Cinta Dibawah Sinar Rembulan - Bab 951 Merasa Tenang (1)

Aku tebak orang-orang yang membocorkan ini pasti adalah saingan Jones. Mereka ingin menggunakan kesempatan ini untuk mengusir Jones dari ini. Orang-orang ini juga telah membantuku banyak, jadi aku tidak mencari siapa mereka, juga tidak peduli, hanya menunggu untuk menyaksikan.

Kupikir Jones pasti sudah gila karena kerjaanku. Sedangkan aku hanya perlu menunggu polisi mengumumkna keberadaannya, lalu mengirim Jones ke alam lain.

Beberapa hari berlalu, aku terus tinggal di dalam hutan yang sepi. Disini terdapat banyak kelinci, ayam liar dan lain-lain, jadi aku bisa mencukupi kebutuhan makanku. Malam hari, aku akan masuk ke rumah terdekat untuk menggunakan komputer mereka, melihat beberapa berita. Seminggu sudah berlalu, keberadaan Jones telah diketahui. Ternyata ia sudah kabur ke area perbatasan, ingin ke luar negeri.

Aku mengeluarkan teleponku untuk menghubungi Jones. Aku menggunakan telepon pemberian Nody. Nomor telepon ini telah diretas oleh Chick, sehingga tidak ada satupun yang bisa mengetahui keberadaanku dengan ini, jadi aku begitu berani menggunakan ini di Amerika. Tentu Nody, Jessi mereka juga menghubungiku hingga gila, tapi aku sama sekali tidak mengangkat dan memberitahu mereka, aku baik-baik saja.

Jones mengangkat teleponnya dengan cepat. Kupikir orang yang sepertinya juga memiliki alat penghalang sinyal saat kabur.

Aku tertawa berkata, “Jones, apakah rasa kabur itu enak?”

Jones seketika sangat kesal setelah mendengar suaraku. Ia berteriak kesal. “Alwi!”

Aku tertawa dan berkata, “Sepertinya kamu sudah mengetahui identitasku. Apakah kamu terkejut?”

“Jangan banyak omong kosong. Kalau kamu adalah seorang lelaki, maka datang menerima tantanganku.” seru Jones kesal. “Aku harus membunuhmu dengan tanganku sendiri!”

Aku terkekeh dan berkata, “Kamu yakin kamu yang membunuhku, atau para bawahanmu itu?”

Jones balas dengan kesal. “Aku sudah seperti ini, apakah menurutmu masih ada orang yang ingin mengikutiku? Atau kamu tidak berani melawanku?”

Aku tahu ia sengaja, tapi aku memang ingin bertemu dengannya, jadi aku mengikuti ucapannya dan balas, “Aku bukan tidak berani, hanya saja aku takut kamu akan menangis. Katakanlah dimanakah kamu, aku akan kesana.”

Jones memberi sebuah alamat untukku. Ia bilang ia akan menungguku disana dan menyuruhku jangan memanggil polisi. Aku bilang, “Tenang saja, aku akan pergi kesana sendiri. Sebaiknya kamu pikir dulu harus memakai peti yang seperti apa, kalau tidak nanti tidak ada tempat untuk menguburmu.”

Aku memutuskan panggilan, lalu menyetir mobil ke tempat ia berada. Aku sudah melihat tempat itu harus tiba selama dua hari dua malam. Aku juga tidak terburu-buru untuk membunuh orang. Lagipula cepat atau lama, orang itu akan mati. Rasa menunggu kematian pasti lebih bisa menyiksanya.

Tapi yang membuatku terkejut adalah Tom menghubungiku.

Aku menekan angkat tombol dan mendengar Tom dengan senang berkata, “Pak Alwi, dimanakah Anda berada?”

Aku berkata, “Aku sedang sibuk, Tom. Apakah ada sesuatu?”

Tom bilang, “Tak apa-apa, hanya saja operasi Ayahku berjalan lancar. Dokter bilang ia bisa sepenuhnya pulih setelah istirahat beberapa hari. Ayah menyuruhku menghubungi Anda, bertanya dimana Anda, ia bilang ingin berterima kasih kepada Anda.”

Aku berkata, “Tidak perlu, aku tidak waktu. Tunggu aku mengurus masalah yang kupunya, aku baru menghubungimu lagi. Oh dan juga, selamat kepada Ayahmu.”

Tom dengan kecewa berkata, “Oh seperti itu, aku sudah mengerti. Dimanakah Anda? Apakah ada makan dan tidur dengan baik?”

Ada orang yang perhatian memang hal yang membuat orang merasa hangat. Aku memberitahu keberadaannya. Ia berkata dengan terkejut. “Kebetulan sekali? Rumah sakit dimana Ayahku berada, ada didekat sana.”

