Cinta Dibawah Sinar Rembulan - Bab 318 Datang demi Kamu

semenjak itu, dia tidak lagi mengingat siapa aku.

disaat ini, ponselku berdering dan ketika aku melihatnya, itu merupakan sebuah foto yang dikirimkan oleh kakek Ergi. didalam foto itu terlihat Felicia terbaring diatas kasur dan ibunya sedang duduk ditepi kasur sambil menyuapinya makanan. cahaya matahari yang masuk dari luar jendela itu menyinari kedua wajah mereka yang penuh senyuman itu dan itu kelihatan sangatlah nyaman.

foto ini mungkin diambil ketika pagi hari. ketika melihat senyuman tanpa beban yang ada pada wajah Felicia, aku tiba tiba mengingat wajah murung yang ada pada wajahnya ketika dia masih bersamaku dulu. hatiku sedikit sakit dan mungkin pilihanku tidaklah salah. dia bisa lebih bahagia tanpa aku.

malam ini, aku menghisap sebatang rokok dan aku merasa tubuhku telah dipenuhi oleh aroma asap rokok. ketika aku menghisap semua rokok yang ada pada kamar, aku pun bangkit berdiri dan pergi ke balkon lalu duduk disana. muncullah masa masa yang indah pada benakku.

ketika hari mulai pagi, aku pun mengambil bir yang ada didekat kakiku lalu mengarahkannya kearah kota lalu berkata :" selamat atas cinta kita yang telah berlalu."

setelah mengatakan itu, aku lalu meminum semua bir itu.

angin pada subuh di awal musim dingin ini menembusi tulangku. aku duduk dilantai dan memandang kearah yang jauh lalu mulai menyimpan kembali rasa sedih yang ada pada diriku lalu bersiap siap untuk menyambut hari yang baru.

terdengar suara pintu dari arah belakangku. aku tidak membalikkan kepalaku karena jika ada Mondy dirumah, tidak mungkin ada orang asing yang bisa masuk kedalam kamarku dengan sembarangan. setelah aku memikirkan itu, aku pun mengambil sebotol bir yang baru. ketika aku hendak membukanya, tiba tiba sebuah tangan yang lembut dan hangat menahanku.

aku mendengar suara nafas yang tidak asing dan hatiku berdegup kencang ketika melihat dua buah kaki panjang yang dibaluti oleh celana jeans. aku menegakkan kepalaku perlahan dan aku melihat sebuah wajah yang dipenuhi senyuman yang indah. aku membuka mulutku dan ketika ingin berbicara, dia langsung mendekatiku lalu menempelkan bibirnya pada bibirku yang dipenuhi oleh aroma rokok dan bir.

meskipun aku adalah seorang ahli dalam masalah ciuman, namun wajahku tetaplah berubah menjadi merah ketika dia menciumku dan kedua telapak tanganku menggepal dengan erat.

Jessi.

aku menyembut namanya didalam hatiku dan mulai melepas kepalan tanganku lalu meletakkan bir itu diatas lantai lalu memeluknya dan mulai menciumnya dengan perasaan yang lebih dalam.

angin pada subuh di awal musim dingin itu tiba tiba membawa beberapa aura yang hangat.

tidak tahu sudah berapa kami berciuman, Jessi pun mendorongku dan dia menatapku lalu tersenyum dengan datar :" sudah berapa banyak rokok yang kamu hisap dan berapa banyak bir yang telah kamu minum?"

mendengar perkataannya, wajahku tiba tiba memerah dan ketika melihat bibirnya yang merah dan basah itu, aku pun berkata :" maaf, aku.... aku lupa kalau aku belum menyikat gigiku."

Jessi membungkukkan badannya lalu menarik telingaku dan tersenyum sambil berkata :" sangat imut, telingamu bahkan sudah merah."

aku merasa wajahku semakin memerah. aku merasa diriku sedang digoda oleh seorang gadis cantik.

Jessi mengulurkan tangannya dan berkata :" bangkitlah, tidak apa apa. apapun yang terjadi aku akan tetap berada disampingmu."

aku menatapnya dan berkata :" kamu sudah tahu kan masalah tentang Felicia yang telah lupa ingatan?"

Jessi mengangguk dan aku kembali bertanya :" apa tujuan kedatanganmu ke kota HangZhou?"

