Cinta Dibawah Sinar Rembulan - Bab 167 Menginginkan Nyawaku

Aku memberi tahu Legy bahwa ia harus menarik Johan keluar. Legy menggelengkan kepalanya berulang kali. Aku tahu ia takut. Bagaimanapun, Johan memiliki latar belakang yang khusus. Jangankan dia, bahkan beberapa keluarga besar disini, termasuk Claura yang baru kembali memiliki kekuatannya pun tidak berani memprovokasi nya.

Jika boleh, aku juga tidak ingin berurusan dengan Johan seumur hidupku, tetapi ini tidak mungkin, karena kami memiliki kebencian yang terlalu mendalam, terutama sekarang karena Aiko selalu berada di sisiku sepanjang hari, mungkin Johan yang sangat mencintainya itu tidak sabar menunggu ku mati setiap saat, dan karena dia telah bertindak, maka aku juga harus menyambutnya dengan senang hati.

Memikirkan hal ini, aku berkata kepada Legy: "Orang-orangnya yang lain telah aku kurung di tempat lain. Tidak ada yang tahu apa yang kita bicarakan, jadi selama kita melakukannya secara diam-diam, Johan tidak akan tahu bahwa kamu sengaja menariknya keluar. "

Legy masih meragu. Aku mengangkat tangan dan membelai bulu Dingo. Dia ketakutan oleh tindakan ini, dan dia bergegas berkata: "Apakah benar-benar tidak akan membuatku ketahuan?"

Aku mengangguk dan berkata tidak akan, dia memikirkannya, terpaksa berkata, dia akan membantuku sekali.

Segera, dokter datang untuk mengobati luka Legy, memberinya satu suntikan rabies, dan mengkonfirmasi bahwa dia segera bisa menggerakkan kakinya dalam waktu yang singkat, lalu aku mulai memberitahunya bagaimana menyelesaikan masalah ini.

Pertama-tama, aku memintanya untuk menelpon Johan di depan kami dan memberi tahu Johan bahwa semua orangnya telah ditangkap. Dia melarikan diri dari tempat kejadian ketika kekacauan terjadi, dan mengatakan bahwa Dingo dibius dengan jarum anestesi dan di masukan ke dalam mobil olehnya.

Johan sangat berhati-hati, ia mengajukan beberapa pertanyaan kepada Legy. Sampai Legy menjawabnya dengan sangat lancar, dia baru meminta Legy untuk bergegas ke persimpangan jalan untuk menunggunya.

Setelah Legy menutup teleponnya, aku meminta Sulistio untuk mengikuti Legy masuk ke mobilnya, dan pada saat yang sama Dingo juga ikut naik.

Nody, aku dan Aiko menaiki mobil yang sederhana dan mengikuti mobil Legy dari kejauhan.

Cuaca malam ini sangat gelap, tetapi cuacanya ini tidak mempengaruhi kehidupan malam ibukota kuno ini sedikitpun, cahaya lampu neon masih terang dari jalan ke ujung gang. Sepertinya ada nyanyian di mana-mana ketika mobil lewat. Ini adalah momen gila yang dimiliki bar, KTV, dan berbagai tempat hiburan.

Mobil Legy melaju ke sisi kecepatan tinggi dan berhenti di persimpangan yang relatif jauh. Mobil kami melewati mobil Legy dengan begitu saja, aku melihat Bentley diparkirkan di jalur itu, sosok pria tinggi bersandar pada Bentley, ia memakai jaket burgundy bertekstur halus berwarna merah tua. Rambut coklatnya yang sedikit keriting agak berantakan ditiup oleh angin. Wajahnya ditutup oleh bayangannya jadi tidak bisa terlihat dengan jelas, hanya terlihat ujung rokok yang menyala karena tertiup angin dan itu menerangi mata sipitnya.

Johan.

Tidak bertemu selama lebih dari satu tahun. Pria ini terlihat lebih terkendali dan lebih dewasa dari sebelumnya. Bahkan jika hanya meliriknya dari kejauhan saja, dia bisa membuat orang merasakan aura kewibawaan di tubuhnya, mengingatkan orang pada salju putih yang dingin.

Mengesampingkan dendam di antara kami, aku mengakui dia benar-benar pria yang menarik, terutama karena dia tidak berjalan di antara perasaan beberapa wanita seperti aku dan Dony Yun, ia sangat setia pada orang yang ia cintainya, jika dia mencintai orang lain, aku pasti akan senang berteman dengan nya.

Ketika aku memikirkan hal ini, Nody telah memarkir mobil, aku memintanya untuk menunggu di dalam mobil, dan kemudian keluar dari mobil bersama dengan Aiko. Menyelinap menuju jalan setapak itu. ketika sampai di jalan setapak itu, aku melihat Legy berdiri di sebelah Johan dan mengatakan sesuatu, Johan melirik mobilnya dan berjalan menuju mobil itu, mungkin untuk melihat Dingo.

