Cinta Dibawah Sinar Rembulan - Bab 545 Menolak bantuan

Aku tenang mendengar ucapan Rangga Guo yang mengatakan tidak ada yang berani memeriksa mobil ini.

Aku sedikit terkejut, bisa dilihat bahwa anak buah Kimi punya kedudukan dan kuasa di Beijing, plat mobil ini pasti tidak biasa, pasti tidak ada yang berani memeriksanya, yang paling penting adalah polisi-polisi itu tidak berpikir bahwa aku yang seorang pengedar narkoba ternyata punya hubungan dengan orang berpengaruh seperti ini.

Mendengar Rangga Guo memanggilku tuan muda, kelihatannya dia bukan seorang tuan besar tetapi sepertinya seorang pengawal, berarti dia pengawal siapa ya?

ebenarnya aku masih mau menanyakan sesuatu tetapi aku sungguh lelah tidak tertahankan dan aku butuh istirahat, tidak peduli dia siapa, yang penting dia orang yang menyelamatkanku, biarpun dia seorang setan dan rumahnya ada di neraka aku juga akan ikut.

Rangga Guo berkata:”Kata tuan Kimi, Reino sangat hebat, ternyata benar sangat hebat.”

Aku pikir dia sedang memujiku, aku bertanya dengan lesu:”Kamu belum pernah lihat aku bertarung, hebat apanya?”

Rangga Guo tertawa mendengarnya dan berkata:”Aku dengar kamu kabur sendirian dari geng pengedar narkoba yang kejam dan bersenjata, kalau tidak punya ketangkasan yang bagus, bagaimana mungkin bisa kabur? Lagipula, aku lihat kamu terluka di lima bagian, sungguh sulit membayangkan kamu bisa kabur dengan luka parah seperti ini, dan juga masih bisa sangat tenang, badanmu sungguh luar biasa, sampai sekarang masih bisa bicara meski sudah kehilangan banyak darah, kalau itu aku, mungkin sudah pingsan tidak sadarkan diri.”

Mendengar perkataan dari Rangga Guo, aku baru tahu alasan mereka berdua kaget sewaktu memapahku keluar dari toilet, mungkin mereka tidak bisa percaya bahwa aku masih bisa hidup dengan luka separah ini. Rangga Guo masih terus berbicara dan aku sudah tidak berminat mendengarkannya, Rangga Guo bicaranya banyak sehingga mengingatkanku tentang Sulistio.

Di saat ini, hatiku yang penuh luka akhirnya merasakan sedikit rileks karena mengingat teman yang aku kenal. Aku teringat janjiku pada mereka, aku tidak boleh jatuh, tidak akan!

Tiba-tiba Ringgo Guo berkata:”Kakak, berhenti sebentar, kondisi Reino tidak begitu baik, mungkin karena demam, butuh istirahat dengan tenang, jangan bicara lagi.”

Tidak disangka Ringgo Guo yang pendiam lebih pengertian dibanding Rangga Guo yang cerewet itu, mendengar kata-kata itu Rangga Guo segera berkata:”Maaf, maaf, aku lupa, aku tidak akan bicara lagi, Reino, kamu istirahatlah, tunggu sampai di rumah tuan kami akan memanggilkan dokter.”

Aku jawab:”Terima kasih ya.”

Aku jadi tidak terlalu khawatir dengan adanya Rangga Guo dan Ringgo Guo, kali ini aku tidak terbangun karena mimpi buruk dan bisa tidur dengan nyenyak, kalau bukan karena Ringgo Guo yang membangunkanku mungkin aku akan tidur sampai mati.

Dengan perlahan aku membuka mata dan yang terlihat adalah tempat parkir pribadi. Yang ada dalam penglihatan adalah mobil mewah semuanya, aku tahu aku seharusnya sudah sampai di rumah saudara Kimi.

Ringgo Guo berkata dengan penuh perhatian:”Reino, badanmu masih lemah, biarkan aku yang memapahmu.”

Aku benar-benar tidak punya tenaga dan pasrah saja, aku mengangguk untuk terima kasih, biarkan Ringgo Guo yang menggendongku meninggalkan tempat parkir.

Rangga Guo berjalan di depan dan berkata:”Reino, bos kami sudah tahu tentang kondisimu dan sudah memanggilkan dokter untukmu.”

Aku diam saja, memperhatikan tempat yang asing ini, dalam hati sedikit kaget. Alasanku kaget karena tempat ini sangat besar, lebih besar dari semua villa yang pernah aku kunjungi, mungkin tempat ini lebih pantas disebut manor daripada disebut villa, aku pikir pantas saja Rangga Guo mengatakan tidak ada orang yang akan memeriksa mobil mereka, di Beijing yang serba mahal, untuk bisa punya villa semewah ini, harus orang yang sekaya apa ya? Di masyarakat sekarang ini, ada duit berarti punya kedudukan, punya kekuasaan, makanya polisi-polisi itu tidak akan berani memeriksa mobilnya bahkan tidak berani berurusan dengan mereka.

