Cinta Dibawah Sinar Rembulan - Bab 913 Satu Jebakan Demi Satu

Aku bilang kalau Bosnya ingin bertemu denganku, maka datanglah undang diriku sendiri. Setelah itu aku pergi. Semangka di belakang dengan kesal berkata, “Apa-apaan ini, mau Tuan besar kita datang sendiri, ia benar-benar menganggap dirinya tokoh besar.”

Ia lanjut mengoceh di belakang, aku juga tidak mempedulikannya. Orang yang seperti ia, memiliki pemikiran yang sempit, tentunya tidak akan tahu alasan sebenarnya aku menginginkan Bosnya yang datang, bukan demi menunjukkan kedudukanku, bukan demi bergaya, melainkan karena Bosnya yang mencariku sendiri, lalu berita itu tersebar ke telinga Matthew, maka berarti orang itu ingin sekali bertemu denganku dan aku tidak bisa menolaknya. Kalau tidak, Matthew pasti mengira diriku ingin menggunakan kesempatan ini untuk naik lagi.

Aku yang sekarang, tidak boleh membuat Matthew mengetahui ambisiusku, kalau tidak akan menyusahkan diriku.

Tiba di hotel, aku makan beberapa, istirahat sesaat. Tunggu hari sudah malam, aku pergi melatih diri. Setelah selesai latihan, sudah malam hari pukul sepuluh. Diriku yang berkeringat banyak, pergi ke pasar malam untuk membeli pangsit. Pangsitnya belum tiba, lalu ada beberapa kendaraan yang mengelilingi seluruh kedai pangsit.

Karena disini banyak turis, sehingga bisnis kedai ini sangatlah ramai. Melihat situasi ini, banyak orang yang makan pangsit pun panik, begitupula dengan penjualnya, segera keluar melihat apa yang terjadi.

Saat ini, sekelompok anak muda mengambil pipa besi turun dari mobil. Pemimpin dari para anak muda itu berjalan mendekatiku secara ganas, begitupula dengan bawahannya mengikutinya. Orang-orang ini juga mengambil pipa besi. Aku tak sangka ‘senjata’ yang dipakai para preman Hua Xia, juga bisa ditemukan disini, benar-benar membuat orang rindu.

Pemimpin dari para anak muda itu langsung menggunakan pipa besi memukul mejaku sambil mengangkat dagunya angkuh. Ia berkata, “Kamu si Alwi?”

Aku memandang ia dan aku menebak asal orang itu dalam hati. Aku berkata, “Hmm, aku Alwi.”

Anak muda itu seketika berkata, “Bajingan, berani juga kamu. Kudengar Pamanku mengundangmu pergi, kamu tidak menginginkannya? Benar-benar menganggap dirimu adalah tokoh besar?”

Aku tersenyum tipis dan berkata, “Tidak ada aturana dimana orang ingin bertemu denganku dan aku harus pergi kan? Atau ini adalah aturan Mocheng? Kalau benar, aku akan pergi kesana, lagipula tidak boleh melanggar aturan.”

Anak muda itu terlihat sangat kesal setelah mendengar ucapanku. Ia bertanya, “Kamu ingin cari mati? Kalaupun tidak ada aturan itu, Pamanku adalah pemimpin kota ini, Bos besar sini. Ia ingin bertemu denganmu, kamu juga harus berlutut dan berterima kasih, terima kasih ia ingin menemui anjing yang kehilangan majikan sepertimu.”

Aku berkata, “Kalau aku tidak mau dengar?”

Ia tertawa kencang, lalu berkata dengan nada berat. “Kalau begitu, jangan salahkan pipa besiku dan bawahanku. Aku beritahu kamu, memangnya ada apa kalau kamu hebat bertengkar? Kamu sendiri melawan kita semua? Aku tidak percaya. Aku tak percaya kamu bisa mengalahkan kita semua. Mau sehebat apapun kamu, aku juga akan memukulmu sekuat apapun!”

Aku tertawa melihat wajahnya yang penuh percaya diri. Aku berkata, “Aku ingin sekali untuk melihat bagaimana kamu memukulku!”

Aku tiba-tiba bertinju dan terjatuh di dadanya, bahkan ia tidak ada waktu untuk bersembunyi dan langsung terjatuh jauh. Aku mengambil pipa besi di tangannya, lalu mengangkat kaki menendang meja. Meja itu seketika melayang dan terjatuh di tubuh beberapa orang yang ingin mendekatiku. Aku mengambil pipa besi, lalu melakukan tolakan loncat dengam menginjak meja kearah keramaian. Pipa besinya kupakai dan beberapa orang terjatuh lagi.