Saat dia membuka pintu mobil, sebuah pisau runcing menunjuk padanya. Itu adalah Sulistio yang melakukannya.

Respon Johan sangat cepat. Tubuhnya bergeser ke samping dan menghindari serangan Sulistio. Pada saat yang sama, pria tua yang berdiri di depan mobilnya tiba-tiba bergegas kesana, ia mengangkat tangannya hendak memukul Sulistio. Tidak disangka Aiko telah pergi mendatangi mereka dengan diam-diam. Ia mengeluarkan parangnya, menyapu permukaan wajah Johan, Johan menunduk, dan parang itu melewati ujung hidungnya dan terbang ke arah orang tua itu, orang tua itu langsung menyambutnya, Aiko sudah mengangkat benang di pergelangan tangannya dan menarik parangnya kembali.

Kali ini, ia langsung menarik perhatian Johan dan pria tua itu.

Ketika dia melihat Aiko, Johan mengertakkan giginya dan berteriak: "Aiko!"

Meskipun suaranya penuh dengan amarah, tetapi aku bisa merasakan kekecewaannya dari suaranya, setelah dipikirkan memang iya, wanita yang dicintainya yang sangat sulit untuk ditemui, dia ingin membunuh dirinya? perasaan ini pasti tidak nyaman, itu sama seperti aku mengetahui bahwa Felicia adalah mata-mata. Jujur saja, aku sedikit simpati padanya.

Aiko berdiri di sana, tangannya memegang parang dan roknya berkibar, wajahnya yang sedikit merah muda sangat suram. Dia berkata: "Tuan muda Johan, lama tidak bertemu."

Harusku akui Aiko benar-benar cocok untuk mengenakan rok katun linen panjang, meskipun tidak se-seksi seperti mengenakan cheongsam. Tetapi ia sangat cantik, seperti dewi yang berdiri di awan, membuat orang mengaguminya.

Johan mengepalkan tangannya dengan erat, menatapnya dengan saksama, dan kemudian berkata: "Sudah setahun tidak bertemu, apakah hanya ini yang ingin kamu katakan? Lama tidak bertemu? Lalu?"

Aku melangkah maju dan berkata: "Lalu, tentu saja tidak akan pernah pernah bertemu lagi."

Johan menatapku dengan pandangan mata dingin, Legy ketakutan dan bergegas berkata: "Tuan muda Johan, bukan aku yang membawa mereka datang!"

Johan mengabaikannya, ia menatapku dengan dingin, dan berkata: "Kamu sudah semakin cerdik, kamu sudah tahu bagaimana cara menarik ular keluar dari lubangnya."

Aku tersenyum dan berkata: "Maaf, aku memang selalu begitu pintar."

Setelah mengatakannya, aku mengatakan kepadanya untuk berhenti berbicara omong kosong, dan kemudian aku bertanya kepadanya mengapa dia menginginkan anjingku?

Johan mengerutkan keningnya dan menggigit bibirnya yang tipis itu, setelah beberapa lama ia mengatakan empat kata yang membuatku ingin muntah darah, ia berkata: "Tidak bisa ku beritahu."

Aku menarik kembali senyumku dan berkata: "Baiklah, kalau begitu maafkan aku!"

Begitu selesai mengatakannya, Aiko langsung bergegas ke arahnya, orang tua di belakangnya bergegas maju ke depannya dalam sekejap, ia bertumbur dengan Aiko. Aku memberi isyarat pada Sulistio untuk membawa Dingo pergi kesamping, lalu aku bergegas menuju ke Johan.

Aku meninju wajahnya Johan dengan satu pukulan, pada saat yang sama aku menendang ke arah lututnya, wajahnya sedikit bergeser ke samping, ia mengulurkan tangannya untuk membungkus tinjuku, dan pada saat yang sama ia mengangkat kakinya, menggunakan lututnya untuk melawanku.

Kami berdua mundur selangkah pada saat yang sama, tetapi ketika aku masih belum berdiri stabil, aku menempel ke tubuhnya, dan kemudian menggunakan jurus baji memukul dadanya. Dia mengulurkan tangannya. Tetapi ia mundur beberapa langkah karena pukulanku, namun dia tidak menyerah, malah menjadi lebih berani, tendangannya terbang menuju wajahku, aku bergegas mengulurkan tanganku untuk menahan serangannya siapa yang menyangka dia melakukan pukulan tipuan, aku belum merespon, perut bagian bawahku ditendang dengan keras olehnya, aku mundur beberapa langkah, terbentur ke dinding dan berhenti sejenak.