Kali ini gantian aku yang terkejut. Aku tertawa berkata, “Dunia in kecil juga.”

Tom tertawa berkata, “Bukankah seperti itu? Bagaimana mungkin ada hal yang begitu kebetulan, sepertinya Tuhan juga memberiku kesempatan untuk bertemu dengan Anda. Pak Alwi, kalau tidak Anda datang kesini? Aku buatkan hotpot Hua Xia terasli. Aku belajar untuk memasak itu.”

Ia lanjut berkata dengan malu, “Aku belajar dengan seorang suster cantik dari Hua Xia disini.”

Aku mendengarkan rasa jatuh cinta dari nada bicaranya dan merasa senang untuknya. Aku agak lelah menyetir mobil seharian, jadi aku bertanya dimana ia berada dan aku akan segera pergi. Ia sangat senang dan setelah memberitahu alamatnya, ia bilang ia akan pergi membeli bahan di market sekitar. Aku bisa merasakan kesenangannya meskipun terhalang dengan panggilan. Aku berpikir tidak salah diriku baik kepadanya.

Setengah jam kemudian, aku tiba di rumah sakit dan menghubungi Tom. Ia masih belum kembali. Ia menyuruhku untuk menunggun sebentar, lalu aku merokok sambil duduk di dalam mobil. Saat aku sedang mengeluarkan asap rokoknya, aku menemukan Tom dan seorang gadis cantik sedang jalan bersama. Entah apa yang dikatakan Tom, membuat gadis itu terhibur senang, ada kebahagiaan yang tidak bisa diungkap.

Mereka berdua terlihat cocok dari jauh.

Aku memencet klakson dan Tom melihat kearahku. Aku menurunkan jendela mobil, lalu ia berjalan kearahku dengan senang. Aku turun dari mobil dan melihat gadis itu berjalan kearah dengan pipi yang merona. Aku bertanya kepada Tom, “Ini adalah gadis Hua Xia cantik yang kamu bilang?”

Tom mengangguk dan berkata kepada gadis itu dengan ramah. “Linda, ini adalah penolong yang kucerita, Pak Alwi.”

Gadis itu tersenyum kepadaku manis. “Halo, Pak Alwi.”

Aku mengangguk kepala kepadanya. Tom menarikku berkata, “Pak, aku bawa Anda pergi bertemu dengan Ayahku. Ia ingin sekali bertemu denganmu.”

Aku tertawa dan berkata, “Tunggu bentar. Aku pergi beli buah-buahan, sangat tidak baik tidak membawa apa-apa.”

Aku lari tempat jual buah-buahan, beli buah dan bunga, lalu bersama Tom mereka ke rumah sakit. Dalam perjalanan, aku bertanya kepada Tom apakah rumahnya di dekat sini, ia bilang tidak dan bilang rumah sakit ini adalah rumah sakit spesialis yang mengobati penyakit Ayahnya, jadi rumah sakit setempat menyarankan untuk pindah kesini. Ia bertanya kepadaku mengapa aku datang ke tempat sejauh ini? Aku bilang hal-hal yang harus kuatasi. Ia tidak lagi bertanya banyak setelah melihatku tidak ingin membicarakannya.

Selanjutnya kita bertemu dengan Ayah Tom. Meskipun terbaring lemas, tapi Ayahnya Tom masih terlihat semangat. Wajahnya menunjukkan kehidupan yang sudah ia lalui. Tatapan matanya juga bersinar, sehingga membuat orang merasa ia sudah mengerti semua hal-hal di dunia ini. Ia sangat ramah dan baik kepadaku. Ia juga berterima kasih kepadaku. Setelah menyapa, Tom mulai menyiapkan hotpot. Sedangkan gadia Hua Xia itu tidak bekerja hari ini dan datang membantu Tom.

Aku juga ingin membantu mereka, tapi mereka melarangku, sehingga aku hanya bisa menonton mereka disamping tak berdaya. Saat ini, Jones menghubungiku, mungkin ingin bertanya dimana diriku.

Aku takut Tom khawatir setelah mendengar pembicaraanku dan Jones, jadi aku membawa telepon keluar. Tebakanku benar, setelah aku menekan tombol angkat, Jones langsung berkata, “Alwi, dimana kamu? Jangan-jangan kamu kabur?”

“Ada apa? Kamu begitu ingin cepat mati.” ujarku sombong.

Jones tertawa dingin berkata, “Mulutmu sih hebat, sepertinya kamu tidak akan takut sebelum merasakan kematian. Aku hanya ingin melihatmu mati, lagipula aku semakin tidak senang, kalau kamu hidup semakin lama.”