Saat ini, aku tiba-tiba mendengar suara gonggong anjing, menengok ke arah suara itu aku menemukan ada peternakan anjing tidak jauh dari sini, di dalam ada banyak anjing yang mahal, melihat anjing-anjing ini, aku teringat anjing Dingo yang mati di tangan Alwi palsu, hatiku tiba-tiba merasa kosong.

Aku masih memikirkannya, tiba-tiba ada suara gonggongan anjing yang keras ke arahku, aku mendongak dan terkejut, karena aku melihat Dingo berdiri di belakangan pagar peternakan anjing. Aku menutup mata dan membuka mata kembali, menatap tajam anjing ini, takut salah mengakui anjing orang menjadi Dingo, meskipun kemungkinannya kecil tapi bukankah waktu itu Jessi pernah membawa anjing palsu menggantikan Dingo ke Nanjin?

Tapi aku dengan cepat bisa memastikan bahwa anjing ini adalah Dingo, Dingo berhenti menggonggong, lalu berusaha mundur ke belakang dan anjing di sampingnya juga ikut mundur seperti takut dengan Dingo. Aku pikir mungkin Dingo sudah menjadi raja di peternakan anjing ini karena Dingo sangat hebat.

Rangga Guo melihatku terus menatap ke arah Dingo, tertawa dan berkata:”Reino sangat menyukai anjing ya?”

Aku mengangguk, dia berkata:”Aku juga suka, tetapi aku sama sekali tidak berani menyentuh dan mendekati anjing yang satu ini.”

“Kenapa?”

“Kamu tidak sadar ya? Anjing itu sangat galak seperti harimau, sewaktu baru datang, setiap ekor anjing menantangnya, ada yang mati dan ada yang terluka, anjing yang masih hidup sampai sekarang masih takut padanya, aku juga takut melihatnya, selain bos kami siapapun tidak berani mendekatinya.”

Aku bertambah yakin itu adalah Dingo setelah mendengar perkataan Rangga Guo, kenapa Dingo mengizinkan bos Rangga Guo menyentuhnya? Aku tiba-tiba teringat bahwa ayah angkatku dulu mengurus anjing orang-orang berpengaruh di Beijing, mau tak mau berpikir, apakah orang besar yang dibantu ayah angkatku bukan ayah kandungku, melainkan bos besar misterius ini?

Selagi berpikir, tiba-tiba Rangga Guo berteriak “Sial”, awas, anjing ini mau keluar, cepat panggil bos!

Suaranya sangat kencang, di jalan ada banyak pembantu, mendengar teriakannya, beberapa pembantu lari ke arah aula, sepertinya semua sangat takut dengan Dingo.

Sedangkan Dingo berlari dengan sangat cepat, lalu melompati pagar yang tinggi, kalau tidak melihat dengan mata kepala sendiri mungkin aku tidak percaya di dunia ini ada anjing yang bisa lompat setinggi itu.

Dingo melompati pagar dan berlari ke arahku dengan senang, Rangga Guo pikir Dingo akan menggigitku, bergegas berteriak ke Ringgo Guo:”Lindungi Reino, bawa dia masuk ke dalam, aku yang urus anjing ini.”

Melihatnya seperti akan menghadapi musuh besar, aku tertawa dan berkata:”Jangan khawatir, dia tidak akan melukaiku.”

Selesai bicara, aku melompat turun dari badan Ringgo Guo dan Dingo sudah ada di dekat kakiku dengan senangnya, Rangga Guo dan mereka sangat penasaran melihat ke arahku, karena Dingo yang mereka takuti menggoyangkan ekornya di kakiku, dan mengeluarkan suara manja sekaligus marah.

Aku berjongkok perlahan, dengan lembut membelai rambut mengilat di lehernya, tertawa dan berkata:”kamu Dingo kan?”

Dingo menggonggong dua kali ke arahku, seakan menjawab pertanyaanku, detik ini juga, aku sangat ingin menangis, tidak disangka dia yang sudah mati masih hidup di dunia ini, aku juga tidak menyangka mungkin meski aku mengubah wajah dia tetap bisa mengenaliku dengan sekali tatapan, selain mengucapkan syukur, aku tidak bisa berkata apa-apa lagi.

Rangga Guo penasaran dan berkata:”Reino, bagaimana kamu bisa tahu Dingo, bahkan juga tahu namanya?”

Sambil mengelus bulu Dingo, aku tertawa dan berkata:”Karena, ini adalah anjingku.”

Rangga Guo masih mau mengatakan sesuatu, ada suara peluit dari kejauhan, aku melihat ke arah suara, aku melihat seorang pria gagah yang berdiri di bawah balkon, memakai setelan jas, terlihat elegan dan kaya. Hampir seumuran dengan ayah Jessi, Mark, sedangkan wajahnya, selain ganteng aku merasa sedikit familiar, tetapi aku lupa dia mirip siapa.

Dingo mendengar bunyi peluit, melihat sekilas ke arahku, sepertinya bingung, aku menepuk kepalanya, tertawa dan berkata:”Pergilah.”

Dingo baru berlari ke arah pria paruh baya itu, sepertinya dia lumayan suka dengan pria ini, membuatku makin penasaran dengan status pria ini.

Rangga Guo dan Ringgo Guo memanggil “bos” dengan hormat, dia menganggukkan kepala, berkata ke arahku:”Kamu Reino ya?”

Aku mengangguk dan berkata:”Halo tuan, terima kasih sudah membantuku.”

Dia mengerutkan dahi, sepertinya tidak suka dengan apa yang aku katakan, dia berkata:”Tidak perlu sungkan denganku, kamu seharusnya memanggilku paman.”

Paman? Aku sedikit terkejut, lalu bertanya:”Kamu orang keluarga Wei?”

Dia sepertinya kesal dengan nada bicaraku, dia mengangguk dan berkata:”Iya.”

Aku tidak berkata, langsung berbalik dan pergi. Kenapa aku tidak terpikir, waktu itu hanya keluarga Wei yang mau membantu dan mengirimku ke desa, tapi, aku pikir dia cuma melakukan hal itu saja dan dia belum tentu melakukannya untuk membantu ibuku, mungkin dia takut kehadiranku akan membahayakan dan memalukan keluarga Wei.

Alasan kenapa aku sangat membencinya adalah karena ibuku. Menurutku, ibuku dimasukkan dalam tahanan rumah, ayahku difitnah dan keluarga Wei tetap diam dari awal sampai akhir, ketidakpedulian seperti ini menyebabkan ibuku menanggung terlalu banyak sendirian, maka aku benci dengan keluarga Wei.

Di belakang pamanku bertanya dengan sedikit marah:”Bocah busuk, kamu mau cari mati ya?”

Mendengar kata ini, aku menghentikan langkah dan menoleh ke arahnya, dia berkata:”Sekarang di Beijing, hanya aku yang bisa membantumu, harap kamu mengerti.”

Aku berkata dengan dingin:”Maaf, aku tidak terima.”

“Kamu...” Pamanku mungkin tidak mengira aku begitu tegas, berkata:”kamu menyalahkan keluarga Wei kami yang tidak mengurus kamu dan ibumu?”

Aku berkata dengan suara yang dalam:”Tidak, kalian tidak peduli padaku, aku tidak menyalahkan kalian, aku cuma menyalahkan ketidakpedulian kalian terhadap ibuku, aku juga tidak percaya, orang yang tidak peduli terhadap adik kandungnya sendiri, apakah benar akan membantuku.”

Setelah aku mengatakan itu aku berbalik dan pergi, tetapi aku tidak mengerti, bagaimana mungkin Kimi meminta pamanku membantuku, melihat mukanya itu seperti aku menyebabkan banyak kerugian untuknya.

Di belakang, pamanku berkata dengan dingin:”Jika kamu bersikeras mau pergi, aku tidak akan menghentikanmu, tetapi kamu harus berpikir dengan jernih, misi apa yang ada di pundakmu!”

Mendengar kata-katanya aku berdiri diam dan mulai ragu. Benar apa yang dikatakanya, aku sekarang butuh bantuan seseorang, kalau tidak akan sangat sulit di Beijing.

Memikirkan hal ini, aku menoleh kearah pamanku dan berkata:”Syarat.”

“Syarat apa?” Pamanku mengerutkan dahi dan bertanya.

Aku melihatnya dan berkata:”Kamu membantuku demi mendapatkan sesuatu kan? Katakan saja, aku mau melihat persyaratannya dulu baru bisa memutuskan apakah akan menerima bantuanmu.”

Pamanku tidak berkata apa-apa lalu bertanya:”Apakah kamu selalu begitu waspada dengan orang lain?”

Novel Terkait

Sederhana Cinta

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
5 tahun yang lalu
You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu
Villain's Giving Up

Villain's Giving Up

Axe Ashcielly
Romantis
4 tahun yang lalu
Loving The Pain

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
5 tahun yang lalu
Menantu Hebat

Menantu Hebat

Alwi Go
Menantu
4 tahun yang lalu
The Serpent King Affection

The Serpent King Affection

Lexy
Misteri
5 tahun yang lalu
Waiting For Love

Waiting For Love

Snow
Pernikahan
5 tahun yang lalu
Unlimited Love

Unlimited Love

Ester Goh
CEO
4 tahun yang lalu