Cinta Dibawah Sinar Rembulan - Bab 782 Merusak acara Pernikahan

Pernikahan Jessi tiba pada waktunya tanpa hambatan, untuk sementara waktu, semua orang berpikir aku telah melepaskan dia, dan telah menerima kenyataan bahwa dia akan menikahi orang lain.

Tidak heran orang-orang berpikir demikian, karena dalam tiga bulan terakhir aku benar-benar sibuk dan tidak biasa, aku membuka sebuah restoran bertema “mengingat masa lalu”, kolaborasi dari makanan chinese dan barat, suasana yang romantis, rasa yang enak, ditambah lagi Felicia sering makan di sini, dan juga aku yang sedikit terkenal, membuat restoranku sangat ramai.

Dan aku, di mana saat nganggur aku akan pergi ke lokasi konstruksi, ke restoran, atau pergi ke perusahaan-perusahaan di bawah naunganku untuk memantau, dan setiap setengah bulan aku pergi ke Hangzhou untuk menemani Cecilia selama empat hari, sisanya aku hanya berdiam diri di rumah dan berlatih.

Jadi, dari luar aku benar-benar sudah tidak terlihat ingin merebut Jessi, aku mendengar Ficky Chen berkata, bahwa pada saat makan malam bersama dengan para keluarga besar, keluarga Hu dengan bangga berkata bahwa aku hanyalah seekor kutu yang tidak berdaya, yang tidak berani melawan keluarga Hu, dan juga mengatakan bahwa aku hanya berani berontak di Nanjin.

Hanya saja keluarga Hu tidak tahu, alasan kenapa aku tidak bertindak selama ini, padahal aku hanya ingin memberi mereka merasakan kedamaian untuk terakhir kalinya, secepatnya mereka akan tahu betapa ‘baik’ nya aku.

Malam sebelum pernikahan Jessi, aku mendapatkan kiriman jas yang sudah kami pesan terlebih dahulu, setelah selesai mandi, aku pun mencoba jas tersebut, ukurannya sangat pas di badanku, aku berdiri di depan cermin membayangkan seolah Jessi berdiri di sampingku dengan gaun pengantinnya, dan aku tidak bisa menyembunyikan senyumku.

Sebenarnya aku ingin merampas posisi kepala keluarga Chen, maka dari itu keluarga Hu tidak bisa menolak untuk tidak memberiku undangan, tapi keluarga Chen akhir-akhir ini sangat tenang, sepertinya ada seseorang yang hebat di balik ini semua, Ficky Chen juga berpikir demikian, bahkan Ficky Chen menyuruh aku untuk tidak bertindak sementara waktu, jadi, aku sudah menyerah dengan keinginan ini.

Jika memang keluarga Hu tidak ingin mengundang aku, terus mau gimana? Tapi Jessi tetap mengundang aku dan teman-temanku melalui Ficky Chen.

Tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu, ketika aku membuka pintu, terlihat Felicia berdiri di depan mengenakan gaun putih dengan potongan leher yang rendah, dia pun memutar badannya dan dengan senyum manisnya, dia berkata : “Cantik tidak?”

Aku mengangguk, berkata : “Kenapa? Besok kamu juga ikut?”

Felicia memutar bola matanya, berkata : “Dari nada bicaramu, sepertinya kamu tidak suka aku pergi.”

Bukan aku tidak ingin dia pergi, melainkan aku ingat orang-orang di Beijing memusuhi keluarga Su, apalagi masalah Jay masih belum diselesaikan, jika Felicia kembali ke sana, pasti dia akan mendapatkan cibiran dan pandangan yang tidak enak, inilah yang tidak aku inginkan.

Sepertinya Felicia tahu apa yang sedang aku pikirkan, dia berkata : “Aku tahu apa yang kamu pikirkan, tapi aku tidak peduli, aku kembali kali ini hanya ingin mengunjungi penjara, bagaimanapun aku ingin menjenguk ayahku.”

Aku tahu, Felicia selalu merindukan keluarga Su, apalagi sudah sekian lama ini, dia masih tidak bisa menghubungi satu orang pun di keluarga Su, meskipun dia tidak mengatakannya, tapi aku tahu hatinya begitu gelisah, bahkan beberapa malam ini aku sering mendengar suara dia di kamarnya, pasti dia mengalami insomnia.

