Cinta Dibawah Sinar Rembulan - Bab 346 Siapa itu Kak Alwi ?

Yang membuatku merasa sangat terkejut adalah, gadis yang jongkok didepan makam Kak Toba dan sedang membakar kertas adalah gadis yang aku temui di restoran pagi ini, gadis yang sangat mirip dengan adik perempuanku.

Dia berjongkok disana dengan kepala tertunduk, terlihat sangat sedih, menghidupkan api sedikit, lalu meletakkan kertas ke dalam api. Dan disampingnya adalah seorang wanita yang lebih tua 5 atau 6 tahun darinya, dia juga lumayan cantik, dari alisnya terlihat sangat sedih, sambil membakar kertas itu sambil mengatakan sesuatu.

Ketika menyadari aku dengan Dony Yun, kedua wanita itu tertengun, dengan segera wanita yang lebih tua itu berdiri dan berkata: “Halo.”

Dan gadis yang mirip dengan adikku bertanya dengan terkejut: “Mengapa kamu lagi”

Saat dia mengatakannya, sambil melihat sekeliling. Dia sepertinya ingin melihat apakah ada orang disekitarnya, aku tersenyum dan berkata: “Jangan lihat lagi, tidak peduli apakah ada orang disekitar, aku tidak akan melakukan apapun terhadapmu, aku bukan mengikuti kamu kemari, tetapi aku hanya datang mengunjungi teman lama ku saja.”

Berbicara sampai disini aku meletakkan bunga yang ada ditanganku didepan batu nisan, lalu bertanya kepada wanita yang lebih tua: “Bagaimana aku memanggil nona ini?”

Dony Yun jongkok untuk meletakkan makanan yang kami beli.

Wanita itu berkata dengan datar: “Kamu pasti adalah bos Alwi, aku adalah kakak iparnya, suamiku bernama Kenny.”

Kenny

Aku menggelengkan kepala, aku tidak pernah mendengar nama ini.

Perkataan wanita itu berikutnya membuat hatiku sakit, dia berkata: “Kamu mungkin tidak mengingat nama suamiku, tetapi kamu pasti tahu bahwa Jondi mengkhianatimu waktu itu, karena sekelompok saudara-saudaranya ditahan oleh Johan, dan suamiku, Kenny adalah orang yang dibunuh untuk memberi peringatan terhadap orang lain.”

Sebelumnya Sulistio pernah mengatakan kepadaku bahwa Johan demi memaksa Kak Toba membantunya, dia menangkap beberapa saudaranya, dan membunuh salah satu dari mereka dengan kejam. Aku tidak menyangka bahwa istri saudara yang dibunuh itu masih bersedia datang membakar kertas untuk Kak Toba.

Selama beberapa saat hatiku dipenuhi dengan rasa terima kasih, aku berkata: “Kakak ipar, aku minta maaf dan terima kasih bahwa kamu telah bersedia datang untuk melihat Kak Toba.”

Masalah pada waktu itu, seumur hidup ini Kak Toba mungkin tidak akan pernah memaafkan dirinya sendiri, tetapi aku sangat ingin mengatakan kepadanya bahwa kakak iparnya telah memaafkannya, dan dia tidak perlu memiliki beban pikiran yang begitu berat lagi.

Wanita itu sepertinya tidak menyangka aku akan bereaksi seperti ini, dia tertengun lalu berkata: “Kamu tidak perlu mengucapkan maaf kepadaku, aku tahu bahwa masalah ini tidak ada hubungannya denganmu, dan kamu juga tidak perlu berterima kasih padaku, karena aku hanya melakukan apa yang aku anggap benar. Disaat suamiku masih hidup, dia menganggap Jondi sebagai adik kandungnya sendiri, dia selalu mengatakan kepadaku bahwa jika tidak ada Jondi maka dia sejak awal sudah dibunuh oleh sekelompok orang, jadi nyawanya adalah milik Jondi, bahkan jika suatu hari dia mati karena Jondi, dia juga tidak akan menyesal.”

Berbicara tentang ini, wanita itu mengeluarkan air mata, dan gadis itu dengan suara kecil memanggil ‘Kak’. Wanita itu memandang foto Jondi, berkata: “Karena suamiku berpikir begitu, mungkin dia rela untuk mati, jadi aku tidak pernah menyalahkan Jondi, aku hanya merasa kasihan kepada mereka, kedua orang yang baik, mengapa tuhan tidak membiarkan mereka hidup dengan baik?”