Johan bergegas menuju ke arahku dengan cepat, meninjuku terus menerus. Meskipun dia bukan orang yang berlatih pukulan sejak usia dini, tetapi dia juga sudah berlatih untuk waktu yang lama, dan aku belum sepadan dengannya. Pada saat ini, Sulistio yang takut aku terluka bergegas datang dengan Dingo. Pada saat yang sama, Johan langsung segera mundur.

Johan yang terpaksa mundur, berkata dengan dingin: "Alwi. Jika kamu adalah seorang pria maka bertarunglah satu lawan satu denganku."

Aku tertawa dan berkata: "Jadi menurutmu para prajurit yang pergi berperang bersama mereka bukanlah pria?"

Setelah aku mengatakannya, Sulistio tersenyum dan memuji ku sangat berbakat.

Wajah Johan langsung suram dan ia berkata dengan dingin: "Kamu mengubah artinya, tak tahu malu!"

Saat ini Aiko sudah mengalahkan lelaki tua itu, dia datang ke sisiku, melihat Johan dengan tatapan mata dingin, dan berkata: "Tuan muda Johan, ini bukan medan perang."

Johan berkata dengan marah: "Aiko, kamu lindungi saja dia terus, tetapi apa bagusnya dia?"

Aiko berkata dengan acuh tak acuh: "Aku suka, ini adalah tempat yang terbaik."

Mendengar ini, hatiku sangat tergugah, dan pada saat ini, aku merasa bahwa ini adalah kata-kata cinta terbaik yang pernah aku dengar.

Dibandingkan dengan kebanggaanku, wajah Johan menjadi sangat suram dan menakutkan, dia berkata dengan suram: "Aku tidak bisa mengalahkan kalian, namun apa yang akan kalian lakukan? Apakah kalian berani menangkapku?"

Melihat kesombongannya, aku benar-benar ingin merobek wajahnya, yang ia katakan itu benar. Tujuanku datang ke sini bukan untuk menangkapnya, tetapi untuk mencaritahu identitas orang misterius di Beijing ini. Pada saat yang sama, aku juga penasaran, dia begitu kuat, mengapa dia harus membunuhku dengan bantuan orang luar? Tetapi jika dia tidak mengatakannya, aku memang benar-benar tidak tahu harus berbuat apa.

Johan menatapku dengan dingin dan berkata: "Apakah kamu benar-benar ingin tahu?"

Aku mengangguk dan berpikir ada berapa maksud dari perkataan orang ini? Apakah ia sudah memikirkannya dengan baik? Apakah ia sudah mau mengatakannya?

Tidak disangka, kalimat selanjutnya yang ia katakan membuatku sangat marah. Dia berkata: "Baiklah, aku akan memberitahumu, tetapi aku ingin langsung memberitahukannya sendiri pada Aiko."

Aku tidak ingin lagi mendengarnya. Tepat ketika aku ingin berbicara, aku mendengar Aiko berkata: "Baiklah."

Aku berkata: "Kakak, jangan."

Aiko berkata dengan acuh tak acuh: "Dia bukan binatang buas. Tidak masalah, kamu tunggu sebentar."

Setelah dia selesai mengatakannya, ia membiarkan Johan berbicara padanya.

Johan terlihat sangat senang, tatapan matanya penuh dengan kegembiraan, tetapi wajahnya masih tetap dingin dan suram, dia mengangguk, menyalakan mobilnya, Aiko berbalik dan masuk ke mobilnya, Johan menutup pintunya. Kemudian, pada saat yang sama, semuanya berubah seketika, pria tua yang awalnya dipukul habis-habisan oleh Aiko dan terbaring di tanah, tiba-tiba langsung bangkit dan bergegas ke arahku, kecepatannya sangat cepat sehingga bahkan jika aku menghindar dengan cukup cepat, pisau tajam di tangannya masih bisa menusuk kulitku, dan menusuk ke dalam dagingku.

Aku sangat terkejut dan berkeringat dingin, ternyata cara yang digunakan oleh Johan tadi adalah untuk mengalihkan Aiko, itu ia lakukan untuk memberi kesempatan pada pria tua itu untuk membunuh ku! Si orang gila ini, dia benar-benar menginginkan nyawaku!

Novel Terkait

Waiting For Love

Waiting For Love

Snow
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Seberapa Sulit Mencintai

Seberapa Sulit Mencintai

Lisa
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Ten Years

Ten Years

Vivian
Romantis
3 tahun yang lalu
Kisah Si Dewa Perang

Kisah Si Dewa Perang

Daron Jay
Serangan Balik
3 tahun yang lalu
Kamu Baik Banget

Kamu Baik Banget

Jeselin Velani
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Anak Sultan Super

Anak Sultan Super

Tristan Xu
Perkotaan
3 tahun yang lalu
My Enchanting Guy

My Enchanting Guy

Bryan Wu
Menantu
3 tahun yang lalu
Sederhana Cinta

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
4 tahun yang lalu