" demi kamu." kata Jessi, " aku datang kesini demi menghibur dirimu yang lemah ini."

aku memegang tangan Jessi dan memeluknya dengan erat sambil berkata :" aku tidak apa apa, aku bisa menahan semua kepahitan dan kesakitan ini. aku bisa menanggung semua kehilangan ini. namun aku membutuhkan waktu untuk menyesuaikan semua ini dan mengenang semua kisah diantara kami berdua. setelah semua ini berlalu, aku akan kembali seperti dulu dan terus memandang kedepan. aku tidak berani melupakan janji diantara kita dan aku pun tidak akan menyianyiakan semua kebalikanmu!"

Jessi memelukku dan berkata dengan datar :" Alwi."

" emm?" aku berusaha untuk merasakan kehangatan yang diberikannya padaku dan aku merasa semua kedinginanku telah lenyap. aku memandang ke ujung langit dan matahari mulai terbit dan cahaya matahari itu mulai menyinari kami. aku mendengar suara Jessi yang berkata :" liburkanlah dirimu hari ini, anggap saja kamu menemaniku."

aku memejamkan mataku dan berkata :" baiklah."

Jessi kembali berkata dengan suara yang rendah :" pergilah beristirahat terlebih dahulu. kita pergi bermain bersama ketika kamu bangun nanti."

meskipun aku tidak memiliki mood, namun aku tahu Jessi ingin membawaku keluar berjalan jalan demi menenangkan perasaanku. aku pun membangkitkan semangatku lalu mengangguk lalu menggendongnya keatas kasur, aku berkata :" temanilah aku seperti di kampung dulu."

Jessi mengangguk. aku pun berbaring dan memakai selimut lalu memegang erat tanganyya sambil berkata :" kenapa kamu selalu bisa muncul disampingku dengan cepat ketika aku terjatuh tak berdaya?"

Jessi mengelusku menggunakan tangannya yang lain dan berkata :" mungkin ini yang dinamakan takdir."

aku tertawa ketika mendengar ini dan berkata :" emangnya kapan kamu berencana menemuiku?"

Jessi berkata dengan datar :" tidak pasti, namun yang pasti bukanlah tadi."

bisa dibilang kamu muncul karena tidak tega melihat diriku bersedih? aku merasa sangat senang dan aku kembali bertanya kepadanya kenapa dia bisa mengetahui keadaanku? dia menunjuk ke bangunan tinggi diseberang sana dan berkata :" aku tinggal di seberangmu dan lebih tinggi 1 lantai diatasmu. aku bisa melihat apa yang kamu lakukan melalui teropong."

aku pun bercanda padanya :" ternyata kamu adalah psikopat yang suka mengintip orang lain."

Jessi mengedipkan matanya dan berkata :" iya, hanya saja penampilan Tuan Alwi tidak begitu sedap dipandang."

aku pun berkata :" kalau aku tahu kamu sedang mengintipku, aku pastilah akan menelanjangi diriku agar kamu bisa melihat bentuk tubuhku yang indah ini. mungkin saja kamu akan tergoda pada bentuk tubuhku dan langsung datang memelukku."

setelah mengatakan itu, aku pun tertawa. Jessi lalu mencubit hidungku dan berkata :" aku sudah tenang melihat kamu yang sudah bisa bercanda."

kantuk melandaku dan aku memandang Jessi yang sedang tersenyum dengan mataku yang hampir tertutup sambil berkata :" sekarang aku mulai mengerti perkataanmu dulu."

Jessi mengerutkan keningnya :" perkataan apa?"

aku tidak berbicara dan perasaanku kembali bercampur aduk. dia pernah berkata kalau suatu hari nanti aku pasti akan mengerti apa yang ingin aku dapatkan dan siapa yang paling tidak bisa aku lepaskan. sekarang aku sudah memiliki jawabannya. namun aku masih belum rela untuk melepaskan orang itu. aku tidak tahu apakah aku bisa menahannya ataupun kehilangan dirinya.....

ketika memikirkan itu, aku pun terlelap pada tidurku dan ketika aku bangun, aku mencium aroma masakan yang wangi. perutku mulai berbunyi dan aku pun bangkit lalu melihat sebuah panci kecil diatas meja. tercium aroma harum yang keluar dari panci itu. disamping panci itu terdapat beberapa sayur dan terdapat juga beberapa tusuk sate kambing dan juga daging sapi. terdapat juga jamur dan beberapa sayuran lainnya. apakah ini hotpot?

terdengar suara air dari dalam toilet dan aku pun berjalan kearah toilet. aku melihat Jessi sedang mencuci sayur didalam dan ketika melihatku, Jessi pun berkata :" sudah bangun? aku telah memasak sup. bagaimana kalau kita makan hotpot hari ini?"

aku mengangguk dan berkata :" ikuti kemauanmu saja."