Aku jongkok, dengan lembut menyentuh tulisan dibatu nisan, berkata: “Karena aku tidak cukup baik, makanya bisa dibodohi oleh orang jahat. Kematian kakak adik ini ada hubungannya denganku, tetapi aku masih hidup dengan baik.”

Berbicara sampai disini, aku memandangi foto Jondi, melihat senyum lembut disudut mulutnya, dengan suara rendah memanggil ‘Kak Toba’, Dony Yun menepuk pundakku dengan pelan, berkata: “Sudah lama tidak bertemu dengannya, jangan begitu tidak bahagia, dia akan sedih.”

Aku menganggukan kepala, mengeluarkan kertas uang untuk dibakar dan menuangkan empat gelas alkohol, setelah selesai bersulang aku datang ke pemakaman Jenny, dan menaruh seikat bunga untuknya, dan mengeluarkan pin kupu-kupu, berkata: “Ketika kamu mengikat rambut, kamu paling suka menggunakan pin kupu-kupu, aku memilih yang paling cantik, kamu pasti menyukainya.”

Sambil mengatakan aku mulai meletakkan makanan dan memakar kertas, lalu bersulang.

Ketika selesai melakukan semua ini, aku melihat kedua wanita itu menatapku, dan kemudian aku bangkit dan berkata: “Apakah ada masalah?”

Wanita itu menggelengkan kepala. Aku memandang gadis disampingnya, wajah gadis itu langsung memerah lalu bersembunyi dibelakang wanita itu. Wanita itu tersenyum lalu berkata: “Adikku lebih pemalu, kamu jangan keberatan.”

Aku menggelengkan kepala, berkata: “Tidak keberatan.”

Wanita itu berkata: “Aku masih belum memperkenalkan kita berdua. Namaku Miami, adikku bernama Faye.”

“Faye” aku berkata dengan bercanda, “Namanya sama seperti artis itu.”

Faye dengan langsung melototiku, berkata: “Tentu saja tidak sama, dia adalah dia dan aku adalah aku. Selain itu, apakah ekpresimu sedang menertawakanku?”

Sewaktu dia marah juga sangat mirip dengan adikku, aku tanpa sadar menganggapnya sebagai adikku, lalu tersenyum lembut berkata: “Tentu saja tidak, nama yang indah, dan aku merasa kamu lebih cocok menggunakan nama ini daripada dia. Faye adalah nama yang suci dan cantik, kamu seharusnya memakai nama ini.”

Mendengar perkataan ini, wajaH Faye tiba-tiba memerah, dan menundukkan kepalanya karena malu, sementara Miami berkata dengan waspada: “Alwi, aku mendengar bahwa pacarmu sangat cantik, adikku sebagaimana polos pun tidak akan menandingi wanita itu, kan.”

Aku tahu dia salah mengerti maksudku, dan aku langsung tersenyum canggung, lalu berkata: “Kamu jangan salah paham, aku tidak punya maksud lain. Ketika melihat Faye, aku terpikirkan adikku, dan kemudian tidak bisa menahan untuk memuji dia.”

Melihat mereka yang tidak percaya denganku, aku berkata tanpa daya: “Sungguh”

Sambil mengatakan, aku mengeluarkan dompetku dan membukanya, kemudian mengeluarkan sebuah foto, dan itu adalah foto adikku. Ketika melihat foto ini, mereka mengeluarkan ekspresi terkejut aku tersenyum sambil berkata: “Sangat terkejut, bukan? Ketika aku berjumpa dengan Faye, aku juga sangat terkejut, sama seperti kalian sekarang.”

“Adikmu benar-benar sangat mirip denganku.” Kata Faye, “Dia sedang dimana, jika dia sedang di Nanjin mungkin kita dapat bertemu, dan itu pasti sangat menyenangkan.”

Ketika Faye tahu bahwa aku tidak bermaksud jahat terhadapnya, dia tidak lagi terlihat takut. Dia berkata dengan naif, dan wajahnya yang bersemangat untuk mendapatkan teman baru.

