Cinta Dibawah Sinar Rembulan - Bab 29 Plan B

Claura ingin memotong burungku!

Seketika Aku tercengang mendengar perkataan pria yang berbadan kekar itu.

Ternyata mereka tidak salah mengenali orang, Akulah sasaran mereka! Apalagi mereka tidak hanya ingin memukuliku, tetapi malah bermaksud memotong ituku!

Claura teramat kejam, sedendam itukah Ia terhadapku, sampai-sampai memperlakukan Aku seperti ini?

Beberapa hari yang lalu Ia masih bilang mau punya anak laki-laki dan menyuruhku minum obat, sekarang Ia malah ingin menjadikanku seorang kasim, Ia benar-benar sudah gila, dasar nenek lampir!

Saking ketakutannya Aku menyiutkan badan agar menghindari pisau yang digenggam pria kekar itu.

Namun mereka memegangiku dengan sangat erat, Aku tidak bisa berkutik sama sekali.

Saat itu perasaanku campur aduk antara takut, panik dan malu, sekarang ini Aku pasti terlihat sangat mengenaskan, apalagi tertangkap basah dalam keadaan memalukan seperti ini di hadapan Felicia, perasaan seperti ini sangatlah tidak nyaman, karena Ia jelas tahu bahwa Aku ini tidak cacat.

Namun mau tak mau Aku menatapinya dengan penuh harap, Ia adalah malaikat penyelamatku yang terakhir.

Felicia cukup menggugah hatiku, tanpa bermaksud meninggalkanku, Ia langsung berkata:"Kamu pasti salah tanggap, Claura memintaku untuk membawanya pergi."

Seusai berkata Felicia langsung berjalan sampai ke hadapanku dan mengulurkan tangannya untuk menarikku.

Tetapi Pria kekar ini tidak memberinya kesempatan sedikitpun, Ia melangkah maju dan menghalanginya tepat di depanku dan berkata:"Nona cantik, tolong jangan menyusahkanku."

Sekejap Felicia mendorong pria kekar tersebut dan menjawabnya:"Minggir, kalian akan menyesal kalau berani menyentuhnya, Claura tidak akan mengampuni kalian."

Felicia memaksa untuk menarikku, namun pria kekar ini terpancing merasa dirinya ditantang, Ia mengulurkan tangannya dan mendorong Felicia, hampir saja Felicia dibuat jatuh tersungkur.

Melihat kejadian ini, seketika Aku merasa panas hati, tanpa sadar Aku mengepalkan tanganku sembari mengamati situasi yang berlangsung, jikalau mereka berani menyentuh Felicia sekali lagi, nyawa ini jadi taruhannya, Felicia sudah berusaha melindungiku, Aku harus memperlihatkan sikap sebagai seorang pria jantan.

Felicia tidak lagi memaksa, Ia hanya mengeluarkan ponselnya dan dengan sikap dingin berkata pada pria kekar itu:"Hebat ya Kamu, berani-beraninya menyentuhku, sepertinya Kamu tidak tahu hubunganku dengan Claura, Kamu tunggu saja."

Setelah mengucapkannya, Felicia bertingkah seolah bersiap ingin menelepon seseorang.

Pria kekar itu cukup menyesal dan buru-buru berkata:"Nona ini, kalau ada masalah kita bicarakan baik-baik, Aku sungguh tidak bermaksud untuk menyentuhmu."

"Jangan menggangguku, kalau tidak ingin meruwetkan masalah ini, sebaiknya biarkan Aku membawanya pergi." Felicia bertutur sembari menunjukku.

Tekadnya membuatku cukup terharu.

Pria kekar itu kelihatannya merasa dipersulit dan lekas berkata:"Nona ini, Aku boleh membiarkanmu membawanya pergi, tapi Kamu tunggu sebentar."

Setelah berkata, Ia justru mengeluarkan ponselnya dan menelepon seseorang.

Selang sepersekian detik, Ia berbicara di ponselnya:"Nona Claura, kami sudah di sini dan menangkap orang yang Kamu maksud, tetapi belum bertindak. Sekarang teman kamu itu muncul dan bilang ingin membawanya pergi, Ia masih bilang ini adalah perintahmu, Apakah itu benar?"

Mendengarnya Aku mulai gugup, dipikir-pikir pria ini sungguh patuh, dengan Ia berbuat seperti ini, tidak hanya Aku, Felicia pun juga akan berada dalam keadaan bahaya!

Namun Felicia malah menyambar ponselnya dan langsung berkata pada Claura:"Clau, orang macam apa yang kamu bayar ini, berani-beraninya Ia menyentuhku!"

Seusai berkata, Felicia langsung menyalakan speaker, kemudian dari ponsel itu terdengar suara Claura yang penuh amarah:"Apa? Dasar anjing tiada bercawat ekor, mau cari mati?"

