberikan, maka akan terjadi masalah besar. Mereka juga bilang untuk jangan menyusahkan mereka.”

Perintah atasan? Mungkin ini perintah dari Keluarga Hu. Kalau aku tidak memberikan orangnya ke pihak polisi, kurasa Keluarga Hu pasti akan memaksa dan ada kemungkinan bisa menyebabkan perdebatan yang lebih besar. Lagipula kalau aku berhasil menolong orang, tapi juga tidak memiliki hak untuk bertindak hukum secara pribadi.

Aku memikir sampai sini, aku tertawa dingin. Aku membisikkan seuatu ke Samuel lalu ia mengangguk kepalanya, dan mengacungkan jempolnya ke arahku, lalu pergi dengan terburu-buru.

Setelah menunggu Samuel pergi, dengan penasaran Felicia bertanya: “Ide buruk apa yang sedang kamu pikirkan?”

Novel Terkait

Pria Misteriusku

Pria Misteriusku

Lyly
Romantis
4 tahun yang lalu
Revenge, I’m Coming!

Revenge, I’m Coming!

Lucy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Menunggumu Kembali

Menunggumu Kembali

Novan
Menantu
5 tahun yang lalu
Dipungut Oleh CEO Arogan

Dipungut Oleh CEO Arogan

Bella
Dikasihi
5 tahun yang lalu
Now Until Eternity

Now Until Eternity

Kiki
Percintaan
5 tahun yang lalu
See You Next Time

See You Next Time

Cherry Blossom
CEO
5 tahun yang lalu
Adieu

Adieu

Shi Qi
Kejam
5 tahun yang lalu
Doctor Stranger

Doctor Stranger

Kevin Wong
Serangan Balik
4 tahun yang lalu