Aku memandangi foto, dan berkata dengan suara kecil: “Dia tidak ada didunia lagi”

Faye sedikit terkejut, dan kemudian dengan segera meminta maaf kepadaku, aku tersenyum dan berkata tidak apa-apa, aku sudah mulai menerima kenyataan ini.

Pada saat ini, tiba-tiba Miami menerima sebuah panggilan telefon, dan kemudian berkata kepada Faye: “Faye, ada sesuatu yang mendesak di perusahaan dan aku perlu kesana, kamu kembali ke sekolah sendiri, berhati-hatilah dijalan.”

Faye mengangguk dan berkata: “Baiklah, Kak, kamu berhati-hatilah dijalan, jika ada masalah apa maka hubungilah aku.”

Miami berkata baiklah, lalu menganggukkan kepala kepadaku dan Dony Yun, kemudian berbalik badan dan pergi.

Ketika Miami pergi beberapa saat, Faye juga mengatakan bahwa dia juga sudah mau pergi. Aku bertanya kepadanya dimana dia kuliah, dia mengatakan bahwa di Universitas Atmajaya, aku berkata dengan datar: “Aku mengantarmu kesana saja.”

Faye dengan terburu-buru berkata: “Tidak usah, aku hanya perlu berjalan sedikit sampai di halte bus kemudian naik bus saja.”

Aku tersenyum sambil berkata: “Tidak apa-apa, kebetulan aku ada sesuatu yang perlu diurus disana, benarkan Dony Yun?”

Dony Yun yang dari awal sampai akhir hanya sedikit berbicara itu menganggukan kepala, lalu berkata dengan datar: “Kita ada janji dengan teman bisnis untuk membicarakan bisnis. Intinya sejalan, ayo jalan bersama saja.”

Faye menganggukkan kepala dan berkata baiklah.

Kami turun dari gunung dan meninggalkan tempat pemakaman. Dony Yun mengantar kami ke Universitas Atmajaya, dan ketika diperjalanan Leo menelefonnya, dengan segera dia berkata: “Alwi, aku harus kembali ke perusahaan dulu untuk menanggani beberapa hal, kamu yang mengantar nona Faye ke sekolah ya.”

Aku menganggukkan kepala, jadi perjalanan selanjutnya hanya ada aku dan Faye. Namun, sebelum sampai di Universitas Atmajaya, Faye menyuruhku berhenti, dia mengatakan bahwa hari ini adalah hari sabtu, jadi tidak perlu kembali terlalu awal, sekarang dia harus pergi ke toko teh susu untuk bekerja.

“Bekerja?” Aku berkata dengan penasaran, “Membuat teh susu?”

Faye mengangguk, mengigit bibirnya dan berkata: “Jika kamu tidak terburu-buru untuk membicarakan bisnis, kamu bisa datang ke toko dan minum secangkir teh susu, aku yang mentraktirnya, anggap saja sebagai tanda terima kasihku karena telah mengantarku ke sekolah.”

Aku berkata sambil tersenyum: “Kalau begitu aku tidak sungkan lagi.”

Aku mencari tempat untuk menghentikan mobil, lalu turun dari mobil dan membukakan pintu untuk Faye, dia merasa sungkan lalu berkata ‘terima kasih’, dan kemudian menunjuk ke sebuah pintu unik didekatnya, dan berkata: “Ini adalah toko teh susu dimana aku bekerja.”

Aku berjalan bersamanya kesana, dan bertanya kepadanya apakah bekerja paruh waktu lelah, dia mengatakan tidak lelah tetapi gajinya sedikit. Aku bertanya padanya apakah dia kekurangan uang, dia mengatakan bahwa sejak kecil kedua orang tuanya sudah meninggal dunia, dan kakaknya sendirian yang membesarkan dia, dan termasuk biaya kuliahnya saat ini, itu semua dibiayai oleh kakaknya. Jika gajinya bisa lebih tinggi, maka bisa sedikit mengurangi beban kakaknya.