Selepas itu Felicia lekas bersiap mematikan telepon, Aku mengerti maksudnya, Ia ingin menekan mereka.

Namun tidak disangka, belum sempat Ia menutup telepon, lekas terdengar lagi suara Claura berbicara:"Tapi masalah Alwi jangan Kamu pedulikan, Aku harus membuatnya jadi kasim hari ini."

Ucapan Claura kali ini membuat Felicia tidak jadi menutup telepon, karena pria kekar dan kawanannya tidak akan segan-segan lagi terhadapku.

Felicia mengerutkan keningnya, namun Ia masih berusaha dengan suara centil berkata pada Claura:"Clau, sepertinya ini kurang baik, bagaimanapun Ia tetaplah suamimu."

Claura lekas menjawab:"Feli, ada apa denganmu, kenapa tiba-tiba mengurusi masalah lelaki sampah itu? Aku sudah tidak ada waktu, hari ini kesempatan yang bagus, kalau berhasil mengurusinya, Aku bisa mengundur waktu lebih lama lagi, kalau tidak Aku tidak ada cara untuk menjelaskannya pada Ibuku."

Ternyata ini yang Ia takutkan, mungkin sudah sampai batas waktu perjanjian Ia dan ibunya. Namun tetap saja Ia terlalu kejam, hanya demi ini, Ia ingin menghancurkan hidupku?

Felicia lekas menjawab:"Clau, jangan begitu, Aku harus menolong Alwi hari ini!"

Claura amat jengkel dan berkata:"Feli, Kamu gak salah minum obat kan? Cepat pulang."

"Kalau Kamu tidak melepaskan Alwi, Aku tidak akan menemuimu lagi." Felicia dengan tegas menjawabnya.

Kata-kata ini bak bom yang meledak, meledakkan hatiku, bahkan melelehkannya juga, Tidak pernah terpikir olehku Ia akan bertengkar dengan Claura demiku.

Claura marah besar, namun Ia sangat menyukai Felicia, selang beberapa saat terdiam, Ia bertanya:"Beri Aku alasan, Kenapa?"

"Pulang nanti Aku langsung menjelaskannya padamu, sekarang bukan waktu yang tepat." Felicia langsung menjawabnya.

Claura menyetujuinya:"Baik, kasih teleponnya ke orang itu."

Felicia menyodorkan ponselnya pada pria kekar itu, setelah pria itu mengambilnya dan berbicara beberapa patah kata, Ia langsung membawa anak buahnya pergi, namun sebelum pergi Ia masih menatapku dan Felicia seperti ada yang janggal.

Selepas mereka pergi, barulah Aku berdiri setelah menenangkan perasaanku.

Aku buru-buru berkata pada Felicia:"Kak Feli, Kamu, Aku...Minta maaf, Aku sudah melibatkanmu, bagaimana sekarang, kalau Kamu pulang nanti pasti akan berurusan dengan Claura kan?"

Felicia tidak panik sedikitpun, Ia malah tertawa dan berkata padaku:"Bisa apa lagi, masalah ini terlanjur terjadi, kalau tidak ada jalan lain lagi kita berdua lari saja."

Aku menundukkan kepala dengan canggung, namun Ia malah menyeringai:"Kenapa, adik kecil tersentuh oleh perkataan kakak? Ingin memberikan segalanya demi bersamaku? Wah, mau melakukannya dengan kakak di toilet pria?"

Aku menengadahkan kepala dan menatapnya, sedikit segan dan berkata:"Kak Feli, sudah seperti ini Kamu jangan menggodaku lagi, sekarang harus bagaimana, dengan kepribadian Claura yang seperti itu, Ia tidak akan membiarkanmu."

Felicia berjalan kemari, dengan pelan menepuk bokongku, berkata:"Adikku, Kamu tidak usah khawatir lagi, Aku punya caraku sendiri, ayo, pulang."

Kemudian Aku menyusuri Felicia keluar dari hotel, namun sesampainya di luar hotel, Aku merasa sedikit tidak berani untuk pulang dan berkata padanya:"Kak Feli, kalau tidak Kamu saja yang pulang untuk menemui Claura, lalu Kamu bicara baik-baik dengannya, mungkin Ia akan memaafkanmu. Kalau Aku pulang bersamamu, Ia pasti akan murka melihatku, jangan sampai nanti menyusahkanmu lagi, kalau-kalau Ia main tangan memukulimu."

Felicia memelototiku, lalu bertanya apa yang harus ditakutkan dan masih menambahkan Ia akan melindungiku.

Setelah mengatakannya, Ia mendekatkan bibirnya ke tepi telingaku dan berbisik:"dan coba Kamu pikir-pikir, Vila sebesar itu, hanya kita bertiga, bersama-sama..."