Tiba-tiba aku teringat sesuatu, aku berkata : “Baiklah, aku akan mengantarmu, tapi kamu harus janji, apapun yang kamu dengarkan, yang kamu lihat, kamu harus bisa menenangkan dirimu.”

Felicia mengangguk, dan dengan semangat dia berkata : “Oke.”

Di pagi hari berikutnya, aku, Nody, Dony Yun, dan Samuel beserta beberapa orang menaiki helikopter menuju Beijing, dan di waktu yang bersamaan, Aiko membawa Cecilia, Sulistio dan Mondy beserta beberapa pengawal, juga mengguna helikopter berangkat dari Hangzhou menuju Beijing.

Kedua pesawat tiba di Beijing di waktu yang hampir bersamaan, kami mendarat di halaman belakang Pamanku.

Baru saja turun dari pesawat, Pamanku menyambutku dengan tersenyum sambil menghisap cerutunya, dia memelukku, dan berkata : “Dasar bocah, lama tidak berjumpa, makin tampan saja.”

Aku berkata : “Paman juga, masih begitu energik.”

“Haiss, Paman sudah tua, Paman tinggal menunggumu ke Beijing, mengambil alih keluarga Wei, dan membantu Paman berbisnis, dengan begini, Paman bisa bersantai, dan juga Paman bisa berlibur dengan kekasihku.” Kata Pamanku sambil tertawa.

Orang-orang turun satu per satu, kemudian Felicia menghampiri aku dan berdiri di sampingku, dan dengan sopan berkata : “Paman.”

Pamanku memerhatikannya, kemudian dengan bercanda, berkata : “Nona Su, apakah sudah terbiasa tinggal di Nanjin? Si bocah Alwi ini tidak menyusahkanmu kan?”

Felicia menggelengkan kepalanya, sambil tertawa berbicara : “Tidak, dia sangat perhatian padaku.”

Pamanku tertawa terbahak-bahak, berkata : “Baguslah kalau begitu.”

Aku berkata : “Paman, aku perkenalkan, ini saudara baikku Dony Yun, dan istrinya Anna, ini Nody, dan istrinya Monica, dan ini Samuel, dia……eh, dia jomblo.”

Selesai aku berbicara, semua pun tertawa, raut wajah Samuel datar, memandang dengan kesal ke arah saudara-saudaranya yang tertawa di belakang, berkata : “Tertawa apa kalian, bukankah beberapa orang dari kalian juga jomblo?”

Selesai dia berbicara, mereka semua terdiam, termasuk Nando dan Regy Yang, aku tertawa keras, berkata : “Kenapa sesama jomblo harus saling menyakiti?”

Aku tidak memperkenalkan yang lain dengan satu per satu lagi, karena mereka merupakan orang-orang yang bertanggung jawab untuk melindungiku, setelah bertemu dengan Pamanku, mereka pun mulai mempersiapkan diri dengan senjata masing-masing, dan mencari tempat untuk bersembunyi.

Pada saat ini, Aiko, Sulistio dan Mondy turun dari helikopter yang lain, ketika melihat aku, Cecilia yang ada di pelukan Aiko terlihat begitu gembira, sambil menepuk tangannya, dia berkata : “Ayah…ayah.”

Aiko melepaskan dia dan membiarkan dia berjalan ke arahku, dengan dua kakinya yang pendek berjuang berjalan ke arahku, aku pun bergegas menggendongnya, dia tertawa cekikikan di pelukanku ‘ge ge ge’, dengan bahagia, aku bertanya : “Rindu ayah?”

Si kecil Cecilia berbicara sangat awal, dia juga begitu pintar, mendengar pertanyaanku, dia memegangi leherku, dan dengan terbata-bata berkata : “Rindu ayah.”

Aku tidak ingat apalagi yang ingin aku katakan, karena mendengar suara tawa Pamanku yang seperti anjing laut yang tiba-tiba menghampiriku, segera dia merebut Cecilia dari pelukanku, dan berkata : “Cecilia ya? Aku kakekmu, ayo panggil kakek.”

Aku : “……”

Cecilia menatapku dengan kedua bola matanya yang bulat, kemudian bergantian menatap Pamanku, seperti sedang bertanya padaku, orang ini siapa? Aku tertawa lembut dan berkata : “ini kakek.”