Aku menggerakan leherku dan berkata dengan nada berat, “Suasana hatiku sedang tidak baik. Aku tak sangka ada orang yang datang mencariku, sehingga aku bisa melampiaskan rasa ini. Kalau begitu, aku juga tidak sungkan. Kalian semua jangan salahkan aku, salah kalian sendiri kurang beruntung.”

Orang-orang yang belum mulai beraksi menelan ludah dan menatapku takut setelah melihat orang-orang yang terbaring jatuh. Seketika tidak ada satupun orang yang maju, melainkan mundur selangkah ke belakang.

Pemimpin itu seketika marah dan berkata, “Semuanya maju! Aku beritahu kalian, siapapun yang mundur hari ini, adalah musuhku sejak dini, selamanya tidak perlu lanjut hidup di Mocheng!”

Setelah ucapan orang itu, orang-orang yang takut kepadaku, saling berpandang. Akhirnya mereka berani dan berteriak maju mendekatiku. Aku tertawa dingin dan berkata, “Sangat mudah dikalahkan!”

Aku langsung maju ke hadapan seseorang, lalu menghindari pipa besinya. Aku menendangnya sekuat mungkin. Di saat yang sama, pipa besi yang kupegang terpukul di pinggang orang yang lain. Orang itu terjatuh setelah merasakan kesakitan. Selanjutnya aku terus mengeluarkan jurus, awalnya seketika sekelompok orang itu berkurang menjadi setengah. Terakhir semua orang berbaring kesakitan di tanah dan para turis di sekeliling seketika bertepuk tangan.

Aku pelan-pelan berjalan kearah pemimpin. Ia menatapku kesal. Saat aku mendekatinya, ia segera berkata, “Jangan kamu mendekat. Aku beritahumu, kamu sudah membuatku marah, kamu tidak akan hidup tenang di Mocheng!”

Aku datang ke hadapannya, lalu menamparnya beberapa kali. Ia ditampar olehku hingga tatapan matanya mulai memanas, wajahnya membengkak, bibir dan hidung keluar darah sambil berteriak kesakitan, gaya sebelumnya seketika hangus.

Aku berkata, “Kamu dengar baik-baik, meskipun aku ‘diusir’, tapi bukan orang seperti kalian yang bisa menghinaku. Aku memaafkan kalian atas Bos kalian. Kalau ada selanjutnya, aku akan membunuhmu!”

Ia menelan ludah dan ingin mengatakan sesuatu. Aku bangun dan berkata, “Pergi!”

Ia melototiku, seperti ingin mengatakan sesuatu, tiba-tiba melihat kearah belakangku dan berkata dengan terkejut. “Kakak! Kak, kamu datang!”

Kakak?

Ada sebuah sinar di belakangku. Aku berbalik badan melihat dan menemukan sebuah kendaraan yang berhenti tidak jauh dariku, lalu seorang wanita pelan-pelan turun dari mobilnya sambil memandangku. “Tuan Alwi, apakah Anda masih mengingatku?”

Bukanlah orang lain yang datang, kebetulan istri pertama Joey, Mina.

Aku tahu Mina tidak mungkin kebetulan muncul disini, mungkin saja ia sudah menunggu sejak lama mengamatiku di suatu tempat, bahkan bisa dikatakan ia yang merencanakan ini semua. Awalnya ia ingin memberi pelajaran untukku, tapi siapa tahu aku begitu hebat, lalu ia langsung mengendari mobilnya kesini, mungkin takut aku membuat adik sepupunya terluk berat.

Untuk kelakuan wanita ini, aku pernah merasakannya. Kejahatannya benar-benar membuatku sangat membencinya. Aku melihat ia sekilas dan berkata, “Ternyata Kak Mina. Mengapa Kak Mina berada disini?”

Mina tertawa berkata, “Aku adalah anak dari Paman yang ia sebut. Bukankah kamu sudah mengetahui masalah ini lama? Haha...Setelah Kak Joey-mu yang tidak berguna itu meninggal, aku membawa anakku kembali kesini.”

Aku membalasnya, “Oh seperti itu. Jadi hari ini Kak Mina datang, juga untuk mengundangku pergi?”

Mina mengangguk dan berkata dengan angkuh. “Alwi, aku tahu kamu pernah dipentingkan oleh Bos, jadi tidak menganggap Ayahku yang kecil ini, tapi kamu harus tahu orang yang diusir tidak sebaik orang biasa. Aku tahu kamu sudah tidak ada siapapun yang bisa diandalkan. Mengapa kamu tidak mengikuti Ayahku, buat laporan gitu? Kamu bisa menetap di Mocheng dan mendapatkan apapun yang kamu inginkan.”