Aku sadar Felicia sungguh suka membuat lelucon seperti itu denganku, lalu melihat wajahku yang merah padam, Ia tertawa gembira.

Aku tak tahu harus bicara apa lagi, tetap saja merasa ragu, Aku juga tidak tahu kenapa bisa sangat takut pada Claura, seolah sudah menoreh trauma di dalam hatiku.

Pada saat ini Felicia tiba-tiba berkata padaku:"Adik kecil, kalau Kamu tidak kembali, Kamu pasti akan menyesal, hari ini adalah masa ovulasi Claura, ini adalah kesempatan baikmu untuk naik pangkat."

Seusai berkata, Felicia langsung menaiki mobil mazda merahnya.

Hari ini adalah masa ovulasi Claura, kesempatan baik untukku. Aku tidak begitu mengerti dengan perkataan Felicia ini, namun sepertinya juga mengerti.

Akhirnya Aku memutuskan untuk naik ke mobilnya, Aku kira seharusnya mendengarkan Felicia, Ia telah menyelamatkan harta pusaka kepriaanku, mana mungkin Ia ingin menjerumuskanku.

Kita sudah mau sampai ke rumah, Claura sedang duduk sendirian di atas sofa, wajahnya penuh amarah, seakan-akan ingin memakan orang.

Aku tak berani menatapnya, Ia berpura-pura Aku tidak bisa mendengar dan dengan jengkel langsung berkata pada Felicia di hadapanku:"Feli, Kamu ini kenapa sih, kenapa sekarang berurusan dengan si sampah?"

Felicia langsung menjawab:"Mana ada Aku berhubungan dengannya, kami bekerja di hotel yang sama, ya pastinya adalah berhubungan, cuma ya hanya hubungan yang biasa saja, hari ini Aku melihatnya dipukuli, apalagi orang yang Kamu bayar mau memotong itunya, otomatis Aku menghentikannya."

"Ngapain Kamu mengurusi urusannya, Kamu seperti ini bermaksud melawanku? Jengkel sekali rasanya." Claura dengan perasaan mendidih mengatakannya, buah dadanya pun ikut bergoyang.

"Clau, Aku tuh bermaksud baik padamu, Kamu pikir kalau sudah memotongnya jadi tidak akan ada masalah lagi? Ibumu pasti akan tetap ikut campur masalahmu, tetap saja mau cucu, kemungkinan besar akan menyuruhmu nikah lagi, kalau sampai saat itu Kamu mau cari kemana lagi sampah yang tidak berguna seperti dia?"

Claura mengerutkan alisnya dan mulai berpikir, dengan lekas Ia berkata lagi:"Poin ini, bukannya Aku tidak pernah memikirkannya. Tapi Aku tidak bisa lagi meredam kemarahanku, si sampah ini justru sudah berani pergi dari rumah, beberapa hari ini ibuku tidak melihatnya di rumah, malahan menyalahkanku dan curiga Aku yang sudah mengusirnya, jengkel sekali. Jadi Aku pikir mengambil kesempatan kali ini membayar orang untuk mengobrak-abrik hotel dan sekalian mengatasinya. Tapi, Feli, benar katamu, mungkin Aku yang terlalu impulsif.”

Felicia tertawa sembari menepuk-nepuk pundak Claura dan dengan centil berkata:"Iya kan, kalau benar-benar Kamu berbuat begitu, katakanlah masalah ini tidak dibesar-besarkan, tapi tetap saja akan menyebabkan banyak masalah. Clau, Menurutku sebaiknya Kamu pakai plan B saja."

Plan B?

Felicia menyarankan Claura untuk menggunakan plan B, sesaat Aku mulai penasaran, Apa itu plan B?

Claura menoleh dan memelototiku dengan tajam, berkata:"Ternyata nasib si sampah ini sangatlah baik, yang seharusnya jadi kasim, malah Feli selamatkan, mungkin ini adalah takdir. Feli, kalau begitu sesuai perkataanmu, laksanakan plan B."

Novel Terkait

Menantu Bodoh yang Hebat

Menantu Bodoh yang Hebat

Brandon Li
Karir
4 tahun yang lalu
Hei Gadis jangan Lari

Hei Gadis jangan Lari

Sandrako
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Bretta’s Diary

Bretta’s Diary

Danielle
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Ten Years

Ten Years

Vivian
Romantis
4 tahun yang lalu
My Goddes

My Goddes

Riski saputro
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Istri Direktur Kemarilah

Istri Direktur Kemarilah

Helen
Romantis
4 tahun yang lalu
Innocent Kid

Innocent Kid

Fella
Anak Lucu
4 tahun yang lalu
Wanita Pengganti Idaman William

Wanita Pengganti Idaman William

Jeanne
Merayu Gadis
5 tahun yang lalu