Aku terkekeh dan berkata, “Membuatmu merasa tidak enak, aku sangat bahagia, jadi aku bersiap untuk pelan-pelan kesana. Kamu tunggulah kedatanganku.”

Jones dengan kesal berkata, “Kamu jangan kira aku tidak tahu alasan kamu mengulur waktu. Bukankah kamu ingin menunggu hingga polisi datang?”

Aku tertawa, sepertinya orang ini salah paham. Tapi biarkan saja kalau ia suka salah paham, aku juga tidak ingin menjelaskannya, jadi aku langsung memutuskan panggilannya. Ia juga tidak menghubungiku lagi dan mengirimku pesan singkat, bilang aku tidak akan bisa kabur darinya. Aku tertawa sombong dan membalasnya, “Aku sama sekali tidak ingin kabur.”

Setelah mengirim pesan singkat, aku tidak lagi peduli kepadanya dan kembali ke ruang inap. Saat ini Tom mereka telah menyiapkan semua bahan. Ruangan penuh dengan aroma hotpot. Saat aku mendekat dan membuka tutup panci, aku masih bisa menemukan beberapa tulang yang utuh dan daging yang menggoda dengan bumbu hotpot, sudah menarik nafsu makanku. Ini bagi diriku yang sudah lama tidak makan ini, sangatlah menggoda.

Aku menelan beberapa kali ludah. Melihat suster itu tersenyum kearahku, aku dengan malu berkata, “Sangat wangi sekali. Aku tak sangka bisa merasakan hotpot kampung yang asli. Sungguh meyenangkan.”

Linda tertawa berkata, “Semua bumbu ini kubawa dari Hua Xia. Kalau Pak Alwi suka, aku boleh bawakan beberapa untuk Anda.”

Aku tertawa dan berkata, “Tidak perlu, aku juga tidak lama disini. Kalau ingin, aku boleh pulang minta Bibi untuk memasakannya.”

“Benarkah?” ujar Linda dengan senyuman manisnya. Tapi entah aku salah paham atau bukan, aku merasa senyumannya sangatlah aneh.

Hanya saja saat melihat ia memeriksa Ayahnya Tom dengan teliti, aku merasa diriki banyak berpikir.

Hotpot dengan cepat sudah matang. Kita mulai makan disana, suasana begitu sejahtera. Saat ini, aku sungguh berpikir bahwa diriku sangat beruntung, bisa merasakan kehangatan di luar negeri. Hanya saja rasa ini seketika menghilang, saat aku menyadari ada orang yang memasukki rumah sakit dan mulai mendekat ke ruang inap.

Aku segera berdiri dan berkata kepada Tom. “Tom, bawa Linda dan Ayahmu pergi dari ruang inap.”

Tom bertanya kepadaku apa yang terjadi. Aku tidak berbicara, tapi berpikir di dalam hati. Bagaimana aku membocorkan keberadaanku? Seingatku, aku melakukan perjalanan dengan teliti. Kalaupun tidak menemukan orang yang mencurigakan, tapi demi menjaga-jaga, aku juga tetap mendandan diriku. Kalaupun ada orang di dekat sini, seharusnya juga tidak mengenalku. Kecuali...

Aku baru saja berpikir, tiba-tiba aku merasakan kebahayaan di belakang. Aku berbalik badan dan menemukan Linda membawa sebuah pistol, tapi ia tidak mengarahkannya kepadaku, melainkan Tom. Tom terkejut hingga terdiam disana.

“Hati-hati Tom!” Saat Linda menarik pelatuk pistol, aku sudah mendorong Tom jatuh di lantai. Lalu aku mengeluarkan pistol dan kuarahkan kepada Linda. Tapi di saat ini, aku merasakan sesuatu yang berbahaya. Ia berasal dari belakangku, berasal dari orang yang kutolong tadi.

Novel Terkait

The Campus Life of a Wealthy Son

The Campus Life of a Wealthy Son

Winston
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Gue Jadi Kaya

Gue Jadi Kaya

Faya Saitama
Karir
4 tahun yang lalu
Now Until Eternity

Now Until Eternity

Kiki
Percintaan
5 tahun yang lalu
Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu

Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu

Summer
Romantis
4 tahun yang lalu
My Cute Wife

My Cute Wife

Dessy
Percintaan
4 tahun yang lalu
My Cold Wedding

My Cold Wedding

Mevita
Menikah
4 tahun yang lalu
Wanita Pengganti Idaman William

Wanita Pengganti Idaman William

Jeanne
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
His Second Chance

His Second Chance

Derick Ho
Practice
3 tahun yang lalu