Aku menyipitkan mataku dan memandang ke Mina yang tersenyum puas. Aku berkata, “Kalau Kak Mina tidak bilang kepadaku untuk menjadi pengawal Ayahmu, kukira kamu menyuruhku untuk mewarisi posisi Ayahmu. Pengawal kecil mana bisa mendapatkan apapun yang diinginkan? Sejak kapan Mocheng menjadi milik kalian?”

Mendengar suaraku yang tidak sopan, Mina agak tidak terima sambil melototiku. Ia berkata, “Kamu jangan tidak tahu malu ya! Alwi, kamu jangan lupa identitasmu sekarang. Kamu hanyalah seekor anjing yang terbuang, lagipula kamu tahu jelas bukan, bahwa banyak orang yang menginginkanmu mati? Kalau kamu mengikuti Ayahku, mungkin saja masih bisa melindungimu. Kalau kamu tidak mengikuti Ayahku, hahah...”

Aku tahu jelas apa yang ingin ia katakan, lalu tertawa dingin dan berkata, “Paman Matthew menyuruhku kesini untuk memikirkan kesalahanku, bukan untuk memihak ke siapapun. Kak Mina, kamu janganlah menjebakku. Sudah malam, sebaiknya Kak Mina kembali, kalau tidak jalan malam hari lebih sepi, hati-hati bertemu dengan setan.”

Kata-kataku sungguh membuat Mina kesal. Ia menunjukku dengan kesal sambil berseru, “Alwi, kamu memang tidak mematuhi apa yang diinginkan. Aku ingin sekali lihat kamu bisa bertahan berapa lama. Aku kasih tahu hari kematianmu tidak lama lagi.”

“Kalau begitu, mohon Kak Mina urus mayatku.” ujarku tak peduli.

Mina sangat kesal memandang kearahku. Aku tidak peduli kepadanya dan berkata kepada penjual yang di dapur. “Tuan, apakah pangsitku sudah jadi?”

Penjual itu segera menghidangkan semangkok pangsitku. Aku mulai makan tanpa mempedulikan orang disekitarku, hingga Mina mereka terlontar disamping begitu saja.

Sejak lahir, Mina sudah dijunjung tinggi bagai bintang, ia sama sekali tidak dipermalukan seperti ini. Ia langsung berkata dengan kesal, “Alwi, suatu hari kita akan bertemu lagi!”

Ia naik mobilnya dengan kesal dan pergi. Adik sepupunya melihat ini, juga membawa bawahannya pergi. Sebelum pergi, adik sepupu memberi banyak peringatan untukku dan bilang ia tidak akan melepaskanku.

Setelah mereka pergi, kedai pelan-pelan kembali ramai, hanya saja saat itu melihatku dengan penasaran, bahkan ada beberapa gadis luar kota menatapku kagum. Saat aku merasa puas, aku mendengar suara gadis yang kasihan. “Kemampuannya hebat, juga terlihat keren saat bertengkar. Sayangnya aku tidak suka wajahnya.”

Aku, “......”

Sial! Dulu aku juga pernah keren. Lagipula lelaki sejati, dilihat dari kualitasnya, apakah wajah bagus itu berguna?

Aku berpikir banyak didalam hati sambil menghabiskan pangsitnya, lalu pergi meninggalkan tempat dengan puas. Dalam perjalanan, aku mengingat masalah yang terjadi malam ini, berpikir betapa pemimpin itu mementingkanku. Kalau ia cukup percaya kepadaku, maka ia akan mendatangiku sendiri. Saat itu, aku juga tidak perlu menolaknya. Tapi kalau ia hanya ingin mempergunakanku sebagai pengawalnya, maka masalah malam ini akan membuat ia merasa tidak senang. Ia mungkin saja tidak jadi membantuku dan ingin memberi pelajaran untukku.

Apa yang kulakukan malam ini juga untuk mengetahui [ikirannya. Kalau ia sangat mementingkanku, maka ia akan menjadi modal untuk aku kembali meningkat, tapi kalau ia begitu cepat melupakanku, maka ia tidak berhak untukku percaya dan perjuangkan.

Tiba di hotel, aku mandi dan terbaring di ranjang. Otakku terus mengingat Fox, aku tidak mengetahui bagaimana dengan kondisinya hari ini. Sebenarnya tidak bisa menolong Fox itu sudah menjadi kenyataan. Jika dibanding ia hidup, aku lebih berharap ia mati, karena dengan seperti itu, ia tidak perlu lanjut merasakan siksaan lagi.