Cecilia tertawa, kemudian memanggil : “kakek.”

Kata-kata dia membuat semua orang tertawa, karena dia masih belum bisa memanggil dengan benar, dia belum bisa menyebut ‘kakek’, dan dia terus memanggil ‘kakee’, tapi di umur dia yang masih kecil, sudah termasuk sangat pintar bisa dengan tanggap meniru percakapan orang.

Pamanku terlihat sangat bahagia, dan berkata : “Anak pintar, aku sangat merindukanmu, aku selalu ingin menemuimu, terakhir dengar dari nenekmu, kamu sangat lucu, dan dia bahkan mengatakan kamu akan menjadi wanita tercantik se-Huaxia, dia juga membawa fotomu ke sini, dan waktu itu aku langsung menyadarinya bahwa dia tidak hanya bergombal, dan sekarang, kamu bukan lagi wanita nomor satu di Huaxia, melainkan seluruh dunia.”

Cecilia hanya tertawa, meskipun tidak mengerti apa yang Pamanku katakan, sepertinya dia tahu bahwa Pamanku sedang memujinya.

Aiko berjalan ke arahku, aku berkata : “Paman, ini Aiko.”

Pamanku tersenyum kepadanya, dan berkata : “Maaf sudah merepotkanmu.”

Aiko menggelengkan kepalanya, kemudian setelah Sulistio dan Mondy berkenalan dengan Pamanku, kami pun bergegas menuju Hotel Mulia.

Hotel Mulia adalah hotel yang sudah lama berdiri dan terkenal di Beijing. Rata-rata orang biasa tidak akan sanggung mengadakan resepsi pernikahan di sini, tapi Jessi dan Vicky Hu bukanlah orang biasa, tentu saja mereka memenuhi kualifikasi tersebut.

Di perjalanan, Pamanku membicarakan Ibuku dan juga Kakekku, Ficky Chen dan lainnya sudah berangkat ke acara pernikahan sedari tadi, dan berita tentang kunjunganku ke Beijing telah di rahasiakan dengan ketat, maka bisa dipastikan keluarga Hu tidak ada yang tahu, bahwa bencana telah datang.

Aku melihat Hotel Mulia semakin dekat, aku merasa sedikit gugup, karena walau bagaimanapun aku akan bertemu dengan Jessi, aku mengambil nafas dalam-dalam, dan teringat puisi yang dia tulis untukku, aku pun menghafalkannya : “Tersenyumlah diantara bunga-bunga bermekaran. Jangan pernah memohon dingin di musim semi, nikmati setiap bunga yang berguguran. Kelembutan cinta, akan selamanya terasa, bunga akan bersemi kembali, burung akan terbang kembali.”

Pamanku menepuk pundakku, tersenyum dan berkata : “Wah, bahagianya, tiba-tiba membacakan puisi.”

Aku mengelus cincin kawinku, dan berkata : “Iya, lagi latihan, nanti akan aku bacakan untuk Jessi.”

Pada saat ini, tiba-tiba ponsel Pamanku berdering, begitu dia angkat, raut wajahnya berubah seketika, dengan nada kesal bertanya : “Apa yang terjadi?”

Melihat raut wajah Pamanku seperti itu, aku sudah bisa menebak ada yang tidak beres, karena ponselnya begitu canggih, aku tidak bisa mendengar apa yang dibicarakan, maka dari itu aku hanya bisa bertanya dengan gelisah : “Apa yang terjadi?”

Pamanku berkata dengan lawan bicaranya di telpon : “Baik, aku mengerti, kak, tolong bantu tunda sebentar.”

Telpon dari ibuku? Apakah telah terjadi sesuatu di resepsi pernikahan?

Pamanku menutup telponnya, menatapku dan berkata : “Sepertinya rahasia keberadaanmu terbongkar, keluarga Hu mendadak ingin memajukan acara pernikahannya.”