Perkataan ini membuat hatiku mengalir rasa kasihan, aku berkata: “Ini benar-benar sangat kebetulan. Aku dan adikku dan kalian memiliki pengalaman yang sama, dan satu-satunya yang berbeda adalah dia tidak seberuntung kamu, mempunyai tubuh yang baik. Sejak kecil tubuhnya sangat lemah, jadi setiap hari ketika meninggalkannya, aku sangat khawatir, dan takut penyakitnya akan kambuh, tetapi bahkan seribu sejuta khawatir, seribu sejuta hati-hati, aku tetap tidak bisa mempertahankannya.”

Faye mendengarkan dengan tenang, sepasang mata besar itu tidak bisa menyembunyikan rasa simpati yang lembut.

Aku meminta maaf mengatakan: “Maaf, ketika melihatmu, aku selalu terpikirkan adikku, sehingga membuatku selalu membicarakan hal tentangnya.”

Faye menggelengkan kepala, berkata: “Tidak apa-apa, aku sangat suka mendengarkan ceritanya. Yang tidak beruntungnya adalah dia telah meninggalkan duniawi, dia pasti sangat bersyukur mempunyai kakak sepertimu.”

Berbicara sampai disini, dia membuka pintu toko teh susu, dan menyambutku masuk. Setelah aku masuk, dia berkata: “Duduklah disana, aku akan membuatkanmu secangkit teh susu.”

Aku mengangguk dan mencari tempat untuk duduk. Melihat sosok Faye yang sedang sibuk, mengingatkanku akan adikku yang sibuk didapur untuk memasakkan aku makanan, teringat tawanya, teringat segala tentangnya, dan tanpa sadar air mataku mengalir keluar.

Ketika Faye datang ke hadapanku, dan melihatku seperti ini. Dia dengan langsung tertengun, aku langsung menyeka air mataku dan berkata: “Maaf”

Faye menggelengkan kepala, dan membawakan teh susu kehadapanku, berbalik badan dan berjalan beberapa langkah, kemudian dia berbalik, lalu berkata: “Ketika kamu merindukan adikmu, kamu boleh datang mencariku, aku tidak keberatan jika kamu menganggapku sebagai dia, bertambah satu kakak, itu lumayan bagus.”

Aku tersenyum, berkata: “Baik.”

Pada saat ini, tamu di toko teh susu berdatangan, seketika Faye menjadi sibuk. Aku menghabiskan teh susu itu dan diam-diam menaruh uang dibawah cangkir. Ketika bangkit untuk pergi, aku melihat seorang wanita mengenakan pakaian sangat menawan dengan beberapa pria disekitarnya. Mereka tidak mencari tempat untuk duduk, dan langsung pergi ke tempat Faye, wanita itu berkata: “Adik kelas, masih membuat teh susu? Secangkir teh susu hanya menghasilkan sedikit uang, kakak memberitahumu, kamu ikut aku dan kamu bisa menghasilkan uang sebulan dalam sehari saja.”

Aku mengerutkan kening, dan mendengar Faye berkata dengan gelisah: “Kak Fanny, aku bekerja dengan baik disini.”

“Faye, jangan tidak tahu malu.” Seorang pria memaki, “Kak Alwi telah mengatakan, kamu adalah benih yang bagus, dan harus membawamu kesana, jika kamu tidak pergi, maka berhati-hatilah dengan kakak dan juga keponakan kecilmu.”

Aku memandangi mereka dengan dingin, berkata: “Kak Alwi yang mana?”

Pria itu menoleh kepadaku, dengan tidak sabar memandangku dari atas sampai bawah, berkata: “Diseluruh Nanjin yang bisa dipanggil Kak Alwi hanyalah satu orang, dan itu adalah bos Nanjin, Alwi.”

Novel Terkait

Cinta Tak Biasa

Cinta Tak Biasa

Susanti
Cerpen
4 tahun yang lalu
My Cute Wife

My Cute Wife

Dessy
Percintaan
3 tahun yang lalu
A Dream of Marrying You

A Dream of Marrying You

Lexis
Percintaan
3 tahun yang lalu
Inventing A Millionaire

Inventing A Millionaire

Edison
Menjadi Kaya
3 tahun yang lalu
Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu

Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu

Milea Anastasia
Percintaan
4 tahun yang lalu
Balas Dendam Malah Cinta

Balas Dendam Malah Cinta

Sweeties
Motivasi
4 tahun yang lalu
Eternal Love

Eternal Love

Regina Wang
CEO
3 tahun yang lalu
Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
3 tahun yang lalu