Aku menghela nafas dalam, sambil berpikir bahwa diri sendiri sangat kasihan dan dikesalkan. Teman baikku berkorban demi diriku, tapi ia masih harus menerima siksaan, bahkan aku tidak mengetahui situasinya sekarang. Salahku mengira diriku hebat. Sebenarnya aku sungguh pecundang dan tidak berguna.

Semalam tidak tidur.

Saat subuh, aku tiba-tiba mendengar suara langkah kaki, suaranya sangat pelan, bahkan itu tidak bisa terdengar kalau kamu orang yang hebat. Kalaupun orang biasa berhati-hati, juga tidak bisa melakukan itu. Berarti bisa dikatakan bahwa orang yang datang, bukanlah orang biasa, melainkan tokoh yang hebat.

Aku mengeluarkan pisau kecil dan berjalan pelan ke arah pintu. Aku mendengar suara langkah kaki itu semakin mendekat dan berakhir berhenti di depan kamarku. Aku menahan untuk tidak bernafas, lalu mendengar orang itu membuka pintu kamar dengan kunci, juga mengangkat rantai di pintu belakang kamarku.

Aku berdiri di belakang pintu dan menemukan dua orang. Mereka pelan-pela memasukki kamar, lalu mengambil pistol dan diarahkan ke ranjangku.

Dalam kegelapan, aku bersembunyi di belakang seseorang, lalu menutup mulutnya. Aku mengiris pelan pisau di lehernya, lalu ia terjatuh ke lantai tanpa mengeluarkan suara apapun.

Saat orang itu terjatuh, aku sudah maju kedepan terlebih dahulu. Orang itu mendengar suara, berbalik badan. Saat ia melihatku, ia membesarkan matanya, sedikit ketakutan. Ia baru saja ingin menembakku, tapi aku sudah merebut terlebih dahulu. Ia tidak terima dan ingin bertarung denganku. Aku menghindari pukulannya dengan mudah. Pisau di tanganku membuat lengkungan yang indah dan langsung tertusuk ke tengah alisnya. Ia masih bertahan dengan gayanya yang ingin memukulku. Mulut terbuka dikit dan matanya penuh ketakutan, lalu terjatuh ke lantai.

Aku menendang mayat pelan dan berkata, “Kemampuan yang seperti juga berani datang menusukku?”

Aku menyalakan lampu dan datang mendekati mereka. Saat melihat wajah mereka jelas, aku mengerutkan dahiku dan terkejut melihat kedua orang ini. Aku terkejut karena aku tak sangka kedua orang yang datang membunuhku adalah dua bawahan yang pernah kuajar, bisa dikatakan juga dua ketua regu kekuatan perlautan.

Seketika aku menyadari, aku mungkin saja terkena lagi jebakan orang.

Saat ini, diluar terdengar suara langkah kaki yang terburu-buru. Aku mengerut dahiku pelan dan mengetahui pasti adanya orang yang datang menangkapku. Berpikir lama kemudian, aku juga tidak bersembunyi, karena aku juga tidak bisa melakukannya, jadi aku langsung duduk di ranjang, menunggu kedatangan mereka mencari masalah denganku.

Karena pintu sebelumnya tidak tertutup, jadi langsung terdorong orang dari luar. Aku mengangkat alisku dan melihat seorang lelaki bertubuh kuat yang diikuti sekelompok orang. Ia dengan kesal berkata, “Alwi, beraninya kamu membunuh orang kita. Jangan-jangan karena Paman Matthew memindahkanmu kesini, jadi kamu merasa kesal dan membunuh orang kita untuk menunjukkan kemampuanmu?”

Novel Terkait

Predestined

Predestined

Carly
CEO
4 tahun yang lalu
Satan's CEO  Gentle Mask

Satan's CEO Gentle Mask

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
His Second Chance

His Second Chance

Derick Ho
Practice
3 tahun yang lalu
Asisten Wanita Ndeso

Asisten Wanita Ndeso

Audy Marshanda
CEO
3 tahun yang lalu
Wonderful Son-in-Law

Wonderful Son-in-Law

Edrick
Menantu
3 tahun yang lalu
After The End

After The End

Selena Bee
Cerpen
5 tahun yang lalu
Demanding Husband

Demanding Husband

Marshall
CEO
4 tahun yang lalu
Memori Yang Telah Dilupakan

Memori Yang Telah Dilupakan

Lauren
Cerpen
4 tahun yang lalu