Apa? Aku marah, keluarga Hu benar-benar mengandalkan segala cara untuk mendapatkan Jessi. Mereka awalnya mempersiapkan waktu enam bulan untuk mengadakan tunangan, tapi karena memikirkan keberadaanku, mereka menggantinya menjadi pernikahan, sekarang sudah sampai di hari pernikahannya, malah ingin di majuin lagi, apakah dia ingin aku ketinggalan dalam acara ini? Meskipun aku melewatkan acara ini, aku juga tidak bisa mengubah apa-apa, karena Vicky Hu berpikir aku ke sana hanya untuk merebut pengantin, tapi sebenarnya aku ke sana hanya ingin mengirimnya ke penjara, tapi aku juga tidak berharap Jessi memakaikan cincin ke jari Vicky Hu.

Pamanku menghelakan nafas, dan berkata : “Sekarang kita hanya bisa mengandalkan Ibumu dan juga yang lainnya, semoga mereka bisa menundanya.”

Ketika sedang berbicara, tiba-tiba terdengar suara ‘ledakan’, dua mobil saling bertabrakan di depan, kemudian para pengemudi keluar dan berkelahi, berdebat, dan saling mendorong, orang-orang pun mulai berdatangan, beberapa terlihat berbaring di jalanan, tidak lama kemudian, saluran air di depan pun bocor, tidak ada jalan yang bisa dilewati, aku melihat pemandangan ini hanya bisa tersenyum sinis, dan berkata : “Menunda waktu pergi kita? Apakah dia pikir bisa mempermainkan aku dengan cara seperti ini?”

Memikirkan hal ini, aku mengeluarkan ponselku dan menelpon Widya, kebetulan Widya dan Larry hari ini juga akan hadir, pesan ini aku dapat dari boneka Barbie, tentu saja ini merupakan pesan yang sengaja dia kirim untukku.

Tidak lama kemudian, Widya pun mengangkat telponnya, aku berkata : “Wid, bisa buat sedikit ulah? untuk menunda waktu pernikahan.”

Widya menjawab dengan nada datar : “Kamu baru menelponku, sudah telat tahu!”

Aku terkejut, kemudian mendengar penjelasannya : “Baru saja aku membayar anak kecil untuk memotong kabel stereo, tidak hanya itu, aku juga menyalakan api, um……membakar rok ibunya Vicky Hu, sekarang di sana sangat kacau, mungkin acara akan tertunda hingga setengah sampai satu jam, tapi……pihak mereka sedang memeriksa rekaman cctv, mungkin aku akan segera ketahuan , jadi aku sudah kabur duluan, sekarang aku sedang bersembunyi di toilet umum terpencil sambil merokok.”

Tidak bisa dipungkiri, Widya tidak henti-henti memberikan aku kejutan, aku tertawa dan berkata : “Widya, kamu benar-benar hebat, kamu di toilet umum yang mana, sini aku jemput.”

“Kamu di sana bukannya ada hacker? Kamu tentuin saja sendiri.” Widya menutup telponnya.

Larry tidak tahu nomor yang kami gunakan, maka dari itu, dia tidak akan bisa melacak keberadaan dia, jadi dia bisa dijamin aman.

Aku melihat jalan yang semakin macet, berkata : “Paman, apakah motor bisa dipakai?”

Tatapan Pamanku berubah, dan berkata : “Bisa, tinggal lewati jalan kecil, tapi ada beberapa jalan yang harus lewat jalan utama, tapi tidak usah khawatir, ada surat-suratnya kok, denda juga tidak seberapa, haha……denda juga tidak seberapa.”

Aku tidak bisa menahan tawaku, kalau begitu, kita pakai motor, untuk menjemput pengantin cantikku!

Novel Terkait

Takdir Raja Perang

Takdir Raja Perang

Brama aditio
Raja Tentara
4 tahun yang lalu
Istri ke-7

Istri ke-7

Sweety Girl
Percintaan
5 tahun yang lalu
Cinta Setelah Menikah

Cinta Setelah Menikah

Putri
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Penyucian Pernikahan

Penyucian Pernikahan

Glen Valora
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Wahai Hati

Wahai Hati

JavAlius
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Cinta Pada Istri Urakan

Cinta Pada Istri Urakan

Laras dan Gavin
Percintaan
4 tahun yang lalu
Akibat Pernikahan Dini

Akibat Pernikahan Dini

Cintia
CEO
5 tahun yang lalu
Wanita Pengganti Idaman William

Wanita Pengganti Idaman William

Jeanne
Merayu Gadis
5 tahun yang lalu