Jessi membawa pergi sayur yang baru saja dicucinya itu sambil berkata :" sikatlah gigimu terlebih dahulu. aku akan pergi melihat sup dulu."

aku berkata iya dan aku pun terus memandangnya ketika dia keluar dari dalam toilet. kamarku yang awalnya sangat berantakan itu sudah kembali rapi sekarang. jikalau cleaning service yang membersihkan semua ini, pastilah aku bisa merasakannya meskipun aku terlelap pada tidurku. oleh karena itu, pastilah Jessi yang membersihkan semua ini dan aku bisa merasa tenang jika dia berada dikamarku.

aku bahkan memikirkan kalau rumahku akan bersih dan rapi jika aku menikah dengan Jessi.

setelah menyikat gigi, aku berjalan keluar dan Jessi menunjuk ke tempat yang ada diseberangnya sambil berkata :" mari makan."

aku menghampirinya dan duduk disana. aku lalu melihat bunga mawar yang ada pada pot bunga. aku berkata :" cantik. namun kenapa kamu memberiku bunga mawar ini?"

Jessi tersenyum sambil berkata :" karena aku merasa bunga mawar bisa membawakan kebahagiaan bagi wanita dan otomatis ini juga berguna bagi pria. demi mendapatkan pria yang selama ini aku sukai, aku rela membuat sedikit keromantisan."

aku merasa bersalah dan berkata :" namun itu adalah tugas kami sebagai lelaki."

Jessi mengerutkan keningnya dan menjepitkan sebuah daging ke piringku lalu berkata :" kenapa? siapa yang membuat aturan kalau pria lah yang harus menggoda wanita? kenapa wanita tidak boleh menggoda pria?"

mendengar ini, aku tersenyum dan berkata :" jika kamu tidak merasa aku manja, aku akan membiarkanmu menggodaku setiap hari."

Jessi menyuruhku untuk cepat menyantap makanan itu dan berkata kalau makanan itu akan tidak lezat jika sudah dingin. aku mengangguk dan memakan daging itu. aku juga bertanya kepadanya kenapa memasak hotpot hari ini? dia dengan santainya berkata bukankah ini yang dikatakan kehidupan yang sesungguhnya?

aku mengangguk dan berkata :" iya, inilah kehidupan yang sesungguhnya, kehidupan yang penuh kelembutan. sang istri memasak makanan untuk suaminya dan sang suami menjepit sayur untuk istrinya."

Jessi menatapku dengan pandangan yang manja dan bertanya :" istri apa? kamu masih belum lulus seleksi."

mendengar ini, aku berkata :" bukankah kamu sudah menciumku tadi? dan ini masih belum lulus seleksi?"

Jessi mengerutkan kening dan bertanya :" sejak kapan aku mencium mu? apakah kamu ada bukti? apakah kamu ada foto?"

melihat tingkahnya yang imut itu, hatiku mulai bergejolak dan bangkit berdiri. dia menatapku dengan terkejut dan aku mengeluarkan ponselku lalu membuka fitur kamera. setelah itu aku menundukkan kepalaku dan mencium dia lalu mengambil sebuah foto. dia menatapku sambil tersenyum lalu menutup matanya perlahan. aku meletakkan ponselku perlahan dan memegang wajahnya lalu menciumnya dengan perasaan yang dalam.....

Novel Terkait

Bretta’s Diary

Bretta’s Diary

Danielle
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Jalan Kembali Hidupku

Jalan Kembali Hidupku

Devan Hardi
Cerpen
5 tahun yang lalu
Craving For Your Love

Craving For Your Love

Elsa
Aristocratic
4 tahun yang lalu
Pergilah Suamiku

Pergilah Suamiku

Danis
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Excellent Love

Excellent Love

RYE
CEO
4 tahun yang lalu
The Winner Of Your Heart

The Winner Of Your Heart

Shinta
Perkotaan
5 tahun yang lalu
Cutie Mom

Cutie Mom

Alexia
CEO
5 tahun yang lalu
Perjalanan Selingkuh

Perjalanan Selingkuh

Linda
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu