Cinta Dibawah Sinar Rembulan - Bab 413 Hadiah

Ketika mendengar aku menginginkan sebuah surat wanita, Teddy terdiam untuk sesaat, mungkin tahu aku pembunuh, dan bertanya dengan dingin: “Kamu ingin aku menulis apa? Memberikan seluruh barang keluarga Song kepadamu?”

“Tidak, aku ingin kamu menggunakan nama Joe memanggil Nody, memberikan setengah asetmu dan bisnismu kepada Nody, terkait berapa yang harus kamu sisakan untuk putrimu, tergantung dari hati nuranimu.”ucapku tersenyum dingin.

Teddy mengertakkan giginya dan berkata: “Kamu cukup kejam, tetapi aku tidak mengerti kenapa kamu sangat ingin membantu Nody? Apakah hanya demi memanfaatkannya melawan Alwi?”

“Tidak bolehkah?”ucapku dengan santai, “Untuk sementara aku akan memberikan kepadanya terlebih dahulu, setelah selesai memanfaatkannya, secara alami aku akan mengambil barang-barang itu kembali.”

Setelah mengatakan itu aku tertawa arogan.

Teddy terdiam tidak mengatakan apa-apa, tidak tahu apa yang sedang dipertimbangkannya, aku juga tidak terburu-buru, menunggu jawabannya dengan sabar, lagipula putri kesayangannya ada di tanganku, aku tidak takut dia tidak datang. Tentu saja, setelah mempertimbangkan hampir setengah menit, Teddy berkata: “Setengah jam kemudian, aku akan membawa surat wasiat pergi mencarimu, tetapi kamu harus menjamin satu hal, putriku tidak boleh terluka sedikitpun, jika tidak……”

Aku menyetujuinya, Teddy mematikan telepon, lalu aku duduk disamping menunggunya sambil minum alkohol, pikiranku mati-matian menyempurnakan seluruh rencana untuk melihat apakah ada masalah. Setengah jam berlalu begitu saja, lalu terdengar suara langkah kaki dari luar, aku diam-diam membuka pintu dengan celah tipis, melihat Teddy memegang sebuah amplop dengan wajah suram, dengan cepat aku melihat keluar hotel, mendapati beberapa tamu biasa masuk kedalam.

Aku menutup pintu, bergegas pergi ke jendela, melihat ada beberapa orang di jalan dan itu tampak normal. Terkadang, semakin tenang akan semakin normal, semakin disembunyikan akan semakin banyak niat pembunuhan, aku melubangi tirai jendela untuk memudahkan diriku memantau keadaan diluar, setelah itu aku kembali ke belakang pintu.

Kemudian terdengar suara dari luar, Teddy mendorong pintu, ketika dia membuka pintu, aku secepat kilat menariknya masuk, memegang pergelangan tangannya dengan satu tangan, memutar tangannya kebelakang, menekannya ke dinding, dan satu tangan lainnya yang memegang kain menyumbat mulutnya, lalu aku menarik sebuah kursi, menggunakan tali yang sudah disediakan mengikatnya dikursi.

Mungkin dia tidak menyangka begitu masuk aku akan langsung beraksi, Teddy menatapku dengan wajah dingin dan sepasang mata penuh kebencian.

Aku tidak memandangnya, aku langsung mengambil amplop dan memeriksanya, lalu menemukan surat wasiat di amplop, selain itu, aku juga menemukan penyadap dan pena perekam suara. Setelah aku menginjak rusak penyadap dan perekam suara dengan kakiku, aku menggeledah tubuh Teddy, teleponnya dalam mode mati dan aku menemukan perekam suara di tubuhnya.

Seperti kata pepatah, tiga gua kelinci licik, Teddy yang licik ini mungkin sudah menebak diriku yang penuh waspada, jadi dia menyediakan tiga benda ini, jika orang awam biasa ketika menemukan sesuatu akan merasa sangat senang dan tidak melanjutkan penggeledahan, ini adalah sebuah kecerobohan, mungkin ketika menemukan yang kedua juga tidak akan menggeledahnya lagi, tetapi aku berbeda, aku penjahat yang merangkak keluar dari kegelapan, aku tidak akan memberinya kesempatan menikamku.

Setelah menghancurkan segala sesuatu yang memungkinkan Teddy gunakan untuk merekam ‘Bukti kriminal’ku, aku baru melihat surat wasiat. Semua yang ditulis di surat wasiat sesuai dengan permintaanku, aku sedikit khawatir, takut surat wasiat ini tidak valid secara hukum, aku memfoto surat ini menggunakan telepon Yusby dan mengirimnya ke Yota, menyuruhnya membantuku melihatnya.

Setelah mengirim foto, aku menyimpan telepon, bertanya kepada Teddy: “Satu pertanyaan, apakah kamu mencari orang membunuh kakek Wesly?”

Meskipun pada awalnya aku dan kakek Wesly bertransaksi dengan normal, tetapi aku memiliki kesan yang baik padanya dan Wesly, dan ketika dia bersedia mengambil resiko untuk membantuku menghabisi Teddy dimana masa depanku masih tidak jelas, aku akan selalu mengingat kebaikan ini, jika kakek Wesly dibunuh oleh Teddy, aku merasa bersalah dan malu dengan keluarga Wei.

Teddy mengangguk, tatapan matanya penuh keraguan, aku pikir dia pasti penasaran, kenapa aku sangat peduli dengan hidup mati kakek Wesly.

Setelah mendapatkan jawaban pasti, aku tidak berminat berbicara omong kosong dengannya, aku membiarkannya terus meronta, lalu aku duduk disamping menunggu kabar dari Yota.

Mungkin karena melihat aku mengabaikannya, Teddy sedikit panik dan terus berteriak, tetapi karena mulutnya disumbat, tidak peduli bagaimana dia berteriak, itu tidak berguna. Pada saat ini, terdengar teriakan nyaring dari luar.

“Salad sapi dingin satu porsi.”

Setelah mendengar kode ini, hatiku berdegup kencang, aku bertanya-tanya orang-orang Teddy datang sangat cepat. Setelah memikirkannya, aku mengerti ternyata Teddy sama sepertiku, ingin menggunakan serangan cepat melawanku. Ketika orang awam bernegosiasi pasti akan banyak bicara, mungkin dia mengira aku juga seperti itu, lalu ketika aku sedang bernegosiasi dengannya, dia akan menyuruh orang datang, memanfaatkan kesempatan dimana aku lengah, memikirkan cara untuk mengendalikanku.

Saat ini, teleponku berdering, Yota memberitahuku, surat wasiat ini valid secara hukum.

Tanpa ragu, aku melepaskan mantelku sambil berkata kepada Teddy: “Tahu kenapa aku tidak basa-basi denganmu? Karena orang yang banyak bicara akan mati lebih cepat.”

Ketika Teddy melihat baju di dalam mantelku adalah pakaian pelayan, mungkin dia sudah bisa menebak apa yang ingin aku lakukan, tatapan matanya penuh ketakutan. Aku memecahkan mangkuk, meletakkan granat di sebelah kakinya, menyalakan sakelar, dan dengan hati-hati mengikat mangkuk itu. Sebelum orang-orang Teddy masuk, mereka yang melihat boss mereka diikat di sana, reaksi pertama yang dilakukan pasti menyelamatkannya, pada saat ini karena mereka terlalu terburu-buru, melihat ada hambatan di depan mata, reaksi pertama mereka pasti menendangnya, dan begitu mereka melangkahkan kaki keluar, mereka pasti akan memicu ledakan granat tangan.

Granat yang diberikan Claura kepadaku adalah granat terbaik, meskipun jarak serangannya tidak terlalu jauh, tetapi yang berada dalam radius 20 meter dengan granat, seharusnya sulit untuk bertahan hidup, jadi, satu granat didalam kamar dengan granat yang ditimbun di luar, kedua granat ini cukup untuk mencabik-cabik daging Teddy dan bawahannya.

Setelah melakukan semua ini, aku melirik Teddy yang panik, dia menatapku dengan tatapan penuh memohon, aku tahu dia takut mati, terutama ketika dirinya menyadari sama sekali tidak bisa berbicara dengan diriku sang dewa kematian, bahkan ketika kesempatan untuk meminta belas kasihan saja tidak ada, dia semakin panik.

Aku tersenyum menyeringai padanya, menggunakan ujung pisau memukulnya hingga pingsan, saat ini aku menyadari ada orang yang sudah menyelinap dari jendela, tanpa ragu aku memakai masker, mengambil piring kosong yang aku makan dan keluar.

Aku membuka pintu dan berjalan dengan tenang memegang piring, setelah orang itu masuk ke kamar, aku bergegas keluar dan berteriak: “Pembunuhan! Cepat lari!”

Mungkin karena insiden penembakan di gunung Lingyin, membuat semua orang di Hangzhou masih memiliki ketakutan, jadi setelah aku berteriak, semua orang di hotel berlari ketakutan, dan tepat pada saat ini, terdengar suara “Bom” dari dalam kamar, seluruh kamar meledak dan runtuh, aku meninggalkan tempat ini dibawah kerumuman orang tanpa melirik lokasi ledakan. Karena aku sangat yakin Teddy pasti mati, dia berada di pusat ledakan dan diikat olehku, dia sama sekali tidak bisa melarikan diri, terkait lainya jika tidak mati maka akan cacat.

Berita ledakan di Hotel Mutiara segera tersebar, aku tahu akan ada penangkapan orang di Hangzhou, aku membuang telepon Yusby dan Cindy ke sungai, memusnahkan kartu SIM mereka, lalu pergi ke telepon umum menelepon Aiko.

Dengan cepat Aiko menjawab telepon, kali ini dia meneriakkan namaku tanpa ragu.

Aku tidak terkejut, dan berkata dengan santai: “Aku ada hadiah untuk kalian, di Century Park ada kios koran, aku akan meletakkan hadiah di kios itu, kalian datang ambil.”

Setelah mengatakannya aku mematikan telepon, lalu memberikan amplop berisi surat wasiat ke pemilik kios, lalu memberinya uang penyimpanan, setelah itu, aku melihat ke sekeliling, lalu menjatuhkan tatapanku pada pengemis berusia 50-an di tempat istirahat taman. Aku menghampirinya, bertanya kepada pengemis itu apakah bisa bertukar pakaian denganku.

Pengemis itu senang melihat aku yang mengenakan pakaian bersih, dia mengatakan boleh, kita berdua mencari toilet umum, setelah bertukar pakaian, aku memberikan dia beberapa ratus ribu menyuruhnya meninggalkan taman ini, dia mengambil uangku dan pergi dengan senang. Lalu aku membeli koran di kios dan melipat koran membentuk topi untuk diriku sendiri, tujuannya adalah untuk menyembunyikan model rambutku. Rambutku sangat pendek, hampir botak, gaya rambut ini terlalu mencolok.

Setelah selesai melakukan penyamaran, aku buru-buru datang ke tempat sampah tidak jauh dari kios koran, melemparkan amplop dibawah pohon besar, diam-diam mengamati kios.

Dengan cepat, ada seorang wanita mengenakan baju biru tua muncul di gerbang taman, wanita ini memakan topi bulat, kacamata hitam dan masker, meskipun bersenjata lengkap, tetapi aku bisa langsung mengenalinya, dia adalah Aiko.

Aiko tidak datang sendirian, dia diikuti seseorang dibelakangnya, orang itu tidak lain adalah Nody yang terluka. Nody kembali, ini diluar dugaanku, karena di mataku, dia seharusnya beristirahat, tetapi tidak, dia malah datang sendiri, apakah dia datang mencariku?

Dengan cepat aku menyadari tebakanku benar, karena setelah mereka berdua masuk, mereka terus berdiri disana melihat ke kiri dan ke kanan, aku menundukkan kepala, membelakangi mereka, dan dengan hati-hati mengambil cabang daun menggali sampah disana.

Aiko dan Nody menghampiri kios koran yang tidak jauh dari sana, aku mendengar dia bertanya kepada pemiliki kios apakah ada orang yang menitipkan barang, dia datang mengambilnya, setelah pemilik memverifikasi nomor dengannya, dia menyerahkan barang itu kepada Aiko. Aku diam-diam melirik sekilas, mendengar Nody bertanya kepada pemilik kios kearah mana aku pergi, pemilik kios mengatakan aku pergi meninggalkan taman, kalimat ini bukan aku yang menyuruh dia mengatakannya, melainkan dia melihat pengemis yang memakai pakaianku, mungkin tidak melihat dengan jelas siapa dan mengira aku sudah pergi.

Saat ini Aiko membuka amplop, setelah membaca isinya, dia berkata dengan suram: “Tidak, dia tidak akan pergi, barang sepenting ini, sekalipun dia menaruh di kios koran juga tidak akan berani meninggalkannya, dari sifat waspadanya, tidak melihat barang ini diambil oleh kita dengan mata kepalanya sendiri, dia tidak akan pergi.”

“Maksudmu, dia masih ada disini?”tanya Nody, “Aku akan pergi mencarinya, aku harus menanyakannya sebenarnya dia siapa, apakah orang yang kita kenal.”

Mendengar Nody berkata begitu, hatiku terdiam, bertanya-tanya apakah diriku sudah terekspos, hanya saja aku takut mereka tidak bisa menebak aku siapa, terlebih jawaban ini sangat diluar prediksi.

Nody dan Aiko memutuskan untuk mencariku secara terpisah, aku berbalik tidak melihat mereka lagi, mereka berdua tidak memperhatikanku dan segera bergegas masuk ke dalam taman.

Aku yang melihat Aiko pergi, perlahan-lahan menutup mataku, berkata dalam hati sampai jumpa.

Novel Terkait

Cinta Yang Paling Mahal

Cinta Yang Paling Mahal

Andara Early
Romantis
4 tahun yang lalu
Lelah Terhadap Cinta Ini

Lelah Terhadap Cinta Ini

Bella Cindy
Pernikahan
5 tahun yang lalu
My Perfect Lady

My Perfect Lady

Alicia
Misteri
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Terlarang

Cinta Yang Terlarang

Minnie
Cerpen
5 tahun yang lalu
 Habis Cerai Nikah Lagi

Habis Cerai Nikah Lagi

Gibran
Pertikaian
5 tahun yang lalu
Love And War

Love And War

Jane
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Pergilah Suamiku

Pergilah Suamiku

Danis
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Memori Yang Telah Dilupakan

Memori Yang Telah Dilupakan

Lauren
Cerpen
5 tahun yang lalu